12 Januari 2022
Sudah dari bulan Desember 2021, saya pengen nulis kenangan di tahun 2021. Tapi karena kesibukan goals setting dan planning, akhirnya baru ada kesempatan mengabadikan kenangan di tahun 2021.
Bagi saya, tahun 2021 adalah salah satu tahun terbaik saya. Seumur hidup baru kali ini bisa mewujudkan resolusi tahun baru, dan saya puas dengan hasilnya.
Meski di tahun 2021 pula saya harus belajar ikhlas kehilangan Bapak di bulan April, dan disusul mbah Putri di bulan September.
Sungguh dua hal tersebut tidak mudah. Tapi dua hal itu pula, yang membantu saya bertumbuh banyak.
Alhamdulillah, akhirnya bisa mewujudkan resolusi tahunan
Bermula dari mengikuti kelas “27 Hari Mengubah Hidup“, saya memasuki tahun 2021 dengan penuh percaya diri. Karena sudah tahu bagaimana membuat tujuan perubahan yang bener,awal tahun 2021 saya hanya membuat dua resolusi, memperbaiki kondisi keuangan dan kesehatan.
Buat saya dua-duanya ini penting, dan saling mempengaruhi.
Keuangan bisa diperbaiki jika kondisi kita sehat. Dan kesehatan juga bisa diperoleh jika kita punya keuangan yang cukup (misal untuk tes darah, lebih banyak beli buah dan sayur, check up tahunan, dan lain sebagainya).
#1. Upaya meraih resolusi keuangan
Waktu di awal tahun saya niatnya cuma satu, ngatur keuangan dengan bener. Udah itu aja. No paylater, beli kalau duit sudah di tangan, dan mulai nabung meski hanya beberapa persen dari penghasilan.
Jujurly, dulu tuh jangankan mbayangin punya tabungan jutaan, bikin cita-cita bisa nabung saja nggak berani.
Dulu saya punya kebiasaan belanja impulsif, apalagi kalau ada kelas atau buku baru, takut ketinggalan kesempatan.
Prinsipnya, “Ambil aja dulu, toh, nanti ada gaji lagi.”
Tapi ya gitu, bulan depan ada buku atau kelas lain, trus nggak jadi lagi nabungnya.
Akhirnya kelabakan saat hp mulai minta ganti. Dana darurat nggak ada, karena nabung aja nggak bisa.
Memang bener kata orang-orang, duit berapapun itu bisa habis kalau kita nggak bisa ngaturnya.
💮 Saya memulai resolusi tahun baru dengan membangun kebiasaan menyisihkan uang di awal. Tiap dapat gajian atau ada invoice cair, langsung potong 10% dulu untuk biaya perlatan kerja. Jumlahnya tidak pasti (namanya juga freelancer 😊), kadang hanya Rp10 rb, sesekali beberapa puluh atau ratusan ribu.
💮 Kalau ada kelas atau buku baru, dan budget buat belajar memang belum ada, ya tahan dulu. Yakin kalau rejeki nggak akan kemana. Kalau memang rejeki, nanti kelasnya pasti ada lagi atau bukunya tetap bisa beli meski enggak seperti harga PO.
Pokoknya belanja hanya kalau ada uang di tangan. Nggak ada ya, lewat dulu.
Oya, ada dua orang yang berperan dalam usaha ini, mbak Windi Teguh dan mbak Widi Utami.
💡 Mbak Windi pernah membuat utas tentang sebab nggak bisa nabung, saya jawab karena ada kelas dan buku baru. Dan mbak Windi membalas, “Ya kalau belum cukup uangnya, tahan dulu.”
💡 Mbak Widi Utami ini tempat curhat semua-semua. Pada Beliau saya sering ngeluh nggak ada dana buat ganti lepi. Akhirnya Beliau ngusulin anggap uang lepi itu biaya operasional seperti biaya pulsa atau wifi. Jadi, memang harus keluar setiap bulan.
Dengan mengikuti nasehat Beliau berdua, Alhamdulillah, di akhir tahun, meski belum mencapai target tabungan yang saya inginkan, saya bangga sekaligus bahagia, karena akhirnya bisa punya tabungan juga.
Setelah bertahu-tahun resolusi tahun baru hanya sebatas wacana, tahun ini, Alhamdulillah bisa mewujudkannya jadi realita. 😁
#2. Upaya memperbaiki kondisi kesehatan melalui kebiasaan baik berolahraga
Untuk resolusi ini sebetulnya saya tidak punya strategi khusus. Hanya berusaha saja olahraga di pagi dan siang hari semampu saya. Tapi ya gitu, masih sering bolong karena kecapekan ngurusin rumah, deadline, bantuin kerjain tugas sekolah Hana, dan masih banyak lagi.
