Ibu, Cinta Tanpa Akhir

http://berbagikabarterbaru.blogspot.com/2013/11/kartu-ucapan-hari-ibu-terbaik-2013.html
Pinjam kartu ucapan dari web ini
(sumber gambar: berbagikabarterbaru.clogspot.com)



Wanita separuh baya itu mengambil seorang bayi yang hampir separuh wajah dan badannya menghitam. Pelan namun tegas, ia mengatakan bahwa ia berjanji akan merawat dan membesarkan bayi itu sebaik mungkin. “Saya akan carikan dokter untuk menyembuhkan wajah dan badannya ini, Mbak,” begitu janjinya.

Keesokan harinya, bersama dengan bayi mungil yang belum genap tiga bulan itu, ia mulai mencari dokter yang sanggup mengobati kekurangan yang di bawa si Jabang bayi sejak lahir. Kira dokter satu tak memberikan hasil nyata, ia akan berganti pada dokter yang lain. Entah sudah berapa ratus ribu yang ia keluarkan demi kesembuhan si bayi yang sama sekali tidak memiliki setetes darah pun dari wanita itu di tubuhnya.

Selang waktu berlalu, ketelatenan wanita itu telah membuat si bayi sembuh. Namun, paparan obat yang terlalu dini, membuatnya sering jatuh sakit. Hampir setiap bulan wanita itu terpaksa membawanya ke dokter. Lagi-lagi, ia pun harus merogoh koceknya dalam-dalam. Begitu hematnya, sehingga untuk menikamati sebutir telur pun, ia akan menunggu jika ada undangan hajatan atau selametan datang.

Ketika Si Bayi tumbuh menjadi anak yang aktif, dengan telaten ia mengajari anak itu membaca. Meski hanya lulusan sekolah dasar, tapi ia telah berhasil membuat anak itu gila membaca sejak usia 4 tahun. Ketelatenannya dalam mendidik pula, telah menjadikan si anak mengenal adab dan sopan santun sejak dini.

Saat si anak tumbuh menjadi seorang ABG, dan mulai mempunyai banyak permintaan, ia hanya bisa diam dan mengatakan “Sabar, jika nanti Bapak sudah ada uang permintaanmu, pasti kami kabulkan.”

Padahal waktu itu, prahara sedang melanda kehidupan ekonominya. Suaminya di keluarkan dari pekerjaan karena vokal membela hak karyawan. Walau si anak itu banyak permintaan, dan sering membuatnya kerepotan, tak pernah sedikitpun terbersit dalam hati wanita itu, untuk mengembalikan si anak itu kepada ibu kandungnya.

Bertahun kemudian berlalu, waktu bagi si anak untuk menikah. Tak ada pesta meriah yang ia selenggarakan. Namun karena kebaikan wanita itu kepada sesama, berduyun-duyun orang datang untuk membatunya. Di malam hari wanita itu menangis, memohon maaf pada si Anak, karena tidak bisa menyelenggarakan sebuah pesta besar-besaran baginya.

Ketika kemudian si anak melahirkan seorang bayi, yang kemudian wanita itu memanganggapnya sebagai cucunya sendiri; istirahat malam wanita yang kini menua itu pun terganggu. Ia akan menina bobokan si Cucu hingga larut malam. Tak jarang ia harus tidur dalam posisi duduk, karena si Cucu tak mau di letakkan atau di gendong ibunya.

Begitulah, hidup wanita itu, kasih sayang yang tak terbatas, telah ia abdikan untuk sesama. Tak terhitung saudara yang terbantu, begitu banyak persaudaraan yang telah ia ciptakan. Kini di hari tuanya, ia hanya hidup berdua dengan suaminya yang juga mulai sakit-sakitan. Namun, keluh tak pernah terdengar dari mulutnya. Hanya sujud yang ia panjangkan, semoga Tuhan selalu memberinya kekuatan.

Ibuku tersayang
Dua orang yang paling kusayang

Wanita itu adalah seseorang yang selalu saya panggil Ibu. Wajah yang selalu saya rindu. Dan ya, bayi yang menghitam itu adalah saya, Rahayu Pawitri. Ketulusan dan cinta kasih yang Beliau ulurkan, telah menghantarkan saya mencapai banyak hal dalam hidup ini.

Dan tinggal berjauhan dengan Beliau saat ini, semakin membuat saya merasa bahwa saat bersama Beliau sesungguhnya adalah saat-saat yang penuh makna untuk saya. Terutama saat kami mempunyai waktu untuk ngopi bareng. Saat itu, berbagai cerita akan Beliau ukirkan; mulai dari kisah tentang saudara yang hari ini baru makan sekali, tentang keponakan yang suaminya sakit keras namun tak ada biaya untuk mengobati atau pun kisah-kisah lucu di masa lalu Beliau. Kadang beliau akan tertawa, meski tak jarang rasa sedih Beliau rasakan karena tak kuasa membantu saudara yang berkesusahan. Di saat-saat seperti itu, tak lupa Beliau selipkan aneka nasehat dan trik-trik mengakali hidup agar saya tidak pernah kalah oleh Dunia.

Mengingat Beliau selalu memberi sebuah energi untuk saya guna sesegera mungkin mewujudkan cita-cita saya, menghantarakn Beliau ke berziarah ke Tanah Suci, sebuah cita-cita yang masih beliau anggap absurd, namun selalu dinanti. Insya Allah, Ibu, I’ll make your dream come true. Insya Allah…

Tulisan ini diikutsertakan dalam rangka memperingati Hari Ibu bersama Kumpulan Emak Blogger

Leave a Comment

Comments

No comments yet. Why don’t you start the discussion?

    Leave a Reply

    Your email address will not be published. Required fields are marked *