Memelihara Rasa Ingin Tahu Anak

Pendidikan sesuai gaya belajar anak
Menyesuaikan cara belajar dengan gaya belajar anak, memang benar-benar lebih efektif.


Gara-gara ikut gathering orang tua Homeschooling di Perpustakaan Kemendikbud kemarin, saya jadi mempelajari dan ngulik-ngulik tentang pendidikan alternative ini.

Salah satu dasar dari homeschooling adalah mrncoba memandang dunia pendidikan dari prespektif berbeda. Bahwa anak-anak yang Unschool tidak berarti Unlearn. Bahwa pendidikan bisa kita lakukan sesuai dengan tujuan awalnya, yaitu menambah pengetahuan pada anak dengan cara terus-menerus memelihara rasa ingin tahunya.

Dasar lain yang saya sukai dari homeschooling adalah bahwa metode ini mengajak anak untuk menjadi pembelajar yang mandiri.

Nah, gara-gara “provokasi” itulah makanya saya jadi ingin menerapkan metode ini untuk si Kimpuy. Tidak, tidak berniat untuk meng-HS kan Hana, karena toh ia sudah terlanjur jatuh cinta dengan sekolah alam di dekat rumah (dekat dibanding sekaloh alam yang lain maksudnya).

So, ketika hari itu dia berteriak ketakutan karena seekor kecoak yang sudah saya pukul (errrr… sadis ga si?) yang kemudian balik badan dan ngacir dengan suksesnya; saya pun mencoba memancing rasa ingin tahunya, “Dik, kenapa ya, kecoak, tu susah mati?”

Dan dia pun menjawab otomatis, “Iya, kenapa, ya, Bu? Ayo, bu, cari buku tentang kecoak?”

Dan sore itu pun kami asyik di depan komputer, googling sana sini (ga si, bohong, Cuma buka dua situs kok) tentang kenapa si Kecoak susah sekali mati.

Cara ini ternyata memang cocok dan pas untuk Hana. Buktinya dia langsung ingat bahwa kecoak susah mati karena bagian punggungnya sangat keras sehingga bila dipukul pun ia tidak akan mudah mati. Selain itu juga, ia pun kemudian tahu bahwa cara terbaik membunuh kecoak adalah dengan cara menyemprotkan cairan serangga, tidak dengan memukulnya.

“Jadi, besok kalo ada kecoak, jangan dipukul Ibu semprot aja, biar cacing yang diperut kecoak ga pada keluar ntar bikin hana sakit, deh”

Yipiii… sepertinya trik saya menggiring Hana ke pengetahuan cukup berhasil. Saya pun ingat ketika ia bertanya tentang gambar jantung dan tulang belulang yang ia temui di klinik langganan.

Saya paham cara belajar seperti ini memang sangat cocok untuknya. Selain saya lihat ia memiliki ingatan yang cukup kuat, Hana adalah tipe audio yang tidak begitu sabar membaca buku, kecuali bila dibacakan.

Kuatnya ingatan Hana ini saya lihat sejak ia masih berumur satu tahunan. Hana hobi sekali menyembunyikan mainannya dibawah karpet, kursi, atau apa saja disekitar tempat dia bermain. Dan ketika ditanyakan, meski itu dikeesokan harinya atau lewat beberapa hari, ia masih bisa mengingat dengan tepat dimana mainan tersebut ia sembunyikan.

Dari sini saya menyimpulkan, bahwa memang benar kata para ahli, bahwa anak akan lebih mudah mengingat bila memang ia ingin tahu. Selain itu, menyesuaikan cara belajar dengan gaya belajarnya, memang benar-benar lebih efektif.

Jadi, bila jenengan sobat blogger punya nasib seperti saya, mungkin cara saya ini bisa dicoba.

Artikel terkait:

Serba-serbi homeschooling

Merangsang perkembangan intelektual balita

Pic. from 123rtf.com

Show 2 Comments

2 Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *