2 Perubahan Perilaku Anak Usia Dua Tahun yang Sering Membuat Orangtua Stres

Disclaimer: artikel ini bukan pendapat ahli, hanya berupa pengalaman pribadi. Untuk rujukan yang lebih tepat, silahkan konsultasikan pada ahli perkembangan anak.

Beberapa hari ini, saya sering menyimak curhatan mbak Widi Utami (pemilik blog widiutami.com) tentang polah tingkah putra semata wayangnya, si K yang saat ini berumur dua tahun.

Kadang kalau mbak Widut membuat status di WA tentang polah si K, saya ledekin.

Ya, begitulah, usia 2 tahun memang menjadi tantangan untuk banyak ibu. Ada banyak perubahan tingkah laku yang terjadi pada anak di usia ini.

Perubahan ini benar-benar menguji kesabaran orang tua. Yang ada hanya bisa berdoa semoga dipanjangkan ususnya alias sabar. 😁😁

Perubahan tingkah laku pada anak usia 2 tahun

Meski sudah terjadi 7 tahun yang lalu tapi bagi saya 2 tahunnya Hana itu seolah baru kemarin.

Ada 2 perubahan besar yang paling saya ingat yaitu

1. Suka berkata tidak (yang ujungnya tantrum)

Apapun yang saya katakan, si Hana akan menjawab “enggak”, “tidak”, “nggak mau”.

Padahal Hana tadinya manis sekali, mudah dinasehati dan diatur. Tapi begitu usia dua tahunnya lewat satu dua bulan, haduh… semua berubah.

Diminta beresin mainan, “Nggak mau!” Diajak pulang karena sudah malam, “Nanti aja!” Nggak peduli teman-temannya sudah ingin pulang, Hana kekeh aja pengen main.

Pernah suatu kali, karena sudah jam tidur dan badannya kotor setelah main, saya dan ayahnya mengajaknya mandi. Tapi ia malah ngamuk. Baju kotornya ia kekepin, nggak mau ganti baju yang lain.

Subhanallah, jam 9 malam, saat tenaga juga sudah habis, anak tantrum seperti itu, sungguh hanya bisa ngelus dada sambil istighfar. 😄

Belakangan baru saya tahu, kalau anak usia dua tahun memang sedang belajar mengembangkan dan mengenali emosinya. Itulah kenapa ia mudah terkena mood swing dan mudah tantrum. Karena sebenarnya, ia sendiri bingung dengan perasaannya.

Untuk itulah, orangtua harus dapat mengendalikan diri jangan sampai terbawa emosi.

Begitu teorinya, prakteknya? Alamak…. Pengen nyungsep bawah bantal aja.

Saya sih, cukup beruntung karena si Ayah lebih sabar. Jadi kalau sudah tantrum seperti itu, biasanya si Ayah yang turun tangan.

Kalau ayah nggak ada, ya sudah, paling saya pasrah, nungguin dia diem. Agak tenang baru digendong. Kadang saya ngaji saja depan dia, ngapalin surah yang saya hapal. Nggak bikin anak tenang, tapi bikin pikiran saya waras. 😀

Tapi kalau badan dan pikiran sudah sangat lelah, kadang saya minta bantuan tetangga (tetangga yang sudah CS tentunya). Karena kebetulan tetangga saya ini punya anak yang lebih besar dan suka main sama Hana.

Intinya kawan, kalau kamu ibu dengan anak dua tahun, dan sudah tidak sanggup lagi ngadain anak, segera minta pertolongan. Dan kalau kamu adalah suami dengan anak balita, bantulah istri. Jangan sampai ia menjadi ringan tangan karena kelelahan.

2. Susah tidur

Entah kenapa mulai masuk usia 1,5 tahun dan menuju 2 tahun, Hana ni, susah sekali diajak tidur, baik itu tidur siang atau malam. Tangannya uplik melulu. Nggak bisa diam. Ganti mainan ini, pindah mainan itu, uprek dompet emak, nurunin buku dari rak… Duh, daftarnya banyak.

Saat malam hari, meski ritual tidur sudah dilakukan dan rapi, tapi tetep dia nggak mau tidur.

Pernah suatu hari, “wilayah tidur” Hana sudah dibuat kapal-kapalnya. Pura-pura hendak berlayar ke negeri mimpi. Awalnya dia hepi, habis itu, turun kasur lagi. ☹️☹️

Akhirnya si Ayah terpaksa gendong keluar rumah, jalan dari ujung sana ke ujung sini, ☹️ padahal waktu itu sudah jam 11 lewat. Alhamdulillah, akhirnya merem, sih.

Ternysta, mulai usia 1,5 tahun hingga beberapa bulan setelah masuk 2 tahun, kebanyakan balita memang mengalami gangguan tidur. Baik untuk tidur siang maupun tidur malam.

Banyak penyebab gangguan tidur pada anak diusia ini. Mulai dari keinginan untuk eksplorasinya yang sedang tinggi, kekhawatiran akan berpisah dengan ibu-bapaknya (beberapa anak kadang mulai pisah kamar dengan orangtuanya diusia 2 tahun), potty training, atau malah hal sepele seperti lapar.

Walaupun begitu, para ahli tetap menyarankan untuk tetap tinggal di kasur dan konsisten dengan aturan jam malam.

Maksudnya, jangan trus diajak nonton TV atau malah main game. Buat orangtua aja gadget bisa membuat susah tidur kan, apalagi pada anak-anak? Khawatirnya hal tersebut akan menjadi ritual baru, dan anak merasa “It is okay to wake up late”. 
Menurut para ahli, susah tidur ini hanya terjadi selama 3-4 Minggu saja, jadi jangan sampai hal yang sementara menjadi kebiasaan selamanya.

Pada kasus Hana sih, Alhamdulillah nggak terjadi. Meski sering dibawa ayahnya keluar dan jalan dari ujung ke ujung, Alhamdulillah, nggak sampai jadi kebiasaan. Tepatnya saya lupa, tapi nggak sampai berbulan-bulan, kok. Akhirnya ya, bisa tidur seperti biasa.

Mulai masuk usia dua tahun, memang penuh tantangan, tapi usahakan (iya, usahakan) jangan sampai nyakitin anak, ya. Diluar boleh panas, tapi berusaha pikiran dingin, agar tidak keluar perkataan yang semestinya atau sumpah serapah yang buruk.

She’s your child anyway, titipan Tuhan yang harus dijaga baik-baik kan? Pokoknya ingat, kalau mulai nggak sanggup, segera bilang, minta tolong. Okay?

Moga pengalaman secuil ini bisa mengurangi level kebaperan kamu ya, kawan. Semua orang sudah mengalaminya, jadi santai saja. It will be over soon. 

Sampai jumpa diartikel #perkembangananak lainnya. Saya Rahayu Pawitri di rahayupawitri@gmail.com.

Show 2 Comments

2 Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *