6 Hal yang Sering Kita Lupakan Saat Berusaha Mengatur Waktu

kesalahan mengatur waktu

Selain sering dicurhati tentang toksoplasma, sekarang saya juga dicurhati tentang … produktivitas dan time management alias usaha mengatur waktu.

Kalau ingat, saya mau ketawa sendiri, apa saya sudah berubah jadi motivator? 😂😂😂
Eh, tapi senang juga sih, karena cerita up and down saya untuk mengatur waktu lebih baik, bisa bermanfaat untuk orang lain.

Dan dari cerita curhatan tersebut, selain menemukan ide produktivitas baru, saya juga menemukan ada benang merah dari masalah Sahabat RPB saat berusaha mengatur waktu. Berikut saya kumpulkan masalahnya, beserta solusi yang Sahabat bisa coba.

Masalah dalam mengatur waktu yang sering tidak kita sadari

Waktu adalah aset berharga. Meski banyak orang bilang waktu adalah uang, sebetulnya, waktu lebih berharga daripada uang. Uang hilang bisa kita cari, waktu hilang, kita nangis sendiri. 😃
Karena itulah, waktu harus bisa kita gunakan sebaik-baiknya. Dan agar jalurnya tepat, yuk, kita kenali kesalahan mengatur waktu berikut ini. 

Kesalahan mengatur waktu #1. Tidak mengenali diri sendiri

Curhatan yang paling sering saya dengar adalah “kenapa saya tidak pernah bisa menyelesaikan pekerjaan atau daftar to-do yang saya buat sendiri?”
Dan saat saya minta menunjukkan to-do beserta time map-nya, masih banyak setting waktunya yang tidak realistis. 
Misalnya: mencuci baju bayi hanya 30 menit; berpindah dari kegiatan bekerja ke kegiatan di rumah, tidak ada jeda sama sekali, padahal si Pemilik jadwal bekerja di luar rumah; tidak ada waktu istirahat, atau to-do-nya banyak. 
Solusi: sebetulnya, mau membuat to-do banyak atau sedikit adalah hak kita. Sayangnya, jika kita tidak mengenal kebiasaan dari aktivitas kita sendiri, to-do hanya akan menjadi panjang, dan susah untuk diselesaikan. 
Dengan mengenal kebiasaan kita sendiri, kita akan bisa memilah mana yang penting dan urgent, penting tapi tidak urgent, dan seterusnya. Kita pun paham, waktu yang kita butuhkan untuk melakukan setiap pekerjaan
Tentu saja, kita juga harus jujur dengan kebiasaan kita. Kalau nyuci baju itu dua jam, ya akui saja dua jam. Nyuci baju kan nggak hanya kucak-kucek, ada waktu untuk jemur baju juga kan? 
Trus kalau butuh waktu untuk berpindah dari tugas satu ke tugas lain (waktu istirahat) ya, perlu diperhitungkan juga, meski itu hanya 15. 
Dengan begitu, gambaran atau time-mapping kita jadi jelas, dan mana yang bisa diselesaikan hari ini, dan mana yang enggak. 

Kesalahan mengatur waktu #2. mencontoh orang lain apa adanya

kesalahan mengatur waktu



Dulu tuh, saya pernah baper sama coach Aji waktu Beliau post di Facebook tentang kebiasaan orang sukses yang membuka hari dengan membaca buku. 
Saya juga pernah baper waktu coach Aji cerita kalau Beliau bisa tetep meditasi disetiap perpindahan pekerjaan, meski Beliau sedang mencoba tugas istri. (maaf ya, Coach, sungkem dulu 😃).
Terus saya pernah uring-uringan, marah-marah sama Hana dan ayah gara-gara gangguin jadwal saya dengan permintaan ini itu. Padahal saat itu saya sedang pengen seperti ibu Indari Mastuti yang punya to do list sampai puluhan, dan semuanya bisa kelar. 
Tapi, ada satu hal yang tidak saya sadari. Keseharian coach Aji dan bu Indari kan berbeda sama saya. Coach Aji dan bu Indari mungkin sudah punya support system yang baik dan teratur. Berbeda dengan saya, yang semuanya masih harus dikerjakan sendiri, plus Hana dan ayah belum paham dengan manajemen waktu. 
Solusi: Momen AHA! saya datang saat membaca status mbak Pritha Khalida (iya, penulis buku anak itu), jika manajemen waktu ibu rumah tangga itu ya, ala ibu rumah tangga. Meski pekerjaan profesional menjadi center utama manajemen waktu, tapi tetap tidak bisa meninggalkan tugas harian seperti masak, nyuci, belanja, antar anak dan seterusnya. 
Di saat itu saya mulai sadar, jika memang kita sebaiknya mempunyai pola manajemen waktu sendiri, sehingga pekerjaan rumah tangga dan pekerjaan profesional bisa berjalan selaras. 
Artinya juga, tidak perlu merasa harus seperti manajeman waktu motivator A, B, C, D yang setiap pagi bisa membaca buku dulu, tanpa harus ribut dengan bayi misalnya. 
Jadi pekerjaan rumah tangga harus dikerjakan sendiri? 
Jelas, enggak dong. Dalam manajemen waktu kan memang perlu mendelegasikan sebagian tugas jika memang bisa didelegasikan (atau sebaliknya). So, bebas saja! Utamanya itu, 

Kenali diri, atur energi, dan realistis, pilih pekerjaan berdasar tingkat urgensi, dan fokus. 

Lalu tips para motivator itu diapakan? Ambil prinsip dasarnya saja, dan modifikasi sesuai keseharian kita.  

 

Kesalahan mengatur waktu #3. Tidak menentukan prioritas


Semuanya penting, semuanya harus dikerjakan hari ini. Mana ada pekerjaan ibu rumah tangga yang bisa ditunda besok?”
Ya, iya kalau memang nggak ada pekerjaan lain sih, mau berprisip gitu monggo. Tapi kalau ibu yang nyambi bekerja dari rumah seperti saya, ada kala harus bilang “Stop. Besok lagi”. 
Seperti kemarin waktu bersihin rumah. Saya lihat kamar saya kerja ini juga mulai banyak debu. Tapi kalau saya kerjakan semua di hari itu, saya tidak akan punya waktu untuk istirahat dan membuat planning untuk seminggu ke depan. 
Hasilnya, semua yang harus dikerjakan di minggu berikutnya pasti banyak yang terlewat dan gagal. mungkin juga akan jadi pekerjaan menumpuk untuk minggu depan. 
Solusi: Belajar prioritas pekerjaan itu penting. Kita harus tahu mana yang 
  • Penting dan harus diselesaikan
  • Penting, tapi tidak masalah jika tidak selesai hari ini
  • Harus selesai hari ini, tapi tidak terlalu penting
  • Yang tidak terlalu penting, dan tidak harus selesai hari ini

Kesalahan mengatur waktu #4. Tidak fokus


Wanita itu harus bangga, lho. Dibalik tubuh yang sering disebut lemah, kita itu sudah diciptakan Allah untuk bisa multitasking. Masak sambil nggiling cucian, nggoreng bakwan sambil beresin piring, ngangkatin jemuran,- semua bisa. 
Tapi sayang, dalam beberapa hal, multitasking malah bisa membawa bencana. Nggak semua pekerjaan bisa kita kerjakan dalam waktu yang bersamaan. Misalkan dua pekerjaan yang mengharuskan kita berpindah dari sudut rumah satu ke sudut rumah lain. 
Buat saya, ngucek cucian sambil masak itu malah bikin lelah. Atau nulis sambil jawab chat itu juga nggak oke. 

Solusi: Meski wanita dikaruniai kemampuan untuk multitasking, tapi otak kita sebetulnya diciptakan hanya fokus pada satu pekerjaan saja. 
Coba amati deh, kalau habis mengerjakan dua pekerjaan dalam satu waktu, lebih capek nggak? Ya, karena mutltitasking itu butuh lebih banyak energi. Kalau hanya dua hal yang tidak membutuhkan fokus sepadan, ya mungkin nggak masalah dikerjakan (berdasar pengalaman), tapi kalau salah satu pekerjaan butuh fokus banyak, lebih baik rencanakan, pasang pomo, dan fokus.  

Kesalahan mengatur waktu #5. Tidak punya sistem


kesalahan mengatur waktu



Sistem yang saya maksud disini adalah cara untuk membuat kita lebih produktif, dengan mengurangi jumlah to-do misalnya. 
Misalnya nih, kebiasaan kita kalau usai pakai barang tidak langsung dikembalikan. Akibatnya, kerjaan kita jadi nambah, dong, beres-beres rumah atau malah cari barang yang kita butuhkan tapi lupa taruh dimana. 
Solusi: buat sistem yang membuat pekerjaan kita berkurang. Misal; 
  • Biar nggak perlu bolak-balik ke pasar, ya, buat saja daftar masakan
  • Kembalikan barang ke tempatnya usai dipakai. Selama nggak butuh waktu lebih dari 5 menit, segera kembalikan
  • Gunakan aplikasi pada hp jika mencatat pernik-pernik dirasa merepotkan

Kesalahan mengatur waktu #6. Tidak mau memaafkan diri sendiri

Aturan yang satu ini sebetulnya merupakan prinsip hidup agar kita bisa segera move on. Lalu apa hubungannya dengan mengatur waktu? 
Saat kita tidak bisa memaafkan diri sendiri, kita berusaha menjadi sempurna. Bangun pagi saja sudah telat, tapi tetap tidak mau mengubah daftar to do. 
Atau misal bangun telat tidak sesuai jadwal, karena kita tidak mau memaafkan diri sendiri, kita menganggap di hari itu kita sudah gagal. Akibatnya, malah suka-suka mengerjakan tugas yang sudah direncanakan. Akhirnya banyak pekerjaan yang tidak selesai dan to do esok hari makin panjang kan? 
Solusi: sederhana saja, maafkan kegagalan, buat daftar to do baru. Dan lain kali saat merencanakan, jangan lupa, buat waktu cadangan. Oya, saya pernah menulis tentang waktu cadangan ini pada post “Cara Mengatur Waktu Tidak Pernah Sukses?


Itulah 6 hal yang sering saya temukan dari curhatan kawan-kawan tentang manajemen waktu. Pertanyaan yang diajukan akan selalu sama, “Lihat planning harian mbak Rahayu, dong“, “Kok bisa sih, meditasi dan nggambar, padahal punya banyak gawean. Aku susah deh, anakku semua harus aku
Well, anak saya sudah 11 tahun, sebagian keperluan pribadi sudah dikerjakan sendiri. Nyapu dan bersihin debu juga kadang menjadi tugas dia. Wajar, kalau saya lebih punya waktu untuk mengerjakan yang lain. 
Nah, biar nggak baper, stres, coba kenali diri sendiri dulu. Buat time mapping yang jujur. Jika memang tidak bisa selesaikan sendiri, ya coba delegasikan. Kalau jadwal sudah penuh, ya jangan nambahi project, and so on. 
Semoga alasan diatas membantu ya, sampai jumpa di tips produktivitas dan manajemen waktu berikutnya. 😊😊
Rahayu, 
untuk rahayupawitriblog.com
WA: 0813125822

Show 1 Comment

1 Comment

  1. aku termasuk yg gak fokus dan selalu missed menempatkan prioritas.. udah tau salahnya, tp diulang terosss

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *