Bagaimana Mengatur Keuangan Saat Kebutuhan Meningkat tapi Pendapatan Tetap

mengaturkeuangan_kebutuhanmeningkat_pendapatantetap_rahayupawitri
Kebutuhan meningkat, tapi pendapatan tetap? Re-budgeting dong …

Lagi-lagi, saya mendapat ilmu tentang mengatur keuangan dari acara televisi, yang tidak sengaja saya tonton. Kali ini dari acara Cerita Wanita yang tayang di stasiun O Channel.

Kebetulan saat tanggal 2 Februari kemarin bintang tamunya adalah mbak Prita Ghozie, yang telah banyak kita kenal sebagai seorang financial planner.

Obrolannya sebetulnya banyak, mulai dari alasan kenapa kita perlu Financial Planner sebagai kawan untuk mengatur keuangan pribadi atau keluarga,jenis investasi paling tepat di tahun 2016, hingga ke masalah bagaimana memenuhi kebutuhan di saat pendapatan tetap tapi barang-barang atau keperluan kita malah semakin melambung tinggi.

Tapi, kali ini saya hanya hendak menuliskan tentang cara menyiasati keuangan saat kebutuhan meningkat tapi pendapatan tetap jalan di tempat.

Mengatur keuangan saat kebutuhan meningkat


1. Lakukan analisa keuangan 

Tips dari mbak Prita si, sebetulnya simpel, yaitu menganalisa pos apa saja yang membuat penghasilan setiap bulan tergerus banyak. Misal ni, jatah makan diluar, ongkos transporatasi, atau malah biaya perawatan diri.

Tak bisa dipungkiri, hidup di kota besar, masalah makan dan transportasi bisa jadi memang menjadi masalah yang paling besar. Contohnya ni, hanya untuk menghindari macet, maka kita memilih untuk nongkrong dulu dengan teman. Setiap pagi karena takut ketinggalan kereta atau telat masuk kantor, akhirnya memilih sarapan di luar.

Nah, disaat kebutuhan meningkat itulah, maka kita perlu untuk melakukan analisa ulang pos-pos pengeluaran kita setiap hari.

2. Pisahkan budget untuk pengeluaran yang paling besar 

Biasanya ni, kita terlanjur melakukan pengeluaran berlebih, atau tak sengaja menggunakan pos kebutuhan lain, karena keuangan yang kita miliki tidak dipisah-piahkan dengan jelas.

Oke, sudah dimasukkan ke amplop, tapi … apa iya, kita mau bawa amplop itu kemana-mana? Ga juga kan? Nah, solusi yang mbak Prita berikan adalah dengan memanfaatkan fasilitas uang elektronik seperti e-money, Flazz (eh, ga promo lho, ya; sekedar contoh aja), atau model-model uang elektronik yang kini banyak ditawarkan oleh banyak provider.

Dan isi e-money sesuai dengan jumlah yang memang kita anggarkan. Menggunakan uang elektronik juga akan membuat kita terhindar dari kembalian permen bukan?

Lalu apakah semua itu bisa menyelesaikan semua masalah?

Saya juga pernah mengalami kejadian serupa; kebutuhan terus meningkat, sementara mencari tambahan penghasilan belum berhasil juga. Waktu itu amburadul banget; tabungan akhirnya tergerus untuk menutupi kebutuhan.

Untung, saya akhirnya sadar; ada yang harus berubah dalam keuangan saya. Akhirnya usai melakukan analisa keuangan, saya juga melakukan penyesuaian gaya hidup; mengoreksi kembali Need vs Want.

Setiap pagi kita butuh sarapan. Tapi sarapan seperti apa, dimana, dan apa akan menjadi beda bila kita menempatkannya pada posisi “Want”.

Bila kebutuhan sarapan sebetulnya cukup dengan tumis sayuran dan satu buah ceplok telur, maka budget akan menjadi beda bila kita ingin sarapan di salah satu restoran atau ngopi di salah satu kafe ternama.

Dulu saya masak 3 kali menu komplit untuk pagi siang sore. Padahal satu kali makan masakan-masakan tersebut juga belum tentu habis. Dulu akhir minggu saya dan suami juga lebih suka jajan diluar, meski waktu luang untuk masak ada.

Jadi, saat kebutuhan meningkat sementara pendapatan tetap, saya memutuskan untuk mengurangi jenis masakan, dan memilih masakan yang bisa dikonsumsi. Akhir minggu, jatah jajan diluar juga dikurangi.

Bagi yang telah berkeluarga, tentu saja perubahan gaya hidup ini harus dibicarakan dengan seluruh anggota keluarga; jelaskan bagaimana kondisi keuangan dan apa yang membuat kita terpaksa memutuskan untuk mengubah gaya konsumsi kita.

Mengubah gaya hidup memang berat, jika boleh dibilang, susah malah. Tapi bagaimanapun juga, harus bisa dicoba dan dilakukan bukan? Toh, hidup kan tidak hanya tentang makan, gadget, dan pakaian; tapi juga tentang masa depan, sekolah anak, atau peningkatan kualitas hidup non materi lainnya.

Untuk itulah bijak mengatur keuangan dan adaptif dalam setiap perubahan, adalah hal utama yang harus kita lakukan; terlebih disaat pendapatan tetap, sementara kebutuhan hidup terus meningkat.

Show 6 Comments

6 Comments

  1. Setuju mba, Need vs Want, terkadang saya pribadi masih memilih "want" dibanding "need", hehehe

  2. sepertinya itu fitrah mbak ha ha ha. coba pakai uang elektronik, dan belanja want hanya dengan budget tersebut.

  3. resolusi 2016 : rutin mencatat keuangan. walau masih ala bakul-lombok-di-pastrad tapi sangat membantu mengatur keuangan ^-^

  4. Kalau saya seringnya menyesuaikan gaya hidup mba sambil cari cari alternatif misalnya di intetnet

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *