Last Updated on: 24th January 2024, 12:05 pm
Saat mengikuti beberapa kursus optimasi media sosial, saya sering “bertemu” dengan peserta yang masih menanyakan bagaimana cara membangun rasa percaya diri untuk mulai ngonten. Keinginan untuk berbagi pengetahuan atau menjual keahlian itu ada, hanya saja, masih ada rasa tidak percaya diri terhadap kemampuan yang mereka miliki.
Khawatir jika konten mereka tidak akan mendapat audience, merasa jika ilmunya belum banyak, tidak tahu apa dan mana yang perlu diupload, sampai takut jika dihujat orang.
Fakta lain seperti konsistensi, juga kadang menjadi penghalang content creator pemula untuk maju jalan.
Well, menjalani karier sebagai content creator memang tidak mudah, butuh waktu yang tidak sebentar, plus trial and error agar akhirnya bisa menghasilkan seperti apa yang diinginkan.
Konten dalam bentuk tulisan misalnya, butuh waktu untuk dapat masuk ke halaman awal Google. Begitu juga dengan konten-konten yang ada di media sosial, butuh waktu sampai akhirnya kita tahu mana konten yang menghasilkan lead dan mana yang tidak.
Sahabat RPB mungkin mengenal Rama Satya founder productivityboi, meski berhasil mendapatkan follower ratusan ribu dalam waktu tiga bulan, tapi sebelumnya ia sudah berkecimpung dan membuat konten media sosial selama 3 tahun.
Begitu juga dengan founder Social Kreatif, Fardiyandi, yang konsisten memproduksi konten selama 3 tahun sebelum akhirnya sampai di titik yang kita lihat saat ini.
Rasa tidak yakin akan pilihan inilah yang sering membuat seorang content creator pemula maju mundur memulai konten pertamanya.
Lalu apa yang seharusnya seorang content creator pemula lakukan, agar lebih percaya diri dan bisa memulai konten pertamanya?
Tips membangun rasa percaya diri bagi content creator pemula
Jujurly, sebetulnya tidak hanya content creator pemula yang sering dihinggapi rasa tidak percaya diri. Para content creator lama pun juga bisa dihinggapi rasa tidak percaya diri.
Sebagai content marketer, saya juga sering dihinggapi rasa tidak percaya diri. Perasaan ini biasanya muncul karena khawatir jika konten yang saya buat tidak memiliki engagement yang baik, sehingga tidak memenuhi target pemasaran.
Atau jika konten tersebut berupa tulisan, saya juga khawatir, apakah tulisan saya akan disukai dan dibagikan banyak orang, mudah ditemukan mesin pencari, serta menghasilkan lead yang potensial?
Rasa khawatir seperti itu, seringkali memunculkan “hakim-hakim” di kepala. Hasilnya, konten yang saya buat rasanya hampa. Atau jika konten tersebut berupa tulisan, saya akan mengeditnya berulang-ulang hingga terasa sempurna. Kadang saking terasa nggak ada benernya, tanggal publish akhirnya molor berhari-hari🤭 (please, jangan ditiru, ya).
Dari cerita di atas, Sahabat bisa melihat benang merah dari rasa tidak percaya diri yang dialami konten kreator pemula dan kebiasaan saya menunda publish tulisan (artikel); rasa khawatir akan sebuah kejadian yang belum pasti.
Rasa khawatir yang seringkali kita ciptakan sendiri hingga menimbulkan tidak percaya diri untuk melangkah, mengambil action atas rencana atau keinginan yang telah dibuat.
Alasan tidak percaya diri content creator pemula dan solusinya
#1. Kekhawatiran pada hal yang belum pasti
Sudah sifatnya manusia tidak menyukai hal-hal yang belum pasti, karena ini memang mekanisme otak kita untuk bertahan. Sayangnya, semakin kita ingin mengejar kepastian, justru kita akan semakin tidak aman. Khawatir, ragu dalam segala hal.
Sebaliknya, jika kita bersedia memeluk ketidakpastian dan ketidaktahuan akan aneka hal, maka hidup kita akan semakin nyaman. (1)
Peluklah ketidakpastian dengan mengalahkan suara-suara yang ada di kepala, hilangkan kekhawatiran, dan mulailah melangkah.
Tapi bagaimana caranya? Teori tentang inner dan outer game dari Tim Gallway yang merupakan seorang pelatih tenis ini mungkin bisa membantu.(2)
Menurut Gallway, setiap permainan, melibatkan dua hal, inner game dan outer game.
Outer game adalah hal-hal yang terkait dengan teknis permainan; misalkan bagaimana mengayunkan raket, memposisikan tangan, langkah kaki yang benar saat bermain tenis, dan lain sebagainya.
Sementara inner game merupakan hal yang terjadi dalam diri kita. Bagaimana kita mengelola emosi, tenang menghadapi lawan, fokus pada permainan, mampu mengatasi kecemasan dan lain sebagainya.
