Last Updated on: 20th January 2024, 03:34 pm
Saya tahu, membuat resolusi tahun baru sudah bukan hal yang seksi lagi, malah kebanyakan saat ini sudah menjadi candaan dan tidak membuat resolusi adalah sebuah hal yang keren.
Well, saya tidak akan menyalahkan pendapat mereka, bagaimana pun, setiap kita memiliki pengalaman yang berbeda, sehingga keputusan yang kita hasilkan tentu akan berbeda.
Terkait dengan resolusi tahun baru, saya memilih mengikuti pendapat coach Darmawan Aji. Menurut Beliau, resolusi tahun baru tidak sekedar membuat sebuah harapan, melainkan keputusan untuk melakukan sesuatu.
Perbedaannya apa? Dengan melihat resolusi tahun baru sebagai sebuah harapan atau sesuatu yang ingin kita peroleh, kita bisa saja terlena dan terjebak pada doa-doa, manifestasi; tapi lupa membuat langkah atau aksi nyata dari harapan dan keinginan yang kita gaungkan.
Sementara ketika kita melihat resolusi tahun baru sebagai sebuah keputusan melakukan sesuatu, orientasi atau fokus kita akan berubah, tidak lagi pada hasil, tapi aksi nyata dari perwujudan resolusi tersebut. Coba lihat gambar di bawah ini!
Dari contoh di atas, teman-teman bisa melihat jelas perbedaan resolusi yang berorientasi pada “hasil” dan yang berorientasi pada “aksi”. Kira-kira, bentuk resolusi manakah yang akan lebih mudah diwujudkan?
Inilah alasan mengapa saya tidak pernah membenci resolusi tahun baru, meski terkadang di akhir tahun tidak semua rencana aksi ter-cheklist, tapi saya bisa melihat bahwa saya sudah membuat progress dari apa yang saya cita-citakan.
Terlebih setelah menemukan life purpose, saya semakin tidak bisa lepas dari resolusi tahun baru. Lha, sehari-hari saja kalau nggak punya planning aktivitas saya malah nggak karuan, apalagi hidup setahun tanpa guidance, ottokeee …!
Alasan lain saya memilih membuat resolusi tahun baru
Selain sudah menemukan sistem yang efektif untuk mewujudkan resolusi tahun baru, saya berpendapat bahwa resolusi membantu saya untuk:
#1. Menentukan fokus hidup selama setahun ke depan
Menurut saya, fokus atau perhatian kita akan menentukan bagaimana kualitas hidup kita. Dan fokus kitalah yang akan menentukan pilihan aktivitas, cara kita mengatur waktu, hingga apa yang akan kita konsumsi (baik itu informasi, atau pun makanan).
Hidup mengalir itu baik, tapi jika “aliran tersebut” tidak kita tentukan akan kemana, kemungkinan besar kita tidak akan pernah mencapai apa yang kita inginkan.
Ambil contoh resolusi turun berat badan. Kita ingin turun berat badan, tapi tanpa target yang jelas, kita akan mudah lupa. Kita perlu memastikan berapa kali kita akan berolahraga seminggu dan berapa banyak kalori yang harus kita kurangi setiap hari.
#2. Membantu menentukan kelas yang ingin saya ikuti atau “petualangan” yang ingin saya alami
Saya suka belajar hal baru dan membuat challenge untuk diri sendiri. Dulu apa saja saya lahap. Tapi akibatnya, banyak kelas yang belum saya selesaikan, ataulah kalau selesai, ilmu tersebut tidak sempat saya pratekkan. Setelah mengikuti kelas “27 Hari Mengubah Hidup“dari coach Aji, saya mulai selektif memilih kelas, agar bisa mengamalkan ilmu yang saya peroleh.
Seperti tahun ini, saya ingin belajar tentang Semantics SEO, saya meminta bantuan AI untuk membuatkan kurikulum belajar, dan rencana untuk mempraktekkannya.
Esensi hidup kita seringkali ditentukan oleh apa yang menarik perhatian kita. Sayangnya, proses memilih perhatian ini kita lakukan dengan otomatis. Umumnya kita memperhatikan pada subyek, atau topik yang menarik minat banyak orang. Lupa bertanya, apakah topik dan minat tersebut sesuai dengan value dan tujuan hidup kita. Jarang sekali kita memilih perhatian ini dengan sadar.
Dengan membuat resolusi, fokus perhatian kita akan lebih terarah, dan tentu saja hal ini akan mempengaruhi pelajaran atau esensi hidup apa yang akan kita peroleh selama setahun ke depan.
#3. Membantu meningkatkan self awareness
Saat membuat resolusi tahun baru, goals, atau tujuan hidup lainnya, kita perlu memetakan kekuatan dan kelemahan kita terlebih dahulu. Mau tidak mau, kita perlu melakukan refleksi diri terlebih dahulu sebelum akhirnya menetapkan resolusi.
Dari pengalaman saya, self awareness sangat membantu pertumbuhan diri. Kita menjadi lebih percaya diri, mampu membangun empati, dan menghormati orang lain. Sungguh manfaat self awareness dalam kehidupan kita sangat luar biasa.
#4. Membangun kebiasaan positif
Resolusi tahun baru dapat menjadi sarana untuk membangun kebiasaan positif. Mengambil contoh di atas, jika resolusi kita adalah mengurangi minuman bergula, maka secara sadar kita akan mulai memilih jenis makanan mana yang ingin kita konsumsi dan yang tidak. Fokus memilih makanan ini akan menjadi landasan untuk membangun kebiasaan makan yang lebih sehat.
#5. Membantu meningkatkan produktivitas
Dengan fokus pada hal tertentu, saya tidak mudah terpengaruh oleh hal-hal yang tidak relevan. Misalnya, ketika ada undangan blogger gathering di waktu yang sama dengan kelas content marketing, saya akan memilih kelas content karena saya ingin meningkatkan kemampuan merencanakan konten di tahun ini.
#6. Membantu mendapatkan pengalaman sukses
Jika checking in to-do list harian bisa memberi kebahagiaan, begitu juga dengan check list resolusi tahun baru. Rasanya puaasss banget, menjaga konsistensi dan usaha setahun gitu, lho.
Teman-teman sudah pernah mendengar, pengalaman sukses seperti ini, sekecil apapun itu ukuran suksesnya, bisa membantu meningkatkan rasa percaya diri. Pengalaman berhasil juga membantu saya lebih mudah bangkit lagi saat terpuruk. Istilahnya “Kalau dulu bisa sekarang juga pasti bisa. Caranya saja yang mungkin berbeda.”
Itulah beberapa hal yang membuat saya masih percaya dan dengan senang hati membuat resolusi tahun baru. Sebetulnya, resolusi tahun baru itu tidak pernah salah, yang salah adalah cara kita membuatnya, dan aksi apa yang kita ambil setelah resolusi itu dibuat.
Jadi gimana, berkeinginan membuat resolusi juga tahun ini, teman-teman?