Time Blocking, Alternatif Mengatur Waktu untuk Ibu WFH

Time blocking metode mengatur waktu untuk ibu WFH

Last Updated on: 18th January 2025, 10:44 am

Sudah dua minggu saya mencoba metode manajemen waktu yang baru. Baru untuk saya maksudnya. Kabarnya teknik ini membantu kita untuk lebih fokus dan cocok banget buat emak macam saya yang pekerjaanya nggak hanya menulis saja. Nama tekniknya adalah time blocking.

lasan saya mencoba teknik ini karena dalam bulan ini saya memegang banyak project. Dan setelah kemarin mendapat pencerahan di kelas HIIP, How to Blog Professionally, saya jadi sadar ada banyak tugas Bloggger yang belum saya kerjakan baik dan benar. Nggak heran, blog saya rasanya kok hanya jalan di tempat, statistik nggak naik, bahkabpekerjaan konten ya gitu-gitu saja.

Di sisi lain, saya merasa setiap jam waktu saya sudah terisi dengan kegiatan; baik untuk pekerjaan rumah tangga, menulis, juga belajar. Karena itu, selain kembali tracking time, saya juga mencoba mapping kembali, sebetulnya ada berapa jam jatah waktu yang saya miliki untuk pekerjaan menulis (blogging dan content writing).

Time blocking, metode mengatur waktu untuk Ibu dengan banyak pekerjaan

Sering stres nggak sih, karena to-do list kita tidak pernah selesai? Padahal rasanya sudah mengambil jeda hanya sebentar, cuma satu-dua tarikan napas saja? #halah Tapi kenapa ya, to-do kok tidak berkurang, sepertinya malah makin panjang?

Kalau dari pengalaman yang saya lalui selama ini (puitis mode on), to-do nggak pernah kelar karena kita tidak menyadari durasi dari setiap to-do yang kita susun.

Daftar to-do yang kita buat atau tulis, ya hanya daftar aja, tidak ada gambaran waktu kapan mengerjakan atau malah butuh berapa lama to-do tersebut perlu diselesaikan.

Setiap awal minggu, saya biasanya membuat time mapping, agar tahu berapa waktu yang ada dalam kendali saya. Waktu dalam kendali maksudnya adalah waktu yang bisa saya atur sendiri. Contohnya pekerjaan memasak. Pekerjaan ini sudah jelas saya menentukan kapan saya mau masak dan durasinya berapa lama. Beda dengan waktu antar jemput sekolah, ibadah, webinar, atau janjian. Waktu dan durasi to-do tersebut bergantung pada keputusan orang lain.

Jika hanya mengerjakan pekerjaan rutin, time mapping sebetulnya sudah cukup untuk saya. Namun jika ada beberapa pekerjaan yang perlu saya kerjakan dengan pararel, maka time mapping masih terasa kurang untuk saya. Saya perlu memastikan kapan sub task A dikerjakan dan butuh waktu berapa lama, agar sub task B tidak keteteran.

Inilah yang menjadi alasan mengapa saya ingin mencoba time blocking. Menurut beberapa artikel yang saya baca, teknik ini membantu kita untuk lebih fokus dan cocok banget buat emak macam saya yang pekerjaanya nggak hanya menulis saja.

Beberapa referensi menyebutkan jika time blocking adalah teknik manajemen waktu pengganti to-do list. Namun, setelah mempraktekkannya sejak Agustus lalu, saya menyadari jika teknik ini sebetulnya merupakan lanjutan dari to do list atau cara mengeksekusi to-do list yang telah dibuat. 

Jika dalam to-do list kita hanya membuat daftar pekerjaan yang akan kita lakukan, dengan time blocking, to-do list tersebut akan memperoleh gambaran waktu yang lebih nyata, kapan bisa dikerjakan, serta berapa lama pekerjaan tersebut akan dilakukan.

Aneka cara time blocking

Saya mengenal istilah time blocking pertama kali saat mengikuti kelas produtivitas coach Darmawan Aji. Tapi saat itu cara hanya ini digunakan sebagai waktu yang telah ditetapkan untuk belajar, bukan mengatur waktu secara keseluruhan.

Setelah mempelajari teknik ini lebih jauh, ternyata ada beberapa cara untuk membuat time blocking, yaitu:

#1. Time blocking waktu kerja

Cara ini seperti cara yang dikenalkan coach Aji, yaitu mengalokasikan waktu tertentu untuk bekerja dengan durasi sesuai kebutuhan. 

Bagi kebanyakan orang, bisa saja berupa 8-9 jam kerja, mulai jam 8 sampai jam 5 sore. Dengan cara ini maka kita memiliki waktu untuk bekerja kira-kira 40 jam dalam seminggu. Setelah tahu alokasi yang waktu yang dibutuhkan untuk bekerja, Bunda tinggal membagi waktu yang tesisa untuk jenis pekerjaan yang hendak Bunda lakukan.

Cara ini sangat bermanfaat untuk Bunda yang bekerja dalam bidang kreatif. Karena saat waktu kreatif terganggu, biasanya juga fokus kreatif atau ide yang dimiliki ikut terganggu.

