Cara Membantu Anak Belajar Mengatur Waktu

cara membantu anak belajar mengatur waktu

Last Updated on: 6th June 2023, 09:40 pm

Hari ini, selain melakukan review bulanan untuk pekerjaan, saya juga membereskan beberapa kertas catatan pelajaran, struk dan kertas-kertas lain yang ada di atas meja. Saat itulah saya menemukan kertas catatan webinar dari Brainfit dengan topik membantu anak belajar mengatur waktu.

Saat mengikuti webinar ini, Hana sedang bersiap untuk Ulangan Akhir Semester (November 2021). Dan seperti biasa jika hendak UAS, Hana sibuk membuat rangkuman, mempelajari materi kisi-kisi UAS, plus menghadapi ujian praktek. 

Sebetulnya, sejak masuk bulan Oktober saya sudah mengingatkan untuk memulai membuat ringkasan pelajaran. Tujuannya agar saat ulangan nanti ia cukup hanya mengulang beberapa materi saja. 

Tapi ya begitulah; mulutnya berkata “iya”, tangannya bergerak menyiapkan meja, tapi begitu duduk, perhatiannya mulai ke YouTube TV, alasannya, “Aku nggak bisa belajar kalau ga ada suara. Ga ada suara sama dengan bikin ngantuk.” 

Terasa masih kurang, dia juga balesin chat temen, galfok sama notifikasi channel yang disubscribe, gambar Doodle buat catetan de es be de el el. Bikin emaknya pengen garukin tembok aja. 

Hasilnya, waktu duduk dua jam itu paling hanya dapat beberapa baris rangkuman saja. Dan inilah yang sebenarnya menjadi alasan saya join di webinar Brainfit saat itu.

Cara membantu anak mengatur waktu 

Alasan saya keukeuh mulai membantu anak belajar mengatur waktu dari sekarang

Sebetulnya, sudah dari dulu Hana belajar mengatur waktu. Apalagi dia juga terbiasa melihat saya membuat mapping waktu, tapi (lagi-lagi tapi …) belum memberikan pengaruh nyata. Dan itulah yang menjadi penyebab, saat UAS dia masih sibuk membuat rangkuman dengan sistem kebut semalam. Akibatnya, dia sering berangkat tidur di atas jam 9 malam. Tidur pun menjadi tidak nyaman karena merasa belum belajar semua materi. 

Okay, dia memang masih anak-anak, masih SD, tapi menurut saya sudah waktunya dia mulai bertanggung jawab atas waktu yang dia miliki. Toh, dia sudah baligh, sebentar lagi SMP dan rencananya dia pengen masuk ke sekolah dengan sistem pembelajaran online. 

Kita semua tahu, kalau ingin berhasil sekolah online, kuncinya ada pada kemampuan mendisiplinkan diri dalam menggunakan waktu. 

Bagi saya, membiasakan diri aware dengan waktu dan bagaimana menggunakannya sejak awal, akan sangat membantu anak saat dia dewasa. Toh ini bukan tentang mendapatkan nilai 10 atau grade A, tapi membangun ketrampilan hidup. 

membantu anak belajar mengatur waktu bisa dilakukan sejak dini
Kemampuan anak mengatur waktu
akan membantu kelancaran proses belajarnya.

Alasan lainnya ….

Saya paling tidak suka kalau Hana belajar dengan metode seperti itu. Selain capek, dia jadi sering mengakhirkan waktu sholat atau malah meninggalkan tilawah dengan alasan pekerjaan merangkumnya belum selesai. 😔

Jujurly, saya bukan orang yang religius, tapi nggak tenang aja kalau Hana mulai sholat di akhir waktu. Khawatir jadi kebiasaan. 

Belajar dan sholat memang penting, tapi berapa lama sih waktu yang dibutuhkan untuk sholat dan tilawah sampai-sampai dilakukan di akhir waktu? 

Allah SWT mengatur waktu sholat sedemikian rupa tentu ada manfaatnya. Dan kalau Sahabat RPB pernah ngamati, sholat di awal waktu malah bantu kita lebih fokus pada pekerjaan yang kita lakukan karena kewajiban sudah dikerjakan. 

