Harga Sebuah Tulisan

Kemarin sempat mampir di salah satu grup nulis fiksi; seorang kawan merasa terganggu dengan pengumuman lomba kepenulisan yang berhadiah voucher penerbitan, sertifikat, dan hak terbit.

Seperti yang biasa terjadi, tentu sebagian ada yang setuju, dan tidak setuju. Lalu ada satu komentar yang membuat saya merenung,

‘Memang tulisan kita sebagus apa si? Hingga maunya di bayar mahal”

Ahay …

Bagi saya, terkait dengan harga sebuah tulisan, ini tidaklah sekedar tulisan kita sudah bagus atau tidak. Toh setiap orang, setiap agensi, setiap penerbit pasti memiliki standar sendiri, akan jenis kualitas yang layak dan sesuai untuk mereka.

Tapi, sekali lagi menurut saya, setiap tulisan adalah amal seseorang, dan amal hidup adalah sesuatu yang harus dipertanggung jawabkan kebenarannya, manfaatnya, kelak di hadapan Tuhan, Sang Pemilik Hidup.

Itulah mengapa, setiap tulisan sebisa mungkin dilengkapi dengan riset. Tak peduli fiksi atau pun non-fiksi. Riset seperti apakah apa yang saya tulis ini benar; apakah itu terjadi disekitar sini; seberapa besar manfaat untuk sesama, memberi hikmahkah untuk sesama, dan masih banyak lagi.

Riset juga akan membuat sebuah tulisan menjadi lebih bermutu.

Dan riset biasanya membutuhkan waktu. Bagi saya, waktu inilah yang kemudian menjadi harga sebuah tulisan. Waktu yang tidak mungkin saya putar kembali.

Kita tahu menyusun kata, membutuhkan ketekunan, ketelitian, kesabaran serta ketajaman dalam memilih kata. Wajar, bila Sahabat mendengar, terus berlatihlah menulis, dan itu akan membuatmu menjadi semakin baik.

Nah, apa yang dibutuhkan untuk mencapai semua itu? Waktu bukan?

Jadi, berhentilah meremehkan diri sendiri, berkata bahwa “tulisanku tidak layak untuk sebuah harga yang pantas”

Bila ditolak, maka teruslah menulis, teruslah berkarya. Bila menulis adalah caramu untuk mencari hidup, sementara tulisan yang kau kirim selalu tertolak, maka relakan sebagian waktumu untuk menjemput rezeki Tuhan dari jalan yang lain. Teruslah disana, hingga Tuhan memantaskan tulisanmu untuk dihargai sesuai waktu yang telah kau habiskan untuknya.

Show 4 Comments

4 Comments

  1. Makanya sekarang aku pilih posting di blog aja, Mba. Biar ga kepikiran macem2.. hihiii

  2. Sip, mbak. Blog membuat latihan menulis kita menjadi lebih mudah.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *