6 Manfaat Jurnaling dalam Keseharian Saya

manfaat jurnaling
Karena sedang masuk ke tim Buzzer yang tugasnya kadang nge-tweet sampai malam, hampir seminggu lebih saya berhenti menulis jurnal.
Awalnya semua baik-baik saja, tapi kemarin mulai ada perasaan yang nggak enak yang saya rasakan. Pekerjaan saya rasanya kok makin banyak saja, dan meski sudah mengurangi jam istirahat, tapi tidak ada yang selesai.
Saya juga jadi gampang marah. Mudah komplain, dan entah kenapa, susah sekali untuk tetap berpikir positif. Pokoknya, ada sesuatu yang terasa tidak beres!
Saya jadi mengamini apa yang dimaksud oleh Darius Foroux, bagaiaman menulis dapat membuatnya untuk tetap menjadi positif.
Bagi saya, menulis jurnal seolah melihat kembali apa yang telah saya lakukan, juga pengalaman dan pelajaran penting yang saya peroleh.
Menuliskan kembali apa yang telah saya alami, seperti sebuah repetisi, – pengulangan-, dari pelajaran, hikmah, dan kebijaksanaan yang telah saya peroleh. 
Pengulangan ini seperti sebuah “kegiatan menanam” pada diri saya sendiri, dan sepertinya perlahan membentuk sebuah karakter dalam diri saya. Keberhasilan saya untuk move on dari masa lalu, kebiasaan membuat jurnal bersyukur, terwujudnya afirmasi, pelan-pelan menanamkan banyak hal positif pada diri saya. 
Dan saat ada hal negatif (rasa pesimis, sinis, menganggap buruk orang lain, dsb), alarm dalam diri saya otomatis berbunyi. Bila memang bisa jauhi, maka lebih baik pergi, jika tidak, pikiran saya punya banyak data positif untuk mengcounter serangan negatif tersebut. 
Meminjam istilah Darius Foroux, menulis jurnal seperti sebuah latihan spiritual. Dan seperti saat Sahabat berlatih di Gym untuk mengasah dan menguatkan otot tubuh,- menulis jurnal seperti mengatakan pada diri kita, bahwa kita sedang belajar, mengumpulkan setiap pengalaman yang akan mengasah kita menjadi orang yang lebih baik.

Jika dapat saya rangkum, ada 6 manfaat jurnaling yang telah saya rasakan selama ini

6 Manfaat jurnaling dalam keseharian saya (dan mungkin untuk Anda juga)

#1. Wadah pikiran
Kalau saya ditanya kenapa rajin menulis jurnal, biasanya saya menjawab, jurnaling itu seperti Pensieve Dumbledore. Karena di dalamnya ada catatan yang sangat rinci tentang apapun yang terlintas dalam pikiran kita; seperti goals, hambatan, ide-ide baru dan lain sebagainya. 
Jurnaling memang mirip dengan menulis diary, bedanya jurnaling memiliki tema yang lebih spesifik. Misalkan jurnaling dengan tema perbaikan mindset, memaafkan masa lalu, tracking pekerjaan, belajar produktivitas, dan lain sebagainya. 
Saya sendiri menggunakan jurnal untuk tracking produktivitas dalam bekerja, tapi di dalamnya, saya juga memasukkan lintasan pikiran, hikmah yang saya alami dan mempengaruhi efektivitas saya dalam bekeerja. 
Saya juga memiliki jurnal LOA, jurnal tentang mimpi dan afirmasi. 
Pengen juga sih, bikin jurnal perkembangan Hana, memasuki usianya yang sepuluh tahun ini, ada banyak hal baru yang sayang banget untuk dilewatkan. 
#2. Sebagai pelampiasan kepenatan
Kalau sedang banyak pikiran, saya juga melepaskan penat dengan doodling, menghiasi halaman jurnaling saya dengan gambar ala-ala. Kadang juga saya tempelkan foto-foto impian saya, ajang bermain washi tape, tempat melampiaskan hobi nggambar zen doodle, dan lain sebagainya. 
Enggak cakep sih, but it’s okay, it’s for my self any way 

Sebuah kiriman dibagikan oleh Rahayu Pawitri (@rahayu_pawitri) pada

#3. Rekam jejak
Ya karena saya sedang belajar produktivitas, dan kebetulan juga pekerjaan saya ini kok ya, review kelas-kelas pengembangan diri, jadi, begitulah, jurnal pekerjaan saya ini akhirnya juga berisi tentang perkembangan diri saya selama mengikuti kelas. Gado-gado pokoknya, tapi tetap masih dalam satu tema. 
#4. Tempat untuk membuat to do list
Karena jurnal saya adalah jurnal produktivitas, tentu saja ada to do list disana. Apa saja yang ingin kerjakan, bagaimana saya mengerjakannya, dan berapa lama saya dapat fokus dalam mengerjakan pekerjaan tersebut. 
#5. Membantu untuk fokus
Nah, karena semua ada di satu tempat, saya jadi lebih mudah untuk mengoreksi hal-hal yang terlewat. Dan karena sudah lengkap dengan to do list plus time mappingnya, akhirnya saya nggak berani cheating time lagi (kecuali ada faktor eksterna yang mengganggu ya). 
Jurnaling juga membantu saya untuk fokus pada tujuan. Karena setiap hari, mau tidak mau saya kan harus membaca goals saya. Dengan cara ini, Alhamdulillah sih, saya bisa lebih fokus. 
#6. Sarana manajemen stres
Manfaat yang satu ini, ada kaitannya dengan manfaat pertama dan kelima. 
Menurut Jim Kwik, mentor kelas Super Brain, manajemen stres adalah salah satu cara untuk menguatkan ingatan kita. 
Dan bagi saya, jurnaling membantu saya untuk melihat masalah satu per satu. Dan karena lintasan pikiran yang kruntelan di kepala juga sudah saya tuangkan dalam buku, maka pikiran saya pun lebih ringan dan tidak mudah stres. 
Jika dilihat dari keenam hal diatas, Sahabat pasti tahu, kenapa saya akhirnya merasa ada yang tidak beres atau tidak biasa dalam keseharian saya. Ya, karena akhirnya saya tidak tahu lagi, kemarin itu saya ngapain saja, sudah kerja tidak ada berhentinya, tapi kok ya, pekerjaan makin banyak saja. 
Jadi Sahabat bila saat ini sedang merasa kehilangan arah, mungkin bisa mencoba untuk mulai membuat jurnal. Apalagi kalau sedang punya goals yang ingin diraih. Biar enggak geregetan lagi, selama ini ngapain aja, kok ya nggak ada cita-cita yang tercapai juga. 
Bagaimana memulainya? Tunggu ya, di post produktivitas yang akan datang. 😉
Leave a Comment

Comments

No comments yet. Why don’t you start the discussion?

    Leave a Reply

    Your email address will not be published. Required fields are marked *