Sayangnya, outer game ini tidak akan membantu permainan kita jika kita tidak mengelola inner game dengan baik.
Hal ini juga yang menjadi alasan, meski kita tahu teori mengatasi rasa tidak percaya diri, paham bagaimana optimasi di media sosial, tahu cara membuat reels dan post instagram yang baik, tapi tetap saja tidak mampu memulai konten pertama kita
Ketidakselarasan antara inner dan outer game itulah yang akhirnya memunculkan rasa khawatir, menunda untuk memulai membuat konten, dan alasan-alasan lain yang membuat kita jalan di tempat.
Solusi:
Dalam buku “Inner Game of Tennis“, Gallway menggunakan metafora Self 1 sebagai pengamat, dan Self 2 sebagai pelaku.
Self 1 yang seorang pengamat ini, biasanya akan memberikan kritik, menganalisis perilaku, menilai dan mengajari kita. Sementara Self 2 adalah kesadaran diri kita saat melakukan segala sesuatu secara all out, tanpa berpikir, just do it.
Untuk menyelaraskan inner game dan outer game, maka kita perlu membiarkan Self 2 melakukan aksinya. Buatlah konten tanpa perlu mengevaluasinya. Bayangkan Self 1 ini kita tempatkan di kursi pojok ruangan dan tidak kita lupa jika dia ada.
Biasakan juga untuk melihat segala sesuatu seapa adanya, tidak mudah menilai baik dan buruk. Bikin konten ya bikin aja, tidak perlu berpikir tentang algoritma, like, dan share, kecuali nanti saat melakukan review dan menyusun strategi.
#2. Merasa ilmunya masih kurang
Masalah biasanya timbul karena ada kesenjangan antara hasil yang diharapkan dengan kondisi saat ini.
Rasa tidak percaya diri bisa muncul karena kita melihat sosok ideal di luar diri kita, dan kemudian membandingkan diri kita dengan sosok ideal tersebut.
Solusi:
Untuk membangun rasa percaya diri, maka atasilah kesenjangan antara kondisi saat ini dan hasil yang diharapkan . Langkah-langkah berikut ini semoga membantu;
- Pahami kondisi saat ini; catat semua hal yang sudah dikuasai dengan spesifik dan detail. Misalkan tidak sekedar paham algoritma medsos, tapi bisa membaca statistik engagement Instagram.
- Petakan atau identifikasi dengan jelas dan spesifik standar “cukup ilmu” seperti apa yang diinginkan.
- Buat daftar bagaimana cara mencapai kondisi yang diinginkan.
- Pilih hal apa yang ingin dikuasai terlebih dahulu, fokus pada satu hal saja dulu. Selain akan mempercepat waktu menguasai materi, fokus pada satu materi belajar, akan membantu rencana belajar ini lebih mudah dieksekusi
Lalu kapan buat kontennya? Ya tetap sekarang. Gunakan saja catatan belajar sebagai konten. Dua tujuan tercapai dalam satu kayuhan bukan? 🙂
#3. Tidak tahu harus mulai darimana atau harus upload apa
Memiliki banyak sumber ide kadang memang bikin repot. 😉Setiap ide rasanya bagus untuk dibagikan, bermanfaat untuk banyak orang, dan perlu diketahui oleh banyak orang.
Solusi:
Berikut ini adalah beberapa cara yang saya lakukan saat ide datang dengan mudahnya:
- Tentukan topik besar dari konten yang ingin dibuat. Contoh untuk instagram rahayu_pawitri, maka topik besarnya adalah tips produktivitas sama dengan tema besar blog ini.
- Buat sub kategori dari topik besar. Dalam dunia kreasi konten, bagian ini sering juga disebut dengan content pillar. Misalkan untuk tema produktivitas, maka sub kategorinya dapat berupa time management, prokrastinasi, self-improvement, dan lain sebagainya.
- Buat bucket ide alias mengumpulkan semua ide dalam satu wadah. Biasanya saya tulis dalam spreadsheet
- Kategorikan ide berdasarkan sub-kategori
- Buat tema bulanan, dan buat konten berdasarkan tema bulanan tersebut. Misalkan pada sub-kategori self-improvement, maka mempertahankan konsistensi, bagaimana membangun kebiasaan baik, bisa menjadi ide konten harian.
Oya, jangan lupa lengkapi aktivitas pembuatan konten Sahabat dengan jaringan koneksi internet yang memadai.
Biasanya saat memulai hal baru, motivasi mudah menguap jika ada gangguan atau distraksi. Karena itu memilih menggunakan koneksi internet yang memadai akan sangat membantu Sahabat memulai konten pertama.
Saya sendiri saat ini memilih menggunakan jasa internet provider indiHome dari Telkomsel Indonesia untuk menunjang aktivitas bekerja dari rumah.
Sebagai pekerja freelance saya banyak terhubung dengan klien dan tim yang berada di seluruh Indonesia atau malah dari luar negeri. Tanpa internet yang memadai, pekerjaan saya atau kawan satu tim saya bisa sangat terganggu.
Menggunakan jasa internet provider dari Telkomsel Indonesia membantu saya mempercepat mengumpulkan ide, mendapatkan referensi, merencanakan konten (content planning), hingga mengeksekusinya menjadi konten yang siap diunggah baik pada blog ataupun media sosial.
Apalagi saat ini Telkomsel Indonesia juga memberikan layanan koneksi Wifi.id Seamless khusus bagi pelanggan indiHome.
Wifi.id Seamless ini merupakan layanan tambahan bagi para pengguna indiHome, agar tetap mampu mengakses layanan internet berkecepatan tinggi (hingga 100Mbps) meski sedang berada di luar rumah dengan biaya hanya Rp10.000 saja per bulannya.
Alasan lain saya tetap memilih internet provider indiHome, adalah after sales-nya.
Setiap beberapa bulan sekali Customer Service indiHome akan menelepon untuk mengecek kelancaran jaringan internet saya. Saat ada keluhan pun, baik Customer Service atau pun teknisinya juga sigap mengatasi masalah yang saya hadapi.
Jadi, jika Sahabat RPB saat ini masih banyak menghadapi kendala ngonten karena koneksi internet, indiHome mungkin bisa menjadi alternatif jawabannya.
#4. Menjaga konsistensi ngonten
Tidak hanya tentang ngonten, masalah konsistensi sebetulnya banyak kita alami, entah itu konsisten berolahraga, beribadah, hingga menjaga berat badan.
Banyak alasan mengapa kita susah konsisten, salah satunya adalah keinginan untuk menjadi sempurna. Merasa jika konten tidak seideal yang idola kita, maka konten tersebut akan percuma.
Solusi
Tidak ada yang sempurna di dunia ini, setiap hal pasti ada kekurangan dan kelebihannya. Begitu juga usaha kita dalam membuat konten.
Namun ada satu hal pasti yang akan kita peroleh ketika kita bersedia melakukan action pertama, pengalaman. Dengan pengalaman kita akan terus belajar menjadi lebih baik dari hari ke hari.
Saat dulu pertama kali membuat 1 post instagram carousel, saya membutuhkan waktu hampir seharian, sekedar untuk menentukan desain yang oke, memilih font, hingga edit foto. Tapi dengan semakin sering membuat post, saat ini saya hanya membutuhkan waktu 15 – 30 menit untuk satu post carousel (tergantung jumlah slide yang dibuat). Memilih desain, font, juga setting filter untuk foto menjadi terasa semakin mudah.
Jadi mengapa tidak dicoba dan segera mulai saja? Penyempurnaan bisa kita kerjakan sambil jalan.
A take away
Sebelum Sahabat menutup halaman ini, saya ada satu cerita tentang membangun rasa percaya diri ngonten.
Beberapa hari lalu saya menyimak podcast Content Queen Mariah, dalam podcast tersebut dia mewawancarai seorang Courage and Career Coach, Vari McGaan.
Dari podcast tersebut saya menemukan satu paradoks dalam konten kreasi yang belum disadari oleh para content creator pemula.
Salah satu cara untuk membangun rasa percaya diri mulai ngoten adalah memulai konten itu sendiri.
Saya mengamini pendapat dari McGaan karena saya juga memiliki pengalaman seperti yang dia katakan.
Dua tahun lalu saya diminta membuat konten media sosial salah seorang coach di Indonesia. Konten yang saya buat tentu saja harus setara dengan pengetahuan coach tersebut. Saat itu saya merasa khawatir dan takut jika konten saya malah akan menurunkan citra Beliau.
Saya ngebut belajar, membuat catatan, dan membaca buku lebih banyak. Alhamdulillah, setelah membuat beberapa konten, akhirnya saya bisa membangun rasa percaya diri saya, dan tidak khawatir lagi dengan tanggapan orang lain.
Malah beberapa follower Beliau tidak ada yang menyadari jika konten tersebut bukan buatan Beliau, jika Beliau tidak “buka kartu”. Wah, lega banget rasanya saat itu.
Jadi Sahabat, wujudkan saja dulu konten pertama Sahabat, meski itu hanya sebuah quote, atau foto.
Tahukah Sahabat, satu kesuksesan kecil, seringkali memotivasi langkah-langkah berikutnya? So, jangan lagi ditunda, mari #BerkontenRiaBersamaindiHome.
Referensi:
- Manson, Mark. Sebuah Seni Bersikap Masa Bodoh Mark Manson. Gramedia. 2019
- Aji, Darmawan. Self-Coaching, Seni Mengelola Diri untuk Maksimalkan Potensi. Dinatra Asia Publishing. 2020.
- contentqueenmariah.com, tanggal akses 9 Mei 2023.