Update on 25 Oktober 2021: Berhubung banyak yang DM minta contoh time blocking, saya tambahkan time blocking saya di minggu ke-4 Oktober 2021. Semoga membantu.
Alasan saya mencoba teknik ini karena dalam bulan ini saya memegang banyak project. Dan setelah kemarin mendapat pencerahan di kelas HIIP, How to Blog professionally, saya jadi sadar, jika ada banyak banget pekerjaan Blogger yang belum saya penuhi dengan baik dan benar. 😀
Nggak heran, blog saya rasanya kok hanya jalan di tempat, staristik nggak naik, pekerjaan konten ya gitu-gitu saja …. Pokoke nggak puas, deh.
Di sisi lain, saya merasa waktu saya semua sudah terisi dengan kegiatan; baik karena pekerjaan rumah tangga, menulis, juga belajar.
Karena itu, selain mencoba tracking time lagi, saya juga mencoba mapping, sebetulnya ada berapa jam jatah waktu yang saya miliki untuk pekerjaan menulis (blogging dan content writing).
Time blocking, alternatif cara mengatur waktu untuk Ibu dengan banyak pekerjaan
Sering stres nggak sih, karena to-do list kita tidak pernah selesai? Padahal rasanya sudah mengambil jeda hanya sebentar, cuma satu-dua tarikan napas saja? #halah
Tapi kenapa ya, to-do kok tidak berkurang, sepertinya malah makin panjang?
Kalau dari pengalaman yang saya lalui selama ini (puitis mode on), to-do nggak pernah kelar karena kita nggak realistis.
To-do yang kita buat atau tulis, ya to-do aja, nggak ada gambaran waktu kapan mengerjakan atau malah tidak untuk diselesaikan.
Pakai time mapping sebetulnya bisa, tapi kalau sedang mengerjakan beberapa pekerjaan dalam satu waktu (contoh satu minggu pegang beberapa project, gitu), buat saya, time mapping nggak cukup.
Karena disana masih ada pertanyaan lanjutan, kapan dan berapa lama pekerjaan A akan dikerjakan? Bagaimana dengan pekerjaan B, berapa lama waktu yang harus dialokasikan?
Karena itulah, mulai Agustus kemarin, saya mencoba teknik time blocking.
Banyak yang mengatakan jika time blocking adalah teknik manajemen waktu pengganti to-do list.
Tapi setelah mempraktekkan teknik ini selama dua minggu, saya lebih suka menganggap jika blocking time adalah lanjutan dari to do list atau cara mengeksekusi to-do list yang telah dibuat.
Jika dalam to do list kita hanya membuat daftar pekerjaan yang akan kita lakukan, dengan time blocking, to do list tersebut akan memperoleh gambaran waktu yang lebih nyata, kapan bisa dikerjakan, serta berapa lama pekerjaan tersebut akan dilakukan.
Sebagai ibu yang juga harus mengerjakan pekerjaan rumah tangga, tentu Bunda sadar jika ada beberapa pekerjaan atau kegiatan yang tidak bisa Bunda geser-geser lagi waktunya. Misalnya, antar-jemput anak, menyiapkan masakan di pagi hari, membersihkan rumah, dan seterusnya.
Waktu-waktu seperti inilah yang kadang kita lupa untuk perhitungkan. Padahal justru di waktu-waktu inilah yang bisa membuat to-do kita semakin panjang.
Dengan kata lain, dengan membuat blocking time, Bunda akan memiliki gambaran waktu yang lebih realistis tentang to-do atau planning harian Bunda.
Aneka cara time blocking
Saya mengenal istilah time blocking pertama kali saat mengikuti kelas produtivitas coach Aji Darmawan. Tapi saat itu cara hanya ini digunakan sebagai waktu yang telah ditetapkan untuk belajar, bukan mengatur waktu secara keseluruhan.
Cara orang membuat time blocking memang berbeda-beda, diantaranya:
#1. Time blocking waktu kerja
#2. Time blocking waktu pribadi
#3. Time blocking sesuai target
Misalkan Bunda harus menurunkan persentase lemak dan perlu berolahraga selama 2 jam di pagi dan sore hari. Maka, langkah pertama yang perlu Bunda lakukan adalah mem-blok waktu Bunda berdasar jam olahraga tersebut.
Tahap-tahap membuat time blocking
1. Buat daftar pekerjaan, baik pekerjaan yang penting, pekerjaan penting satu, pekerjaan penting 2
2. Masukkan juga keperluan pribadi seperti mandi, masak, atau Bunda yang harus bekerja di luar rumah, masukkan juga waktu “dalam perjalanan” (commute time)
3. Pilih metode time blocking, dan buatlah time blocking Bunda.
Gunakan warna berbeda untuk setiap pekerjaan. Waktu dalam perjalanan, menunggu anak disekolahan, termasuk waktu dead-time. Waktu ini juga perlu diperhitungkan, agar gambaran waktu Bunda lebih realistis.
Masukkan juga waktu untuk cek email dan sosial media. Karena kadang kita tanpa sadar menghabiskan waktu untuk kedua hal tersebut. Dengan mengalokasikan waktu, kita jadi tidak terjebak scrolling media sosial berjam-jam, dan akhirnya sadar, waktu satu jam sudah berlalu. 😀
Contoh Time Blocking sayadi minggu ke-4 oktober 2021 Karena sebagian kegiatan saya sudah banyak yang otomatis/ pola sudah jelas saya tidak memasukkan detil kegiatan pada time block. |
Pengalaman mencoba time blocking selama 1 bulan
Time blocking pertama saya, gagal total. 😁
Karena di awal saya menggunakan metode waktu bekerja. Sayangnya, diantara waktu tersebut, sering banget mendapat gangguan seperti tiba-tiba diajak riyungan makan, ayah shift malam, jadi harus masak siangan, jadwal ngaji tiba-tiba berubah, dan lainnya.
Di minggu kedua, saya mencoba blocking waktu pribadi. Dengan cara ini pola produktivitas saya mulai terlihat.
Sayangnya, waktu produktivitas saya malah di pagi hari, saat koneksi internet lebih lancar, dan juga belum ada gangguan dari luar.
Jadi, saya memutuskan untuk bangun lebih pagi. Tapi ya, gitu deh, harus hati-hati, karena kalau malam telat tidur, besoknya pasti telat bangun. Akhirnya harus re-schedule, deh.
Alhamdulillah, di akhir minggu ketiga, tubuh saya mulai beradaptasi. Tanpa alarm pun, saya mulai bangun jam 2 pagi.
Sejauh ini saya merasa time blocking membantu saya untuk lebih fokus pada pekerjaan, karena sudah yakin, semua sudah punya waktu untuk dikerjakan.
Oya, time blocking ini awalnya memang ribet, karena harus membuat tabel, dan teliti dengan jadwal seminggu ke depan. Tapi Insya Allah, membantu keberhasilan kita dalam mengatur waktu.
Demikian ide cara mengatur waktu untuk Bunda yang memiliki banyak pekerjaan. Semoga bermanfaat…. 😊
Wah sepertinya saya mau mencoba tipsnya nih hihi. Biar bisa mengatur waktu dengan baik
Contohnya mana bun untuk time blockingnya ?
Contoh time blocking sudah saya tambahkan pada artikel, ya.