Apa kabar weekend Sahabat RPB, terutama para Ibu yang mendadak harus bekerja dari rumah plus mendadak jadi guru? Lelah dua kali lipat, dan pekerjaan terbengkelai? 😀
Setiap kali membuka beranda media sosial Facebook saya banyak membaca dua hal, kemarahan tentang ignorant people terhadap himbauan pemerintah, dan kelelahan para Ibu yang harus “mendadak jadi guru”.
Jujur, saya mengamini kelelahan para ibu. Menurut saya, produktif bekerja dari rumah saja, sebetulnya sudah menjadi tantangan tersendiri, apalagi jika keluarga belum terbiasa dengan sistem ini.
Ditambah dengan tugas sebagai guru dadakan. Aduh, rasanya…. tumpukan pekerjaan rumah tangga, kantor, dan mengawal anak belajar, semua mbulet, kruntelan di kepala Ibu.
Ide tetap produktif saat anak belajar di rumah
Sayang, saat ini kita tidak bisa protes. Mewabahnya virus baru Covid-19 ini membuat kita semua harus berhati-hati, dan mengambil tindakan preventif, termasuk semua konsekuensinya.
Alih-alih mengeluh, ngomel panjang lebar, lebih baik cari solusi yang menyelamatkan semua.
Mendadak jadi guru dan tantangan produktif dari rumah
“Mbak, share dong, manajemen waktu pas anak home learning gini“
Saya tergelak sendiri saat seorang teman menjawab komentar saya seperti itu.
Saat itu, saya hanya menjawab “biasa wae“, tapi aslinya bohong banget kalau tidak ada yang berubah dari ritme kerja saya. Yang biasanya mulai kerja on time, mau nggak mau harus di geser juga.
Hari pertama saya juga khawatir jika Hana menjadi lebih santuy dan leha-leha karena tidak masuk sekolah. Alhamdulillah sih, dia tetep mandi pagi, beberes buku, dan sarapan seperti saat mau sekolah. Jam 7 dia sudah ready.
Saya menjawab “biasa” karena memang dua hari pertama, semua berjalan dengan normal.
Tapi perlahan,semua runtuh saat jadwal baru datang, dan semua kegiatan Hana dilaporkan real time. Bolak-balik harus pegang hp, cek grup kalau ada pengumuman baru, foto kegiatan dan tugas Hana, laporan, bantu Hana memahami materi, dan seterusnya, dan lain sebagainya.
Ditambah Jum’at kemarin Hana harus membuat mind map dari ringkasan bacaan berlembar-lembar. Padahal, bacanya saja sudah malas dia. 😕 Mau nggak mau saya harus mendampingi penuh Hana belajar.
Hasilnya seharian, saya nggak dapat pekerjaan. 😒😒
Artikel terkait: Pohon Pikiran, Ide untuk Merangkum Pelajaran
Alhamdulillah, akhirnya saya menemukan cara, agar tetep bisa menyelesaikan pekerjaan, meski gangguan terus-terusan menerpa.
Ide untuk tetep produktif bekerja dari rumah
Hari itu akhirnya saya mulai kerja jam 18.45 (iya, semalam itu 😁). Tapi Alhamdulillah, masih bisa menyelesaikan 2 artikel, termasuk post blog ini. Pakai cara tentu saja, tidak muter jam untuk mengundurkan waktu milik Dumbledore.
Berikut adalah sistem atau cara yang saya terapkan, meski jadwal bekerja dari rumah saya, melenceng jauh dari kebiasaan.
Sebetulnya sih, ini sudah biasa saya bilang ke Hana, kalau”Ibu kerja dari rumah, nulis. Kalau nggak nulis, ibu nggak punya duit buat beli buku.” 😀 Jadi, dia auto menarik diri dari sekitar saya.
Memiliki kesepakatan waktu kerja dengan anak akan membantu ibu mengurangi stres saat harus menemani anak belajar, karena dalam pikiran ibu, ibu sudah tahu jam berapa akan melakukan pekerjaan, sehingga pikiran ibu pun akan lebih tenang.
#2. Usahakan tidak merubah rutinitas
Jika biasanya pagi hari ibu sudah masak dan menyelesaikan sebagian tugas rumah tangga, maka sebaiknya saat ini tetap lakukan yang sama.
Cara ini juga akan membantu anak untuk tetap pada rutinitasnya. Kalau anak beres, pekerjaan ibu juga pasti cepet beres kan?
Bagaimana kalau anak malah santai dan memilih bangun siang? Sebaiknya Ibu tetap pada rutinitas harian. Gunakan waktu saat anak belum siap untuk menyelesaikan beberapa pekerjaan Ibu. Saat harus beralih profesi jadi guru, sebagian tugas Ibu sudah selesai bukan?
#3. Miliki mindset “kerja”
Saya struggling bertahun-tahun agar bisa punya jam kerja yang rutin. Mencoba berbagai tips, ikut kelas produktivitas, membaca buku, juga berlangganan productivity newsletter.
Tapi seringkali rencana itu ambyar. Teratur beberapa hari, berantakan kemudian. Biasanya ya, gitu deh, namanya emak, sering banget ada gangguan bekerja.
Artikel terkait: Hal-hal yang Bisa Mengganggu Produktivitas Kerja Ibu
Alhamdulillah, awal tahun 2019 saya menemukan ritme atau pola bekerja yang tepat.
Sayangnya, (lagi-lagi) masih sering ambyar karena gangguan dari luar. Saya pun terus mencari cara, bagaimana agar menemukan pola bekerja yang rutin.
Sampai akhirnya, beberapa hari lalu, saat di luar sana mulai banyak pekerja mendadak working from home, satu tips dari Darius Foroux melegakan saya;
If you want to suscced working from home, then Adopt a “work first” mindset
Si Darius Foroux ini kebetulan seperti saya (paling tidak menurut pengakuannya, ya) bertahun-tahun mencoba punya rutinitas kerja, baca banyak buku, ikut seminar … Mencoba satu sistem berhasil, beberapa hari kemudian ambyar ….
Sampai akhirnya ia mengamati pola kerja para orang sukses, mereka memang punya sistem kerja, tapi mereka juga punya working mindset.
Ibu mungkin sering membaca, jika ingin sukses atau produktif kerja di rumah, cobalah gunakan pakaian seperti saat kita kerja, cari tempat terpisah dengan aktivitas keluarga dan lain sebagainya.
Menurut Darius, hal-hal tersebut tidak terlalu membuat perbedaan. Lebih penting adalah memiliki working mindset.
Punya working mindset, akan membantu kita untuk menyelesaikan pekerjaan tidak peduli baju seperti yang kita kenakan saat bekerja. Termasuk juga duduk di meja atau ruangan tertentu.
Coba bayangkan saat kita dikejar deadline, atau rekan satu tim kita sakit, apakah “ada di ruangan tertentu dan memakai baju tertentu membuat kita lebih bisa menyelesaikan pekerjaan”? Enggak, kan? ,-Darius Foroux
Jadi, intinya adalah “kita berkomitmen menyelesaikan pekerjaan apa pun yang terjadi, jam berapa pun itu“.
Saat kita bekerja pun, kita tidak akan mudah teralihkan dengan situasi yang ada di sekeliling kita.
Untuk ibu yang biasa bekerja dalam cubicle, hal diatas mungkin butuh penyesuaian. Nah, ibu bisa mencoba ide diatas dan mengkombinasikannya dengan ide produktivitas milik Coach Aji.
Pendapat coach Aji ini sedikit berbeda dengan pendapat Darius, tapi intinya adalah kita men-setting pikiran kita untuk siap bekerja. Meski caranya adalah dengan mengenakan pakaian yang rapi (tidak harus ala ke kantor) dan memiliki tempat untuk bekerja yang terpisah.