Mungkin Sahabat suka artikel ini juga: Cek ide menjawab pertanyaan wawancara kerja

#2. Time blocking waktu pribadi

Jika Bunda bebas menentukan waktu kerja, maka bukan jam atau hari bekerja yang ditentukan, tapi justru waktu pribadi yang sebaiknya Bunda alokasikan terlebih dahulu. 

Waktu pribadi yang dimaksud adalah waktu untuk memasak, mencuci, olahraga, dan lain sebagainya. 

Dengan melakukan time block pada aktivitas ini, Bunda akan tahu berapa waktu (juga hari) yang Bunda miliki untuk bekerja. 

Ini juga cara yang sedang saya coba sejak Agustus lalu. 

Saya menentukan terlebih dahulu waktu untuk mengerjakan pekerjaan rumah tangga, belajar dan mengaji, dan barulah membagi waktu yang tersisa untuk bekerja. 

Saya memilih cara ini, karena saat Suami sedang shift siang, waktu masak saya lakukan lebih siang dari biasanya. Karena itu, setelah up down mencoba time blocking waktu kerja, metode blocking waktu pribadi sepertinya lebih tepat untuk saya saat ini. 

#3. Time blocking sesuai target

Cara ini cocok untuk Bunda yang target kerjanya ditentukan oleh waktu. Kerja remote sebagai customer service, admin sosial media, biasanya menggunakan target waktu dalam bekerja. 

Bunda yang sedang memiliki target tertentu (menurunkan berat badan, hapalan surat, berpartisipasi dalam ODOJ) juga bisa menggunakan time blocking ini untuk mencapai target yang diinginkan.

Misalkan Bunda harus menurunkan persentase lemak dan perlu berolahraga selama 2 jam di pagi dan sore hari. Maka, langkah pertama yang perlu Bunda lakukan adalah mem-blok waktu Bunda berdasar jam olahraga tersebut.

Artikel terkait: Sahabat Suka Menunda? Hati-hati dengan Penyakit Ini

Tahap-tahap membuat time blocking

1. Buat daftar pekerjaan. Sebaiknya langsung dikategorikan, misalnya kategori pekerjaan rumah tangga, profesional, self care, dan sosial.

2. Masukkan juga keperluan pribadi seperti mandi, masak, ibadah, olahraga, dan lain sebagainya. Bunda yang harus bekerja di luar rumah, masukkan juga waktu “dalam perjalanan” (commute time).

3. Pilih metode dan buat time blocking sesuai kebutuhan Bunda. Jangan lupa, alokasi waktu yang ga bisa digeser, masukkan dulu time blocking, Bunda, ya, agar rancangan waktu Bunda lebih relalistis. Oya, Bunda bisa menggunakan google calendar atau spreadsheet untuk mulai menggunakan metode ini, ya.

Gunakan warna berbeda untuk setiap pekerjaan. Waktu dalam perjalanan, menunggu anak disekolahan, termasuk waktu dead-time. Waktu ini juga perlu diperhitungkan, agar gambaran waktu Bunda lebih realistis.

Masukkan juga waktu untuk cek email dan sosial media. Karena kadang kita tanpa sadar menghabiskan waktu untuk kedua hal tersebut. Dengan mengalokasikan waktu, kita jadi tidak terjebak scrolling media sosial berjam-jam, dan akhirnya sadar, waktu satu jam sudah berlalu.

time blocking, metode mengatur waktu untuk ibu WFH
Time blocking saya di bulan Januari 2025

Pengalaman mencoba time blocking selama 1 bulan

Time blocking pertama saya, gagal total.

Karena di awal saya menggunakan metode waktu bekerja. Sayangnya, diantara waktu tersebut, sering banget mendapat gangguan seperti tiba-tiba diajak riyungan makan, ayah shift malam, jadi harus masak siangan, jadwal ngaji tiba-tiba berubah, dan lainnya.

Di minggu kedua, saya mencoba blocking waktu pribadi. Dengan cara ini pola produktivitas saya mulai terlihat. Saya akhirnya tahu, jika waktu produktivitas saya malah di pagi hari, saat koneksi internet lebih lancar, dan juga belum ada gangguan dari luar. Melihat pola ini, saya memutuskan untuk bangun lebih pagi.

Saat trial metode ini, saya sangat menjaga jam saya tidur. Karena jika sempat begadang, maka saya akan terbangun di luar jam yang sudah saya rencanakan. Hasilnya, saya perlu mere-schedule jadwal lagi. Dan ini sungguh tidak menyenangkan.

Alhamdulillah, di akhir minggu ketiga, tubuh saya mulai beradaptasi. Tanpa alarm pun, saya mulai bangun jam 2 pagi. 

Sejauh ini saya merasa time blocking membantu saya untuk lebih fokus pada pekerjaan, karena tahu semua aktivitas sudah punya waktu waktunya sendiri.

Oya, time blocking ini awalnya memang ribet, karena harus membuat tabel, dan teliti dengan jadwal seminggu ke depan. Tapi Insya Allah, membantu keberhasilan kita dalam mengatur waktu.

Demikian ide cara mengatur waktu untuk Bunda yang memiliki banyak pekerjaan. Semoga bermanfaat….

Show 3 Comments

3 Comments

  1. Wah sepertinya saya mau mencoba tipsnya nih hihi. Biar bisa mengatur waktu dengan baik

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *