Akhir-akhir ini saya sedang merasa nggak produktif banget. Target tulisan yang saya harapkan tidak dapat tercapai. Saya jadi merasa gagal sebagai seorang freelancer.
Emang sih, ada beberapa kejadian yang menguras emosi, dan hal tersebut cukup menghambat kerja nulis saya. Saat itu saya merasa seperti benang basah yang coba ditegakkan. #tsah 😀😀
Meskipun sudah bertahun-tahun kerja dari rumah, tapi sejak Hana juga belajar di rumah, banyak banget penyesuain pekerjaan yang harus saya buat. Ritme kegiatan Hana yang melambat, membuat saya juga ikutan melambat. Masih ditambah jadwal kerja ayah yang seringkali berubah-ubah setiap minggunya.
Dan hasilnya, saya merasa setiap waktu ada saja yang harus dikerjakan, tapi khusus untuk pekerjaan blogging dan konten malah jalan di tempat.
Hmm … kayaknya sekarang waktunya saya kembali melacak waktu yang saya gunakan sehari-hari; kenapa saya merasa kehabisan waktu terus, tapi hasil yang saya peroleh jauh dari harapan.
Mau produktif? Jangan lupa melacak waktu kegiatan
Freelancer memang berarti pekerja yang punya kebebasan untuk mengatur waktu kerjanya sendiri. Tapi sayangnya, kalau mau sukses dan menghasilkan uang yang cukup untuk kebutuhan kita sehari-hari (dan masa depan); kita butuh tekad yang kuat, dan bergepok-gepok motivasi.
Okay, di luar sana memang ada nasehat
“it is okay not always to be okay”
“it is okay if you have your own time frame work”
“it is okay kalau kamu punya metode disiplin sendiri“
….. dan masih banyak okay, okay yang lain.
Sayangnya, “the okays” ini bisa jadi bumerang bagi freelancer.
Nggak berarti semua nasehat tentang “it is okay” itu salah, but again, kalau nggak punya tekad dan motivasi, nasehat tersebut bisa jadi malah membuat freelancer tidak produktif.
Saya bisa bilang gini karena sudah ngalamin, lho. Ada masa dimana saya punya begitu buaaanyaakkk alasan untuk menunda memulai pekerjaan alias procastinating. Dengan alasan, “Nggak papa kalau mau istirahat dulu”, “Nggak papa kalau mau nyantai dulu”, dan seterusnya. Cuma ya itu, masalahe lupa menetapkan waktu “nggak papanya” ini, akhire kebabalasan. Keasikan nonton TKEM, stalking dedek Min Ho, sampai lupa waktu. 😂😂😂
Jadi, jangan hanya memperhatikan tentang “it is okay” saja, sebagai freelancer amat sangat wajib utuk menepati jadwal dan apa yang sudah direncanakan. Tentu saja, kita semua tetap harus fleksible dengan waktu. Tapi sebaiknya dukung ke-fleksibelan tersebut dengan sistem kerja yang tepat juga.
Nah, karena penasaran dengan ketidak produktifan tersebut, saya kembali mencoba untuk melacak waktu kerja. Yach, meskipun sebetulnya malas banget sih, kalau harus melacak waktu lagi. Soalnya musti bolak-balik ngecek dan mencatat waktu yang digunakan.
Sayangnya, nggak ada cara lain untuk tahu bagaimana waktu sehari-hari digunakan, selain dengan mencatat kegitan dan durasi yang digunakan.
Ya, syukurnya sih, ada aplikasi seperti Time a Logger yang bisa bantu melacak penggunaan waktu. Jadi “proyek” melacak waktu pun bisa jadi lebih mudah.
Dan untuk freelancer, “tahu kemana perginya waktu” kita, tuh penting banget. Bagi Freelancer, waktu adalah salah satu modal kerja juga. Jadi, wajib menggunakannya dengan sebaik mungkin.
Masih butuh alasan lain, mengapa melacak waktu itu penting untuk freelancer? Ada 6 alasan lain yang membuat melacak waktu itu penting untuk freelancer.
6 Alasan pentingnya melacak waktu untuk freelancer
#1. Landasan membuat sistem kerja
Kunci produktivitas itu sebetulnya satu, sistem yang paling tepat untuk bantu kita menyelesaikan pekerjaan yang kita rencanakan. Jadi, tolok ukurannya bukan “berapa hasil”, tapi “bagaimana menghasilkan”.
Sebagai seorang freelancer,- demi meningkatkan pendapatan kita,- seringkali kita harus bekerja untuk beberapa klien. Tentu saja kita butuh perencanaan matang dan sistem yang tepat agar dapat menyelesaikan semua pekerjaan yang sudah kita sanggupi ‘kan?
Dengan melacak penggunaan waktu, kita akan tahu, pekerjaan mana yang membuat kita menggunakan waktu lebih banyak dan membuat project lain terbengkelai.
Misalkan setelah melacak waktu kerja, akhirnya saya tahu, kalau untuk riset dan menulis artikel game itu butuh waktu lama, dibanding kalau harus menulis artikel kesehatan.
Saya butuh waktu lebih dari satu setengah jam untuk menulis artikel game, karena sama sekali nggak tahu istilah-istilah yang digunakan dalam permainan, apalagi memainkannya. Padahal panjang artikel juga sama, 500 kata.
Pemahaman ini tentu membantu saya untuk lebih selektif dalam memilih topik pekerjaan yang diterima, atau jika memang saya ingin menguasainya, maka saya bisa menyisihkan waktu tersendiri untuk riset dan latihan menulis artikel dalam topik yang berbeda.
Melacak penggunaan waktu membantu kita untuk mengidentifikasi masalah dan membuat rencana strategis berikutnya.
Dan dengan menggunakan data penggunaan waktu selama kurun waktu tertentu, kita akan tahu, sejauh mana sih, sebetulnya kemampuan kita dalam manajemen waktu, dan apakah kita butuh meningkatkan ketrampilan dalam hal ini agar tujuan bisnis menulis kita tercapai?
Sungguh, amat sangat impossible membangun sistem kerja, tanpa tahu bagaimana kita menggunakan waktu.
#2. Membantu lepas dari prokrastinasi
Apa musuh terbesar freelancer? Prokrastinasi, alias menunda-nunda, ntar-sok.
Media sosial seringkali disebut sebagai time vampires. Ironinya disisi lain, freelancers butuh untuk menghadirkan dirinya di lingkup digital, agar diri mereka mudah ditemukan oleh klien yang potensial. Dan salah satunya, melalui media sosial.
Melacak waktu membantu freelancer lepas dari musuh prokrastinasi |
Masih ditambah, freelancer juga butuh banyak referensi dari dunia digital. Potensi untuk drowning di jagad yang satu ini, memang sangat besar. 😀
Nggak masalah sih, tetap update dengan berita terkini. Bagaimanapun, media sosial, platform berita, bisa jadi sumber referensi. Lihat saja televisi saat ini, bahkan sering menggunaka media sosial sebagai sumber berita terbaru kan?
Hanya, saja kegiatan ini akan menjadi masalah jika membuat kita terjebak scroll beranda dan melupakan tenggat waktu pekerjaan. Even, seorang media sosial officer pun, wajib fokus pada apa yang sedang dikerjakan, nggak boleh larut scroll explorer dengan alasan riset.
Oke, beberapa boleh mengaku sebagai deadliners warrior. Tapi ini juga akan menjadi masalah jika kemudian kualitas pekerjaan dipertanyakan.
Kreativitas memang kadang muncul disaat kepepet, tapi pernah nggak terpikir, seandainya penyelesaian pekerjaan itu ternyata membutuhkan waktu lebih lama dari yang ktia rencanakan? Dan karena tenggat waktu sudah datang, akhirnya kita hanya menyelesaikan seadanya saja, lalu kira-kira bagaimana hasilnya?
Sebagi blogger saya sering banget mengalami ini. Misalnya nih, pengen ikut lomba. Merasa topiknya bisa saya kuasai, maka prioritas saya buat ringan, jadwal ke skip pun tidak saya pemasalahkan.
Saat mendekati deadline, ide berhamburan, dan ketika sampai pada outline, baru sadar jika ingin hasil maksimal, artikel tersebut tidak akan selesai dalam kurun waktu 1-2 jam saja.
Jadi, meski hanya rehat sebentar scrolling di sosial media, penting banget tuh dilacak penggunaan waktunya. Apalagi bila scrolling nya adalah bagian dari pekerjaan.
Dengan melacak penggunaan waktu, meski saat kita menggunakan media sosial, kita akan terhindar dari prokrastinasi. Karena kita tahu jika telah banyak menghabiskan waktu untuk hal-hal yang belum tentu terkait langsung dengan pekerjaan kita. Kita pun akan lebih aware dan akhirnya membuat keputusan cerdas terkait dengan waktu yang kita miliki.
#3. Menghindarkan dari multitasking
Sudah tahu kan kalau multitasking justu menurunkan produktivitas sebanyak 40%?
Multitasking memang sepertinya efisien, tapi sayangya, berpindah satu fokus ke fokus lainnya hanya akan membuat waktu bekerja kita menjadi lebih lama. Karena pada dasarnya, otak kita pun desainnya hanya bisa melakukan satu pekerjaan.
Melacak penggunaan waktu adalah salah satu cara untauk menghindari multitasking. Nggak percaya? Ya, coba aja tracking time saat mengerjakan beberapa pekerjaan, pasti susah. 😀😀
Tujuan dari melacak penggunaan waktu adalah tahu berapa lama kita bisa menyelesaikan satu pekerjaan, dan karena kita fokus pada melacak waktu, kita akan cenderung menghindari browsing tanpa tujuan atau sekedar ngecek notifikasi Facebook dan WA saat sedang bekerja.
