Pernah mendengar tentang data center? Sesekali kenalan yuk, dengan pusat penyimpanan data.
Data center atau pusat data merupakan salah satu hal yang harus dipersiapkan saat hendak membangun sebuah bisnis, seperti e-commerce misalnya. Bisnis pemasaran yang keseluruhannya menggunakan data-data digital.
Mengapa harus dipersiapkan? Hal ini dikarenakan pusat data adalah sebuah wadah untuk server, komponen, atau sistem-sistem yang berkaitan dengan komputer.
Meski pusat data merupakan sebuah layanan jasa, pemilik dari perusahaan pun tetap bisa dengan mudah mengakses datanya.
Data Center ada beberapa jenis, yang kategori pembagiannya disebut dengan Tier. Pembagian ini sudah diatur sejak tahun 2005 oleh Telecommunication Industry Associations di jurnal TIA-942. Lalu direvisi pada tahun 2008, dan tahun 2010.
Setiap pusat data yang menggunakan Tier ini tergantung dari adanya power, tingkat ketersediaannya, sistem pendinginnya, dan fasilitas lain yang memang diadakan oleh layanan pusat data itu.
Jenis data center dan siapa penggunanya
Jika Sahabat RPB saat ini membutuhkan tempat penyimpanan data, akan lebih baik jika Sahabat tahu terlebih dahulu jenis data center serta besaran ruang simpannya. Selain agar tak salah pilih, juga untuk efektivitas dari biaya operasional bukan?
Berikut ini penjelasan mengenai jenis-jenis pusat data.
#1. Tier 1
Pusat data dengan jenis Tier 1 ini merupakan jenis data center yang paling rendah. Disebut termasuk Tier paling rendah karena Tier 1 hanya menggunakan 1 sistem pendingin dan 1 jalur untuk sistem kelistrikan, bahkan tidak memiliki komponen untuk redundansi.
Perusahaan yang menggunakan Tier 1 biasanya adalah perusahaan-perusahaan yang masih termasuk kecil.
Tingkat availability-nya juga paling rendah, hanya sampai 99.671 persen l, dengan downtime selama 28 jam.
Jika perusahaan tergolong baru atau masih masuk perusahaan kecil, dan data yang dimiliki masih sedikit, Tier 1 sangatlah cocok.
#2. Tier 2
Antara Tier 1 dengan Tier 2 ini memang tidak terlalu kentara perbedaannya. Karena masih sama-sama menggunakan satu jalur kelistrikan, serta satu buah sistem pendingin. Yang membedakan adalah adanya komponen untuk redundansi.
Untuk tingkat availability-nya, Tier 2 lebih tinggi tentunya dibandingkan Tier 1, yaitu 99.841 persen.
Apabila perusahaan yang cocok untuk Tier 1 adalah perusahaan kecil, maka Tier 2 sangat cocok untuk perusahaan-perusahaan menengah. Waktu downtime-nya juga lebih cepat, yaitu 22 jam.
Tier 2 biasanya banyak digunakan untuk perusahaan kelas menengah. .
#3. Tier 3
Semakin tinggi nama tier-nya, semakin tinggi pula kualitas yang ditawarkan. Karena itu, Tier 3 tentu lebih baik dibandingkan dengan Tier 1 dan Tier 2.
Pada Tier 3, tersedia beberapa jalur kelistrikan serta sistem pendingin, meski yang bisa aktif hanya satu jalur dan sistem saja.
Meskipun begitu, Sahabat tidak perlu khawatir, karena Tier 3 sudah lengkap fasilitasnya. Misal komponen redudansinya sudah memiliki tingkat availability sebesar 99.982 persen.
Dengan fasilitas-fasilitas tersebut, maka kamu pun jangan heran jika yang menggunakan jenis Tier 3 ini adalah perusahaan-perusahaan besar. Ditambah lagi, waktu untuk downtime-nya tidak lama, yaitu hanya 1.6 jam. Perusahaanmu termasuk perusahaan besar? Gunakan Tier 3 untuk mendapatkan fasilitas yang lebih baik.
#4. Tier 4
Jenis Tier 3 yang sudah cocok digunakan untuk perusahaan besar pun, masih kalah unggul jika dibandingkan dengan Tier 4.
Apa sih, perbedaannya? Tentu saja pada fasilitasnya. Pada Tier 4, semua jalur kelistrikan dan sistem pendingin, meskipun lebih dari satu buah, semuanya aktif.
Tier 4 juga punya komponen redudansi dan tingkat availibity sampai 99.995 persen. Untuk lama downtime-nya, hanya 0.04 jam.
Oya, jika Sahabat butuh data center dengan salah satu tier diatas, Sahabat dapat menggunakan layanan data center NEX. Silahkan kujungi situs resmi NEX Indonesia untuk mendapatkan informasi terkait dengan data center yang Sahabat butuhkan.