Dalam webinar “Produktif Bekerja dari Rumah” kemarin, coach Aji berpendapat, punya ruang atau tempat bekerja khusus akan membantu otak kita untuk shifting focus.
Ya, mungkin tidak semua Ibu bisa punya keleluasan ini. Tidak semua orang juga punya rumah luas, sehingga bisa duduk bekerja, terpisah dari aktivitas keluarga lainnya.
Tapi cobalah untuk mencari cara, fokus pada solusi, siapa tahu, di pojok ruang makan bisa ditambah meja untuk Ibu bekerja. Mumpung weekend, bisa dicoba kan untuk geser-geser perabot sedikit?
To do list itu seperti “sebuah tujuan perjalanan”. Kalau kita tahu kemana kita mau pergi, kita tidak akan melirik kanan-kiri atau mampir kemana-mana dulu sebelum sampai di tujuan.
Nah, to-do-list juga berfungsi sama. Ibu tidak akan terpikir untuk melakukan hal yang lainnya sebelum daftar to-do ibu selesaikan.
Selain to do list, usahakan punya no-to-do-list.
Percaya sama saya deh, melakukan not to do list alias pekerjaan yang tidak akan kita kerjakan bisa mengganggu waktu kita seharian.
Sudah dari sononya kalau para ibu itu, saat punya waktu luang sedikiiiitttt saja pasti pengen beresin semua kerjaan rumah. Tujuannya sih, biar nanti bisa lebih fokus kerja, sayangnya, menuruti keinginan seperti ini seringnya malah membuat kita lupa pada pekerjaan utama.
Ingat, to-do yang tidak berhasil biasanya berpotensi menimbulkan stres, lho. 😀
Lupakan sejenak semua tips produktivitas, kelola energi Ibu jika ingin mampu tetap bekerja dari rumah dan tetap memenuhi deadline (dan untuk itulah no-to-do-list itu penting).
Kenali jika tubuh Ibu minta istirahat. Lima belas menit tidur siang, tidak akan merusak semua hari Ibu. Justru jika tidak diikuti, Ibu malah akan kehabisan energi, dan akhirnya susah sekali untuk memenuhi deadline.
#6. Terima kondisi saat ini
Jika memang jadwal anak belajar tidak bisa digeser, maka cobalah untuk fokus saja dulu pada anak. Jika Ibu terlalu stres, dan terlalu over react pada sikap kecil yang lambat, selain energi ibu akan habis, percayalah, ibu tidak akan pernah bisa menyelesaikan satu pekerjaan pun.
Sikap anak yang rewel, susah diajari, bos yang bolak-balik telepon, kondisi ibu yang “mendadak harus kerja dari rumah”, adalah hal-hal yang ada di luar kendali ibu.
Satu-satunya hal untuk tetap “waras” adalah jangan mencoba mengendalikan, tapi berdamai dengan kondisi tersebut.
Ya, minimal, anak-anak tidak akan berpikir untuk kabur dari singa yang menjadi guru di rumah, deh. 😖😖
Lalu bagaimana jika semua sudah dicoba tapi tetap tidak ada waktu sisa? Poin ke-7 mungkin jawabnya.
#7. Bangun lebih pagi
Begitu melihat tidak ada waktu yang bisa saya kendalikan, saya memilih untuk bangun lebih pagi.
Bangun lebih pagi tidak hanya membuat pekerjaan lebih banyak selesai, ibu pun bisa lebih fokus dan bekerja tanpa gangguan.
#8. Olahraga
Banyak yang tidak menyadari jika produktivitas erat kaitannya dengan kesehatan. Jika tidak sehat, ya bagaimana mau produktif kan?
Jadi, jangan lupa untuk berolahraga. Saya kemarin baru saja menulis artikel “Rekomendasi Olahraga yang Bisa Dilakukan di Rumah“. Silahkan pilih, dan sesuaikan dengan energi dan waktu yang Ibu miliki.
Terima kasih sudah mampir di blog RPB, dan seperti biasa, sampai jumpa di artikel produktivitas selanjutnya. 😉😉