#4. Lebih selektif memilih klien
Seperti yang saya contohkan diatas, bila kita tahu ternyata waktu yang kita butuhkan untuk mengerjakan pekerjaan dari klien A lebih lama dibanding klien B, kita akhirnya akan berpikir ulang menerima pekerjaan serupa.
Selain mengganggu potensi dapat penghasilan tambahan, tentu klien jadi tidak percaya jika kita bisa menyelesaikan setiap deadline tepat waktu.
Selain itu, saat ini masih masih banyak juga lho, klien yang minta kita melakukan pekerjaan A-Z tapi nggak mau menaikkan rate atau memberikan tambahan pembayaran. Bolak-balik minta revisi, dan kelengkapan ini itu. Apalagi kalau pekerjaan kita berdasarkan jam (hour rate), maka pencatatan waktu akan sangat berguna bagi kita untuk negosiasi dan menunjukkan jika kita sudah bekerja sesuai perjanjian.
Butuh ide menjawab wawancara kerja? Artikel “5 Daftar Pertanyaan saat Wawancara Kerja” ini Mungkin Membantu
#5. Membuat keputusan finansial lebih baik
Yang satu ini, tentu sudah jelas banget kan, ya. Ngapain kita mengerjakan pekerjaan yang membutuhkan waktu pengerjaan lebih lama tapi dengan penghasilan yang lebih rendah? Buat saya sih, itu “bunuh diri” namanya.
Yo, nggak papa sih kalau sesekali. Misal untuk kerja volunteer, meningkatkan portofolio, oke aja. Tapi sebaiknya tidak dilakukan selamanya. We need to payour data bills, right?
#6. Tahu kapan waktunya mendelegasikan pekerjaan
Ingin meningkatkan pendapatan tapi waktu selalu habis untuk menghitung pajak, biaya operasional, menjawab chat klien, atau malah gawean rumah? (itu akuuuu)
Jika itu sering terjadi, itu tandanya kita mulai butuh untuk mendelegasikan tugas-tugas kita.
Bentuknya bisa macam-macam, sih. Misal outsource pekerjaan managerial seperti keuangan dan pajak, atau malah pekerjaan rumah tangga. Eh, kalau tugas kedua mungkin lebih tepat buat para emak freelancer, ya. Biar mamak bisa lebih fokus kerja dan nggak stres karena beban pekerjaan yang banyak. 💕💕 (tolong jangan julid, “emak kerja nggak boleh lupa tugas utama, ngurusin rumah …”; karena dua itu hal yang berbeda, menurutku. Kapan-kapan aku tulis pendapatku tentang itu).
So, sekarang setuju ya, kalau melacak waktu itu penting buat freelancer.
Sekarang tinggal mikir nih, bagaimana sebaiknya cara melacak waktu kita.
Cara melacak waktu bagi freelancer
Seperti yang saya ceritakan diatas, kalau kita bisa melacak waktu kita dengan dua cara, yaitu menggunakan aplikasi atau dicatat konvensional, tulis di buku kertas, whatever.
Mana yang terbaik? Senyaman Sahabat aja, sih. Saat ini saya menggunakan metode konvensional, karena hp mulai teriak “penyimpanan penuh mlulu”. Eh, tapi gabung juga dengan pomodoro yang ada di aplikasi Tick Tick sih. Jadi kombinasi keduanya.
Kalau ingin mencatata dengan aplikasi digital bisa gunakan aTimeLogger. Review dan cara menggunakannya sudah saya post di artikel “Nggak Punya Waktu Kerja? Coba Cek Waktumu”
Jika lebih suka dengan mencatat, bisa lakukan setiap break makan siang dan malam hari saat hendak tidur. Kan masih ingat tuh, kegiatan yang dilakukan dalam sehari.
Nggak usah lama-lama, seminggu saja cukup. (Warning: biasanya di hari ketiga sudah down banget saat sadar kalau produktivitas kita ternyata rendah). 😀😀
Setelah itu, segera lakukan re-schedule, atau jika tidak mungkin, rapikan saat weekend.
Seperti saya kemarin, setelah sadar apa saja yang membuat saya down, akhirnya saya membuat beberapa perbaikan di weekend kemarin. Insya Allah saya buat post terpisah tentang ini, deh. Tapi ijinkan saya coba sistem baru saya dulu ya, kalau berhasil, nanti saya cerita lagi.
Okay, thank you for dropping by, hope my notes will be useful for you.
Rahayu Pawitri
Content Writer | Part time Blogger
081312658622
Uwaw. Tulisannya bagus banget, Mbak.
Saya pakai aplikasi secure time di playstore buat melacak waktu kegiatan digital saya habis buat apa saja. Jangan2 lebih banyak ngerumpi. Hahahhaha. Jadi lebih terbantu.
Terimakasih tipsnya Mbakku. Akan dijalankan.
Aku baru dengar secure time nih. Nanti tengok ah.
Terima kasih sudah mampir mbak
Terima kasih mbak Ety sudah mampir. Matur nuwun sudah mau baca juga.