Tradisi Menyambut Datangnya Bulan Ramadhan

tradisi-menyambut-datangnya-bulan-ramadhan

Hari pertama Ramadhan masih sangat sepi di komplek Graha Prima ini. Hanya terdengar suara mobil satu dua yang melintas. Selebihnya sepi… 😊😊

Kesunyian ini (duh, bahasanya …) membuat saya ingat dengan kampung halaman di kota Parakan sana. Dulu hari pertama Ramadhan biasanya malah sedikit rame. Usai subuh anak-anak akan keluar main agar lupa dengan rasa lapar dan haus yang dirasakan.

Kalau jaman saya dulu bulutangkis biasanya menjadi mainan favorit, tidak tahu kalau saat ini. Mungkin kalau sekarang, anak-anak malah lebih tinggal di rumah dan menghabiskan waktu bersama gadget kesayangan.

Iya, disana rata-rata anak kecil malah sudah punya hape sendiri, meski emak-bapaknya kadang malah tidak paham benar bagaimana menggunakan atau mengoperasikan perangkat pintar tersebut.

Tapi Alhamdulillah, masih ada satu tradisi yang belum hilang di kampung saya, namanya tradisi padusan.

Tradisi menyambut datangnya bulan Ramadhan

Sepanjang hidup saya (#tsah…) saya mengenal dua tradisi untuk menyambut datangnya bulan Ramadhan. Dan menjadi tiga tradisi setelah si Hana masuk sekolah.

Tiga tradisi menyambut datangya bulan Ramadhan tersebut adalah padusan, punggahan, dan tarhib Ramadhan.

#1. Tradisi padusan, mandi suci untuk menyambut datangnya bulan Ramadhan

Padusan adalah tradisi menyambut bulan Ramadhan yang paling saya kenal sejak kecil.

Padusan berasal dari kata “adus” yang dalam bahasa Jawa berarti “mandi“.

Jadi padusan kira-kira artinya mandi bersuci dengan air yang mengalir atau mandi berendam lebih dari satu kolah. Makna dari padusan ini adalah mandi bebersih untuk menyongsong datangnya bulan Ramadhan.

Karena mandi dengan air mengalir atau air satu kolah lebih, padusan seringnya dilakukan di sungai atau di kolam renang. Anak-anak kecil biasanya lebih memilih mandi di kolam renang. Selain bertujuan untuk mandi bersih, padusan di kolam renang juga menjadi alasan untuk jalan-jalan.

Iya, bagi kami dulu, pergi ke kolam renang masih merupakan hal yang mewah, dan tidak semua orang dapat pergi kesana. Kalau sekarang sih, sudah kebalikan. Kolam renang sudah menjadi tempat rekreasi mingguan untuk masyarakat disana.

Orang dewasa umumnya melakukan padusan di rumah, mandi keramas di bawah kucuran air kran (yang dinginnya sedingin air kulkas). Usai mandi bisanya juga diikuti dengan aktivitas bebersih lainya seperti memotong kuku, mempersiapkan peralatan sholat yang bersih, juga bebersih rumah.

Dari cerita ayah dan ibu kemarin, saat ini padusan memang lebih banyak dilakukan di rumah masing-masing, hanya satu-dua orang saja yang pergi ke kolam renang, atau malah mandi di sungai.

Sungai kebanggan kami, Kali Galeh, memang sudah tidak bersih lagi sekarang. Ditambah airnya pun sekarang sudah sangat berkurang, akibatnya susah sekali mencari kedung (salah satu titik sungai yang untuk ciblonan (mandi berendam atau berenang di sungai).

#2. Punggahan, opor untuk menyambut datangnya bulan Ramadhan

Saya kenal tradisi punggahan ini sejak bekerja dan menetap di Jakarta. Awalnya bingung, kenapa awal puasa kok pasar menjadi lebih ramai dari hari biasanya. Saat orang menyebut kata “punggahan” pun saya bingung.

Konon punggahan atau kadang disebut juga munggahan berarti naik, yang maknanya naik menuju bulan suci atau bulan yang tinggi derajatnya.

Tradisi punggahan biasanya diisi juga dengan ziarah ke makam dan saling bermaafan.

Ada yang unik tentang tradisi bermaafan ini. Waktu itu pintu kamar saya diketuk oleh ibu kos yang datang untuk bermaafan. Saya bingung, kenapa belum Idul Fitri kok sudah bermaafan.

Ternyata begitulah, di Jawa Barat, khusunya mereka yang asli Sunda, masuk bulan Ramadhan ini ternyata tidak hanya suci secara lahiriah, tapi juga batiniah, termasuk bersih dari dosa terhadap orang lain.

Ada yang bercerita, punggahan juga merupakan wujud syukur kepada Allah SWT karena diberi kesempatan bertemu lagi dengan bulan Ramadhan, serta wujud doa, semoga dihindarkan dari perbuatan buruk selama menjalankan ibadah puasa.

#3. Tarhib Ramadhan, pawai keliling menyambut datangnya bulan Ramadhan

Orang Jawa Barat tuh, tradisinya memang banyak ya. Sudah ada punggahan, masih juga ada tarhib Ramadhan.

Saya kenal tradisi ini sejak Hana masuk ke SDIT. Setiap tahun menjelang Ramadhan, siswa kelas 1-3 biasanya berpawai keliling daerah sekitar sekolahan sambil membawa spanduk dan membagikan makanan kecil, permen, coklat dan lain sebagainya.

Selain sebagai syiar Islam, tarhib Ramadhan juga merupakan cara untuk mengajak anak-anak kecil bergembira dan bersemangat berpuasa di bulan Ramadhan.

Itulah tiga tradisi menyambut datangnya bulan Ramadhan yang saya kenal selama ini. Seru, dan semua memiliki makna yang baik menurut saya. Karena tujuannya adalah menebar semangat dan bergembira menyambut datangnya bulan yang penuh berkah ini.

Udah dulu deh, ceritanya. Mau balik kerja dulu. Selamat berpuasa ya, Sahabat. Semoga puasa tahun ini membawa keberkahan dan keberkahan untuk Sahabat sekeluarga.

Btw, kamu punya tradisi unik untuk menyambut datangnya bulan Ramadhan? Share dong di kolom komentar.

Leave a Comment

Comments

No comments yet. Why don’t you start the discussion?

    Leave a Reply

    Your email address will not be published. Required fields are marked *