Last Updated on: 27th February 2024, 04:27 pm
Saat Hana lahir, saya diliputi banyak perasaan khawatir, terutama tentang kesehatannya kelak.
Seperti yang Sahabat RPB ketahui, saya pernah terkena toksoplasma. Meski sudah dinyatakan negatif saat hamil, tetap saja rasa khawatir masih ada. Apalagi jika ingat saya dulu termasuk kategori anak sering sakit. Menurut cerita ibu, saat balita, botol obat saya bisa sampai separuh baskom setiap bulannya. Lebih sedih lagi, kondisi sering sakit tersebut juga terbawa hingga saya dewasa.
Bisa Sahabat bayangkan, betapa khawatirnya saya.
Jadi, ketika Hana lahir, sebisa mungkin saya menjaga imunitas tubuhnya. Sayang, kadang usaha tidak seindah drama korea angan; sekuat apapun saya berusaha, ternyata Hana juga cukup sering sakit. Terlebih ketika ia mulai masuk sekolah dasar, setengah bulan sehat, maka setengah bulan berikutnya sakit.
Sakit yang paling sering Hana alami adalah flu dan sakit perut. Sama persis seperti yang saya alami hingga dewasa.
Meskipun sudah sering ganti-ganti vitamin, ternyata tidak berpengaruh banyak. Akhirnya saya pun pasrah. Tetap melakukan apa yang bisa saya lakukan untuk menjaga Hana, tapi tetap tidak berani berharap banyak.
Syukurlah, akhirnya saya menemukan teori dasar mengapa anak sering sakit, dan bagaimana mengatasinya.
Sehatkan saluran cerna, untuk mencegah anak sering sakit
Akhir November lalu, saya diundang ke acara Nestle Nutrition Masterclass.
Nestle Nutrition Masterclass merupakan salah satu bentuk komitmen Nestle untuk berbagi informasi seputar gizi yang relevan, dengan menghadirkan narasumber ahli dan terpercaya. Acara ini ditujukan untuk membantu para orangtua membantu membuat keputusan yang tepat dalam mendukung pertumbuhan dan perkembangan optimal anak. Tema Nestle Nutrition Masterclass kali ini adalah “Peran Penting Probiotik dalam Mendukung Tumbuh Kembang dan Kebahagiaan anak.”
Anak sering sakit? Mungkin saluran pencernaannya terganggu
Bayi lahir dengan saluran cerna yang belum matang. Malah sebagian lahir dengan lapisan mukosa tipis dan sel saluran pencernaan yang terbuka. Akibatnya sel bakteri jahat pun mudah masuk dan mengganggu kesehatan anak. Itulah mengapa, bayi dan balita seringkali dikategorikan rentan infeksi dan mudah sakit. Dan jika anak sering sakit, tentu akan terganggu tumbuh kembangnya bukan?
Bagaimana probiotik mendukung tumbuh kembang dan kebahagiaan anak
Setiap orangtua pasti mengharapkan anaknya akan tumbuh dengan optimal. Bahkan, dalam sambutannya di acara nutrion Masterclass kemarin, dr. Ray Basrowi, MKK (Head of.Medical & Nutrition Service Nestle Indonesia), menambahkan jika; tujuan pengasuhan orangtua saat ini tidak hanya pertumbuhan tapi juga tumbuh kembang anak.
Untuk itulah, selain berusaha memberikan stimulasi yang tepat, orangtua jaman now juga akan berupaya untuk memberikan nutrisi yang tepat.
Sayang, sebagai orangtua, kadang ada hal yang kita lupakan, yaitu tentang penyerapan nutrisi. Padahal, ini adalah bagian terpenting dari usaha kita untuk memastikan anak-anak kita tercukupi nutrisinya. Nutrisi akan terserap dengan baik jika kondisi saluran cerna optimal dan sehat. Syaratnya, jumlah bakteri baik atau probiotik lebih dominan dibanding jumlah bakteri jahat (patogen, aka. bakteri penyebab penyakit).
Oya, probiotik ini berkaitan erat dengan Gut-Brain Axis, lho, kondisi dimana saluran cerna dan otak secara aktif melakukan komuikasi dua arah. Jika saluran cerna sehat, ia akan mengirimkan sinyal positif kepada otak, sehingga otak dapat berkembang dengan baik.
Sebaliknya, ketika otak berkembang dengan baik, maka ia akan mengirimkan sinyal yang akan mempengaruhi komposisi mikrobiota (bakteri baik) dalam saluran cerna.
Selain mendukung perkembangan otak, saluran pencernaan ternyata juga mempengaruhi suasana hati dan kebahagiaan anak, lho. Makanya, jangan pernah abaikan probiotik, ya.