Alhamdulillah di bulan Oktober-November kemarin saya terpilih menjadi peserta Gaya hidup sehat Anlene. Setiap hari saya harus berolahraga sesuai arahan, dan diselingin jalan kaki 10 ribu langkah.
AHA moment saya datang di bulan Oktober akhir, saat hujan deras tapi tetep wajib melakukan challenge harian.
Saya mungkin tidak bisa memenuhi tugas seperti peserta lain yang punya perlengkapan lengkap, waktu, atau sistem yang mendukung, tapi apapun kondisinya, saya menyukai olahraga. Menggerakkan badan mengikuti hentakan musik, naik turun angkat beban, semua membuat saya bahagia. Dan ini yang penting, rasa bahagia untuk tetap bergerak, seperti apapun kondisi atau sistem yang saya miliki.
Alhamdulillah dengan mengikuti Anlene Challenge tersebut, akhirnya saya menemukan,
- Durasi waktu yang paling tepat untuk berolahraga
- Jenis olahraga yang tepat untuk saya
- Apa yang perlu dilakukan jika ada hambatan atau setback terjadi
Saya akhirnya menemukan poin-poin yang penting untuk membangun kebiasaan berolahraga. Poin-poin inilah yang nantinya akan menjadi pondasi untuk membangun kebiasaan baik berolahraga.
Pencapaian lain di tahun 2021
#1. Aktif menulis copy untuk media sosial
Keinginan ini muncul saat di buan Februari mengajari kami bagaimana menjadi seorang education consultant. Salah satu tugas seorang education consultant adalah menggali potensi dari klien.
Nah, sebelum mampu menggali potensi klien, tentu kami perlu juga menggali apa yang menjadi kekuatan kami.
Disaat itu saya baru menyadari jika story telling adalah salah satu kekuatan saya. Hanya saja selama ini masih kurang dipupuk.
Dan karena menyadari potensi inilah, saya jadi pengen menekuni media sosial dengan lebih serius.
Alhamdullilah, mulai November kemarin, keinginan tersebut akhirnya terwujud, Saya tidak hanya membuat copy untuk media sosial, tapi juga merancang konten yang cocok sesuai dengan record statistic history.
Ya, memang belum memuaskan hasilnya, tapi kesempatan ini sungguh membuat saya bahagia.
#3. Ikut kelas “Mendesain Hidup”
Jujurly (again), ini adalah kelas Motiva yang paling ingin saya ikuti. Tapi belum terwujud juga sampai bulan April 2021 kemarin. Tapi Alhamdulillah, coach Daramawan Aji memberi saya kesempatan untuk ikut kelas ini.
Kelas inilah yang membantu saya untuk move on lebih cepet setelah kepergian Bapak.
Bagaimanapun, setelah Bapak pergi, tanggung jawab ibu dan paman yang semula ada pada Bapak, kini beralih kepada saya. Dan kelas mendesain hidup inilah yang membantu saya memperjelas apa saja yang haru saya lakukan.
#3. Ikut kelas NLP
Sudah beberapa teman dekat yang mengikuti kelas NLP. Saya awalnya nggak tertarik sih, mengikuti kelas ini karena dalam pandangan saya kelas ini untuk mereka yang ingin menjadi seorang Coach.
Jika tidak, kelas ini sepertinya lebih cocok untuk mereka yang berprofesi sebagai marketer.
“Dan aku kan bukan marketer!”
Ternyata … saya salah besar. Setelah beberapa tim Motiva rata-rata adalah alumni NLP, saya baru tahu kalau NLP adalah salah satu cara untuk “mengenali diri sendiri, dan kemudian berkembang menjadi lebih baik.”
Akhirnya saya pun berniat untuk ikut NLP di tahun 2022 ini. Tapi siapa sangka, akhir November, coach Darmawan Aji malah menawari untuk ikut kelas NLP dasar. Wah, berkah kan? Satu lagi cita-cita terwujud lebih awal.
Bagi saya, tahun 2021 termasuk salah satu tahun terbaik untuk saya. Meskipun pada tahun yang sama, saya juga mengalami kesedihan yang besar, tapi harus saya akui, hal-hal baik yang terjadi banyak “menyembuhkan” luka saya. Hingga akhirnya saya lebih percaya diri menghadapi tahun 2022.
Terima kasih untuk semua pembelajaranmu 2021.
Hai, 2022! Insya Allah akau akan tetap bekerja keras, dan bersiap dengan semua pembelajaranmu.
Wih mantep resolusinya sudah terwujud aja di bulan pertama tahun ini, keren, Mbak. Semangat kedepannya semoga semakin berjalan lancar dan baik. Semoga aku bisa nyusul, bulan ini diawali dengan penurunan malah. Semangat!
He he bukan mbak, itu catetan aku saat tahun 2021.
Yang resolusi tahun ini malah baru mulai.