Pagi kemarin saya dibuat kesal. Hari paling kesal sepertinya, sampai saya nyetatus”sampah” di wall Facebook (sesuatu yang sebaiknya tidak Anda lakukan).
Berawal dari sebuah toko pada jaringan direct selling (yang pasti bukan Oriflame) yang sedang menggelar acara promo, jauh-jauh hari saya sudah konfirmasi jam buka toko untuk acara tersebut. Karena saya lihat pegawainya yang selalu cembetut saat melayani customer, jadi saya ingin mengantisipasi “ke-cembetutan” mereka dipagi hari dengan datang lebih awal, saat mereka lebih fresh (menurut saya).
Singkat kata, ketika saya datang pagi itu saya sampai di toko jam 7.15. Toko masih tutup, rapet, pet, pet. Saya kontak pemiliknya via sms, mengapa toko belum buka sesuai yang dijanjikan. Eh, setengah jam kemudian baru dijawab bila barang promo belum bisa release karena belum ada kiriman dari pusat.
Ish, darah mulai mendidih ni. Dan lebih kuesel saat jam 8 ada sms masuk yang memberitahukan bahwa pengambilan produk promo dilayani pada hari Rabu.
Gosh!!!! Juengkeeeellll… banget saya. Habis waktu hampir dua jam hanya untuk bolak-balik rumah dan counter. Pikir saya, mereka pasti HIDUP kan di hari sabtu dan minggu. Dan hari Sabtu-Minggu kemarin itu sudah jaman teknologi yang terkenal dengan kerja efektif dan efisien kan?
Kenapa juga ga bikin sms-nya di dua hari itu. Jika memang belum dikirim, pasti hari Sabtu atau paling tidak Minggu sudah confirm kosong kan? Berapa waktu terbuang karena keterlambatan sistem mereka? Huah…!!!!
Sampai menjelang sore saya masih kuesel banget. Nyaris sampe linglung. Terus terang saya rugi. Rugi karena pada hari Rabu saya sudah terjadwal untuk mengikuti pelatihan menulis. Jadi sudah jelas, sangat kecil kemungkinan pesanan bisa saya dapatkan.
Secara materi;-biaya bolak-balik rumah-counter dan biaya belanja katalog promo- memang tidak besar. Namun, waktu yang terbuang, dan membuat saya tidak memiliki kesempatan menulis selama beberapa hari karena mempromosikan produk mereka inilah yang membuat saya kesal.
Hingga sebelum salat asar kemarin, saya membaca status mas Rama Adityakara, hanya selarik status namun sungguh sangat mengena
Ingat juga nasehat Sang Guru Compassion melalui Ayah Edy, betapa semua kejadian memang begitu adanya. Dibuat dalam sebuah keseimbangan. Teratur dan tidak teratur. Terorganisir dan berantakan. Tinggal disisi mana kita berdiri serta bagaimana kita menyikapinya.
Terkadang Tuhan memang bertindak tidak seperti yang kita inginkan. Namun dengan cara itulah Ia mendewasakan kita.
Sujud saya panjangkan akhirnya pada rakaat terakhir salat Asar saya. Membiarkan semua amarah mengalir ke bumi dan menggugurkan kesombongan saya. Kesombongan yang membuat saya marah dan merasa tidak dihargai.
Padahal seharusnyalah kita tidak perlu terlalu perduli akan penghargaan manusia. Selama kita sudah berniat menghargai sesama makhluknya, Insya Allah catatan kebaikan itu sudah Allah tuliskan dalam buku kebaikan kita.
Dan, Alhamdulillah, pagi ini saya terbangun dengan ringan. Whatever will be, will be… My job is just doing the best; and Allah will get the rest.
Rahayu Pawitri
Web Content Writer