Malam ini, saya membaca kembali sebuah buku karya Ellen Rachmawati yang berjudul “Menjadi Nomor Satu”. Dalam salah satu bab-nya, Ellen mengulas tentang mentoknya karier seseorang dalam pekerjaan. Beliau mengatakan bahwa seharusnyalah, seorang professional harus selalu meng-upgrade diri, berinvestasi seumur hidup. Entah itu dengan memperluas networking, ketrampilan atau pun pengetahuan yang berhubungan dengan pekerjaannya.
Lalu apa kaitannya pendapat Ellen Rachmawati diatas dengan menulis dan ibu rumah tangga? Tentu saja ada. Investasi bagi seorang ibu rumah tangga itu penting. Bukan investasi dalam bentuk materi yang saya maksud. Namun investasi yang akan membuat seorang ibu rumah tangga kaya dengan berbagai pengetahuan. Pengetahuan yang akan membuatnya lebih mudah menghadapi hambatan dan kejadian-kejadian tak terduga. Bagaimana mengatasi anak yang susah di atur, mengaturan keuangan keluarga,bermuamalah dengan baik dalam masyarakat, atau bahkan persoalan saat suami mendapat musibah yang dapat mengganggu income keluarga.
Terkhusus pada permasalahan terganggunya income keluarga, bagi keluarga yang berpenghasilan lebih dari cukup setiap bulannya, tentulah hal tersebut tidak akan menjadi permasalahan yang berarti. Mereka, Insya Allah sudah memiliki asuransi atau dana lebih untuk membuka usaha guna menutupi permasalahan yang terjadi. Namun, bagaimana dengan keluarga berpenghasilan “hanya” cukup, tentu saja berkurangnya pendapatan atau kejadian tak mengenakkan lainnya dapat membuat gonjang-ganjing keuangan keluarga.
Jadi mengapa harus berinvestasi dengan menulis?
Saat situasi masih “aman” seorang ibu ruma tangga dapat memulai karier menulisnya dari mulai tahap yang paling mula. Menjalani proses tersebut dengan tekun, hingga pada satnya nanti, keahliannya ini dapat dijadikan sebagai cadangan atau malah andalan pemasukan keluarga.
Dan mengapa saya sebut tanpa modal? Karena sesungguhnyalah menulis memang hanya butuh kertas dan sebuah alat tulis. Tidak perlu menunggu memiliki sebuah gadget canggih. Apa pun bisa dijadikan sarana untuk memulai. Pinjam atau malah minta selembar milik buah hati tercinta juga tak masalah.
Seorang ibu rumah tangga dapat mulai menuliskan pengalaman-pengalamannya dalam mengasuh anak, manajemen keuangan keluarga, tips-tips bersosialisasi dengan tetangga dan lain sebagainya. Kedepannya, ibu dapat menguji diri untuk mengikuti aneka ajang kompetisi menulis. Seperti lomba review produk, aneka tips-tips pengasuhan anak dan lain sebagainya. Jangan salah, ajang kepenulisan seperti ini bisa menjadi salah satu cara untuk mendulang rupiah atau pun memiliki aneka gadget terbaru.
Nah, bagaimana? Apakah ibu siap untuk menulis? Bila ya, semoga tips-tips berikut akan semakin membuat Ibu berani untuk mulai berinvestasi dengan menulis.
Tips menulis untuk pemula
1. Tentukan waktu yang tepat untuk menulis
Aturlah waktu, dan tentukan kapan sebaiknya ibu ingin menulis. Saat anak-anak tidur, beberapa menit sebelum terlelap atau malah 10 menit sebelum aktivitas di pagi hari. Meskipun begitu, tetaplah flexible. Bagaimanapun juga, kita hidup bersama dengan manusia, bukan robot. Aneka gangguan pastilah ada; entah mertua yang tiba-tiba berkunjung, teman bertandang untuk curhat dan sebagainya. Janganlah putus asa, yang penting kita tepati target kita untuk menulis, meskipun itu hanya 10 menit per hari.
2. Mulailah menulis dari apa yang ibu kuasai.
Pengalaman pribadi adalah hal yang paling mudah untuk dijadikan tulisan. Perkembangan anak, tips mengatur keuangan rumah tangga, resep-resep favorit keluarga adalah sumber inspirasi yang tiada habisnya. Jika sudah cukup “berani” Anda dapat memulai untuk menulis hal-hal yag lebih luas di luar pribadi Anda.
3. Jadilah pengamat
Caryn Mirriam-Goldberg, Ph.D. dalam bukunya yang berjudul “Write Where You Are: How To use Writing to Make Sense of Your Life” menyarankan, saat memutuskan untuk mulai menulis, maka jadilah pengamat. Perhatikanlah lingkungan sekitar Anda. Jika perlu buatlah dokumentasi-dokumentasi kecil, seperti foto atau video. Tidak perlu menggunakan gadget atau kamera canggih. Kamera handphone pun tak masalah. Semakin banya kita memperhatikan, akan semakin banyak pula ide bermunculan.
Membiasakan diri dengan aktivitas membaca, akan memperkaya perbendaharaan kata, memperluas wawasan, dan tentu saja, tambahan ide-ide menulis.
5. Bergabunglah dengan komunitas menulis
Hah, adakah ibu-ibu yang membentuk komunitas menulis? Tentu saja ada. Ada komunitas yang bernama Ibu-Ibu Doyan Nulis (IIDN), kemudian Kelompok Penulis Perempuan (KPI), ada pula Kumpulan Emak blogger (KEB). Menurut Mas Irfan Hidayatullah, bahwa dengan bergabung dalam komunitas Anda akan merasakan aura kreativitas, semangat untuk terus berkarya dan bahkan mentor-mentor jawara dalam dunia tulis menulis (majalah “Story”, Desember 2012).
6. Ijinkan tulisan Anda di baca orang lain
Saran para mentor menulis, jika kita selesai menulis adalah: minta orang lain untuk membaca tulisan Anda. Jika belum begitu pede, tunjukkan hasil tulisan ibu kepada salah seorang sahabat atau kerabat. Sstt, orang bilang pembaca pertamamu adalah kritikus paling hebat, jadi dengarkanlah ia…
Selamat berinvestasi. Salam.