Jangan Jadi Penjual/ Sales Nyebelin

rahayupawitri_penuliskonten
Jaman boleh berganti, tapi nilai-nilai dasar sosial akan tetap ada.
Behave, please! (pic. source: pixabay.com)

Kemarin pagi sempat kaget saat buka chat di WA kok tiba-tiba ada nomor tak dikenal dan ngajak untuk arisan sebuah barang.

Who is she? How come she make such offering?

Bukan masalah apa yang ia tawarkan si, tapi caranya itu lho.

Setahu saya aplikasi chat seperti WA, BBM hanya bisa diketahui ketika seseorang memang memberkan nomornya pada orang lain. Karena itu saya menganggap aplikasi seperti ini seharusnya private. So, how can she find out my number?

Selidik punya selidik ternyata dia adalah salah satu peserta dari grup yang saya ikuti.

Anda seorang penjual atau sales? Behave, please!

Saya pernah baca sebuah buku tentang bagaiamana menjadi seorang guru bahasa Inggris yang efektif. Meskipun hampir seluruh isinya saya lupa, tapi ada satu nasehat yang terus saya ingat sampai sekarang,

Mereka, calon-calon murid Anda bisa saja memiliki pengetahuan dan pengalaman yang lebih baik Anda, jadi jangan sombong seolah Anda paling tahu dan paling baik diantara murid-murid Anda

Meskipun sudah tidak ngajar lagi, tapi nasehat itu selalu saya ikuti dan terapkan sampai saat ini. Saya percaya setiap orang pasti memiliki kelebihan masing-masing, meskipun orang itu berprofesi tukang sampah atau tukang sol sepatu keliling.

Jadi, ketika bertemu dengan orang baru wajib bagi saya untuk menjaga sikap saya agar tak melukai perasaan mereka.

Every one has their own diamond

Lalu apa hubungan dengan jangan jadi penjual atau sales nyebelin?

Berjualan secara online, memang membuat kita tak pernah bertemu dengan customer yang kita tawari. Sehingga kita tidak pernah tahu bagainilai-nilai sosial seperti yang ia pegang. Karena itu akan lebih baik bila melakukan penawaran dengan mengikuti kaidah-kaidah nilai sosial standar.

You may not meet customer face to face, however, it doesn’t give you any privilege to behave as you want.

Misalkan dengan mengenalkan diri terlebih dahulu, memberikan informasi darimana mendapatkan nomer atau data diri si calon customer, barulah buat penawaran.

Orang yang menawarkan arisan diatas, akhirnya saya tegur. Ia pun minta maaf. Tapi sayang, ada kalimat yang terkesan sombong menurut saya. Diakhir permintaan maafnya ia menambahkan, “Jika nggak suka silahkan hapus saja chat ini”

Oh… You’ve made a mistake twice, dear!

Saya paling sebel dengan penjual seperti ini. “Maaf” tak selamanya bisa meyelesaikan semua masalah. Kesan yang saya peroleh sudah nyebelin, ditambah kalimatnya itu lho… Sorry, blocked!

Sedih rasanya, sepertinya sopan-santun memang sudah satu persatu pergi dari negeri ini. Saya jadi berpikir, jika kita sebagai orang dewasa sudah gagal bertingkah laku sopan, lalu apa yang kita harapkan dari generasi kita?

Times may change, but basic value will remain unchange , “Take 2, Full House”

Show 1 Comment

1 Comment

  1. kalo aku di invite via BBM, Mba. baru di accept beberapa menit, dia udah BC. Belum tuntas baca BC-nya, dia udah masukin ke grup. Sorry, akhirnya aku delete dia dg kezzaamm.. butuh duit dih butuh duit, tapi kembali lagi, behave. ๐Ÿ™‚

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *