Apa punya metode baru? Ya enggak juga si.
Tapi karena anak saya kebetulan tipe yang sangat menjaga prestasi, dan mudah stres kalau pencapaiannya berkurang, jadi saya memilih untuk tidak menggunakan reward and punishment dalam mendisiplinkan anak.
Saya kenal reward and punishment ini sejak dari Hana belum lahir. Dulu si berpikir jika metode ini oke. Tapi setelah Hana lahir dan masuk waktunya saya mengenalkan aturan padanya, saya mulai berpikir ulang tentang metode ini.
Anakku bukan tipe “reward and punishment”
Dulu saya pernah mencoba metode ini saat Hana usia 4 tahunan. Saat it, jika ia mengembalikan mainan, ikut sholat, tidak membuat adik tetangga menangis, mau berbagi mainan, maka ia akan mendapat bintang.
Begitu juga sebaliknya, jika ia tidak mau mengembalikan mainan, maka bintangnya akan berkurang. Seingat saya ia begitu bersemangat mengumpulkan bintang, tapi akan ngamuk, ngambek berjam-jam ketika bintangnya diambil. Well, sepertinya konsep konsekuensi belum bisa ia pahami.
Daripada saya repot membujuk agar ia berhenti menangis dan mengamuk, saya pikir lebih baik ambil intinya saja; paham konsekuensi untuk setiap pilihan.
Misal saat ia kelimpungan karena mainan barunya hilang; saya tunjukkan seandainya kemarin rapi mengembalikan, sekarang ia tidak kebingungan mencari. Akibatnya, waktu bermain pun jadi berkurang karena harus mencari mainan dulu.
Artikel terkait: Mengenalkan Tanggung Jawab pada Anak
Kadang saya juga menggunakan dongeng yang jalan ceritanya saya rubah sesuai pesan yang ingin saya sampaikan.
Alhamdulillah, dengan cara ini sekarang malah jadi lebih mudah. Saya cukup memberinya pilihan, dan membiarkan Hana memilih.
Kenal dan paham konsekuensi ternyata juga membuat Hana lebih mandiri dan lebih bertanggung jawab. Saya sendiri jadi “lebih santai” mengasuhnya. Riak si tetap saja ada, sesekali tarik urat juga, tapi Alhamdulillah semua masih dalam batas wajar (semoga sampai nanti juga ya).
Pengalaman membesarkan Hana ini juga membuat saya sadar, jika tidak semua metode dan cara parenting cocok untuk semua anak. Cara B mungkin cocok untuk si Fulan, tapi belum tentu oke buat Fulanah.
Menurut saya setiap orangtua perlu untuk peka terhadap karakterisrik anak, sampai pada akhirnya memutuskan memilih metoda kepengasuhan yang mana yang cocok untuk anak-anaknya. Wallahualam.
Oya, bagaimana dengan teman-teman, apakah menggunakan reward dan punishment dalam mengasuh anak?
Itu boleh diterapkan bun,,namun menyesuaikan dengan karakter anknya jga penting
Kadang 2 metode bisa diterapkan untuk meningkatkan kedisiplinan anak
Yang intinya mendisiplinkan anak hrs bermulai dr diri kita,,
sip. terima kasih