Probiotik sebetulnya sudah ada secara alami dalam tubuh kita, dan bayi akan memperolehnya dari ibu saat dilahirkan secara alami dan saat ia minum ASI.
Sayangnya, manfaat maksimal dari probiotik mulai berkurang, seiring anak semakin besar, dan mulai menghilang ketika anak masuk usia 2 tahun. Untuk itulah, anak mulai membutuhkan tambahan probiotik pada menu makanannya sehari-hari.
Mengenal probiotik dan fungsinya untuk pertumbuhan anak
Meskipun saat ini kita telah paham manfaat probiotik dan sadar jika perlu memasukkan makanan sumber probiotik pada menu harian anak kita, ternyata kita tidak bisa sembarang memberikan semua jenis probiotik pada anak. Menurut Prof. Yvan Vanderplas, Ketua Departemen Anak di University Hospital Brussels, Belgia; tidak semua probiotik memiliki manfaat yang sama. Beliau menekankan jika “Setiap strain mikrobiota, haruslah terbukti secara klinis keefektifannya untuk kesehatan tubuh.”
Ada banyak probiotik yang sering ditambahkan pada makanan, tapi ada tiga jenis bakteri sudah diteliti keefektifan, yaitu;
#1. Lactobaciluus reuteri DSM 17938
- Mengurangi resiko kolik
- Mengurangi masa terjangkit diare akut
#2. Bifidobacterium lactis
- Mengurangi resiko diare
- Meningkatkan kekebalam IgA
- Meningkatkan respon terhadap vaksin
- Mengurangi kejadian NEC pada anak yang lahir dengan BB rendah
#3. Lactobacillus rhamnosus GG
- Mengurangi resioko infeksi pernapasan
- Menguranig resiko saluran pencernaan
- Mengurangi resiko eksim atopik
Ketiga jenis probiotik tersebut memainkan peran mendasar untuk mendukung empat pilar perkembangan anak, yaitu sistem daya tahan tubuh yang kuat, perkembangan otak, dan pertumbuhan fisik yang optimal.
Cara memanfaatkan probiotik untuk perkembangan anak
Jadi bagaimana agar kita bisa memanfaatkan probitotik untuk kesehatan anak-anak kita meski ia telah melewati masa ASI? Atau bagaimana agar mereka yang tidak memiliki kesempatan untuk lahir dengan normal dan mendapt ASI juga bisa mendapatkan manfaat probiotik?
Jadi bagaimana agar kita bisa memanfaatkan probitotik untuk kesehatan anak-anak kita meski ia telah melewati masa ASI? Atau bagaimana agar mereka yang tidak memiliki kesempatan untuk lahir dengan normal dan mendapt ASI juga bisa mendapatkan manfaat probiotik?
“Tentu saja melalui makanan,” kata Dr. dr. Ariani D. Widodo, SpA (K) dalam paparannya kemarin.
Makanan mempunyai peran bagi tubuh kita, yaitu:
- Membantu bakteri melewati saluran cerna
- Mengandung prebiotik (baik yang alami atau buatan)
- Menyediakan zat nutrisi lain bagi tubuh
Dan jenis makanan yang mengandung probiotik adalah
- Daun bawang
- Oats
- Bawang bombay
- Bawang putih
- Asparagus
- Chicory root
Sayangnya, kandungan probiotik dapat menghilang ketika makanan dimasak dengan pemanasan. Cara terbaik untuk mendapatkan manfaat probiotik dalam makanan tersebut adalah dikonsumsi dalam keadaan difermentasi.
Cara lainnya adalah dengan menjadikan susu sebagai medium yang ideal untuk menghantarkan probiotik ke saluran cerna tubuh.
Dr. dr. Ariana juga menyebutkan, penelitian dari Ninh Nguyen Xuan di taun 2013 membuktikan jika susu pertumbuhan yang mengandung probiotik terbukti mampu meningkatkan imunitas dan menunkang pertumbuhan anak.
Dan dalam sesi wawancara, Prof. Yvan beserta Dr. dr Ariani juga mengingatkan, alangkah baiknya jika orangtua juga memilih jenis probiotik yang tepat untuk anaknya. Misalkan seperti saya yang memiliki masalah alergi, maka L. rhamosus lah yang sebaiknya saya tambahkan dalam menu sehari-hari. Tapi bagaimana cara memastikannya? Tentu saja, dengan konsultasi pada dokter terlebih dahulu.
Bagi Sahabat yang sering sakit dan mengkonsumsi antibiotik, Prof. Yvan juga menyarankan untuk menambahkan probiotik ke dalam menu harian, agar keseimbangan bakteri dalam saluran pencernaan akan terjaga.
Itulah informasi gizi terkini yang saya peroleh pada Nestle Nutrition Masterclass kemarin. Semoga bermanfaat. ya.