Artikel terkait: Begini Sebaiknya Seorang Muslim Mengatur Waktu

Oya, menurut pengajar Brainfit, ternyata ada manfaatnya lho, anak mulai belajar mengatur waktu sedari kecil.

Kata ahli tentang anak belajar mengatur waktu sedari dini

Kemampuan mengatur waktu pada anak saat ini menjadi semakin penting sejak diberlakukannya sekolah dari rumah. 

Saat pembukaan webinar dulu, pengajar dari Brainfit mengemukakan beberapa masalah yang dihadapi orang tua terkait dengan tugas sekolah dan menajemen waktu, yaitu 

  • Keterlambatan mengumpulkan tugas 
  • Kebiasaan menunda
  • Belum tahu cara membuat prioritas
  • Bisa mengerjakan tugas tapi sangat lama karena terdistraksi 

Saat anak masuk usia remaja, sekitar usia 11-18 tahun, otaknya mengalami perubahan besar-besar-besaran karena berpindah dari fase otak anak ke fase otak orang dewasa. 

Kondisi otak dewasa adalah kondisi yang dipersiapkan untuk

  •  Mengambil keputusan
  • Mempertimbangkan resiko
  • Menentukan  prioritas,
  • Mampu membuat rencana jangka pendek dan jangka panjang,
  • Mampu mengontrol diri, termasuk bisa me-manage banyak hal, baik yang terkait diri sendiri ataupun orang lain

Karena itu wajar jika masih sering terjadi “kekacauan”. Di fase ini otak mencoba rekoneksi jaringan-jaringannya, karena sebagian jaringan ada yang hilang dan muncul jaringan baru. 

Meskipun begitu, para remaja tetap butuh dilatih agar otaknya nanti berkembang dan menjadi otak dewasa yang matang. Pada momen inilah, momen terbaik untuk melatih otak anak menjadi otak dewasa, agar kualitasnya nanti menjadi optimal. 

Masalah mengatur waktu sebetulnya adalah masalah tentang self management, dan jika tidak dilatih dengan baik dapat menganggu kehidupan sosial, menurunkan rasa percaya diri, hingga kebiasaan menunda (prokrastinasi).

Ini dapat terjadi karena koneksi jaringan pada otak saat usia awal kurang. Gejala yang biasa ditunjukkan antara lain:

  • Susah fokus
  • Inkonsistensi
  • Punya gejala keterlambatan

Jika saat SD gejala di atas sering terjadi, maka saat remaja biasanya akan terbiasa dengan penundaan dan sulit berpindah dari aktivitas satu ke aktivitas lainnya.

Penyebab kurangnya koneksi jaringan ini memang bisa bawaan (nature) tapi juga bisa karena didikan orang tua.

Setiap anak memang terlahir unik, tapi perlu diingat jika otak juga punya sifat neuroplastisiti, otak dapat berubah dengan latihan. Tentu saja cara melatihnya akan berbeda dengan anak yang sudah punya kecederungan self management.

Pada anak yang self managementnya kurang, kita perlu melatih misalnya dengan repeat atau perulangan, yang tujuannya untuk membentuk brain wiring.

Inilah prinsip yang harus orang tua ketahui. Jadi jangan heran jika di usia ini anak masih perlu kita ingatkan terus-menerus.

langkah membantu anak mengatur waktu

 

Hal yang bisa kita lakukan untuk membantu anak mampu mengatur waktu 

Ada beberapa hal yang bisa kita lakukan untuk membantu anak mengatur waktu, antara lain

#1. Mengenalkan konsep waktu

Tahu tentang jam, belum tentu memahami konsep waktu. Mereka hanya tahu waktu secara teori, tapi belum tentu menjadikan seorang anak memahami konsep waktu.

Konsep waktu merupakan bagian dari self management. Seseorang yang paham konsep waktu akan mampu memperkirakan waktu yang ia butuhkan untuk melakukan satu aktivitas, dan seberapa cepat ia perlu melakukannya, agar akhirnya ia memiliki waktu yang cukup untuk semua aktivitas yang telah direncanakan.

Konsep waktu dapat diperkenalkan sejak anak masih bayi. Caranya dengan melakukan rutinitas bayi pada jam yang sama atau dengan urutan yang sama. Misal habis mandi, makan, main, istirahat, tidur, makan, dan seterusnya. Semua itu harus dilakukan dengan berurutan dan berulang.

Perulangan ini akan membantu anak mengenali sequnce, atau urutan. Cara ini membantu anak mengenal waktu secara biologis ada awal dan akhir dari satu kegitan ke kegiatan yang lain.

Pada tahap ini, anak memang belum mengenal konsep waktu secara nyata (jam), tapi mengenalnya melalui rutinitas yang dilakukan. Inilah yang menjadi alasan mengapa pada balita rutinitas menjadi hal yang sangat penting.

#2. Membuat rutinitas

Masih terkait dengan mengenalkan konsep waktu, mengenalkan rutinitas akan membantu anak mengetahui nama waktu, misalnya pagi hari waktu makan pagi, siang hari main, dan seterusnya.

Mengenalkan rutinitas juga akan membantu anak untuk mengenal prioritas, konsistensi, disiplin dan self control, salah satu dari empat hal penting yang termasuk dalam keterampilan hidup.

#3. Sering ngobrol tentang urutan

Selain dengan mengenalkan rutinitas, membicarakan lagi aktivitas yang sudah dilakukan anak (atau aktivitas yang dilakukan bersama orang tua) juga bisa membantu anak mengenal waktu. Misalnya ngobrol tentang kejadian/ aktivitas hari ini atau kemarin.

Kelak, jika anak sudah mulai mengenal waktu, kita juga bisa mengajak anak untuk merencanakan aktivitas. Tidak perlu hal yang rumit, misalnya cukup bertanya, “Habis sarapan adik mau ngapain?

Pada saat merencanakan ini, kita juga bisa sesekali menyisipkan pemahaman tentang prioritas. Misalnya jika anak setelah sarapan ingin nonton TV, coba tawarkan melakukan hal lebih penting terlebih dahulu, seperti mewarnai, membereskan mainan, atau merapikan kasur bersama.

belajar mengatur waktu sama arti membantu membuat keputusan
Membantu anak belajar mengatur waktu sama arti
membantu anak belajar membuat keputusan

#4. Kenalkan kosakata waktu

Konsep dari pemahaman ini saat anak tahu “namanya” (kosa kata waktu) maka otak juga akan mulai mengenali konsepnya.

Pengenalan ini bisa dilakukan melalui buku cerita yang berisi kosa kata waktu umum seperti tetang musim, matahari, bulan, pergantian hari, bulan dan lain sebagainya.

#5. Gunakan alat mengatur waktu

Untuk anak yang sudah mulai membaca kita bisa mengenalkan dengan jadwal secara visual. Sementara untuk anak yang lebih besar kita mulai bisa menggunakan bentuk digital seperti Google kalender. Tapi jangan lupa untuk tetap mendampingi anak, ya.

Kita dapat ajak anak membuat jadwal, dan diskusikan apakah kira-kira akan ada kendala pada saat pelaksanaan jadwal atau tidak. Jika terjadi jadwal yang tidak sesuai dengan yang direncanakan, ajak anak menelusuri apa yang menjadi penyebabnya; apakah karena anak sengaja melanggar atau ada sebab lain.

Diskusi tentang mengatur waktu ini juga akan membantu anak belajar memutuskan sesuatu yang terkait dengan waktu (Decision making).

Seperti itulah kira-kira beberapa poin yang bisa kita lakukan untuk membantu anak belajar mengatur waktu.

Tapi jika boleh menyarankan, akan lebih juga, -kita sebagai orang tua,- terlebih dahulu memberi contoh tentang self management terlebih dahulu, terutama tentang mengatur waktu. Mulailah dengan lebih aware, tentang penggunaan waktu kita.

Rahayu Pawitri, untuk rahayupawitriblog.com

Leave a Comment

Comments

No comments yet. Why don’t you start the discussion?

    Leave a Reply

    Your email address will not be published. Required fields are marked *