Pernah dengar dapat blast WA jika sakit tertentu sebetulnya dipengaruhi oleh kesehatan mental kita? Misalnya nih, stres bisa menyebabkan penyakit jantung dan asam lambung,tekanan darah tinggi biasanya terjadi karena kurang legowo, dan lain sebagainya?
Sahabat RPB percaya nggak sih dengan blast WA tersebut?
Jujur, awalnya saya tidak percaya dengan pernyataan di atas, tapi setahun lalu saat usai ikut kelas PULIH, dan sakit di tangan kiri saya hilang, sekarang saya termasuk yang mengamini pernyataan tersebut.
Tahun lalu, saat belum mampu lepas dari trauma dan amarah masa lalu saya, tangan kiri saya mudah banget merasa lelah dan kebas. Begitu rasa marah dan trauma pulih, jreng, kebas tersebut langsung hilang. Sesekali datang, tapi sangat jarang, hanya saat tangan kiri saya ini digunakan untuk melakukan beban kerja berat dan terus-menerus.
Disaat itulah saya akhirnya mengamini, jika penyakit fisik, bisa jadi penyebab awalnya adalah penyakit pikiran.
Pernyataan ini juga diamini oleh salah seorang Hypnotherapist yang waktu itu mengisi acara Motiva Talk (dulu Mindshare Talk). Bapak Chairul Anwar yang menjadi pembicara saat itu bercerita tentang seorang ibu yang sering merasa sakit kepala dan jantungnya berdebar. Setelah di telisik, ternyata Beliau mempunyai kekecewaan terhadap masa lalunya.
Lalu bagaimana cara emosi mempengaruhi fisik kita?
Bagaimana kesehatan mental memengaruhi kesehatan fisik kita
Jaman dulu kita sering mendengar istilah “Mens Sana In Corpore Sano”, dalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang kuat”. Sayangnya, saat ini jargon tersebut sudah tidak relevan lagi. KIta sduah sering melihat mereka yang terlihat badannya kuat, sehat, ternyata menderita gangguan kesehatan mental.
Menjaga kesehatan fisik memang penting, tapi menjaga kesehatan mental juga tidak kalah pentingnya.
Mengetahui bagaimana cara bekerja tubuh dan pikiran, serta bagaimana keduanya saling mempengaruhi, akan sangat membantu kemampuan kita membuat keputusan yang tepa,t baik bagi diri kita sendiri, keluarga, dan juga lingkungan kita.
Definisi kesehatan mental
Merujuk dari situs alodokter, mental kita dikatakan sehat jika kita merasa sejahtera baik secara psikologis, emosional, dan sosial. Kesehatan mental akan sangat mempengaruhi bagaimana kita bertindak, memproses emosi, dan membuat keputusan.
Mental yang sehat juga akan membantu kita memelihara hubungan yang sehat, tepat mengekspresikan emosi, dan menentukan respon yang tepat saat terjadi perubahan, baik yang berasal dari dalam diri ataupun lingkungan, dan mempengaruhi kehidupan kita.
Berbeda dengan anggapan banyak orang jika kesehatan mental hanya tentang “masalah di dalam kepala”; pada kenyataanya, kondisi mental kita sungguh mempengaruhi fisik kita.
Alasan utamnya, karena kondis mental juga akan mempengaruhi kinerja otak, maka otomatis mempengaruhi kondisi fisik juga.
Contoh paling gampang nih, ingat nggak pas dulu dapat tugas jadi petugas upacara, atau presentasi PR di depan kelas, perut rasanya seperti ada kupu-kupu, kan? Nah, itu salah satu contoh bagaimana pikiran bisa mempengaruhi pikiran kita.
Gejala gangguan fisik lainnya antara lain otot tubuh yang mengeras, sakit kepala, sulit tidur, sulit fokus (brain fog), hingga sakit perut dan diare.
Mekanisme kondisi mental yang dapat mempengaruhi kesehatan fisik
Tubuh kita sebenarnya punya mekanisme bertahan dalam bentuk perlawanan atau melarikan diri (fight or flight).
Saat tubuh kita menghadapi bahaya, hormon stres adrenaline dan kortisol akan memenuhi tubuh. Denyut jantung dan tekanan darah kita pun naik, menekan sistem pencernaan dan mempengaruhi sistem imun tubuh.
Mekanisme ini enggak selamanya buruk sih, mekanisme itu terjadi karena kita memang butuh energi ekstra saat menghadapi bahaya. Saat kondisi lingkungan sudah tenang, tubuh kita pun perlahan akan kembali ke kondisi semula.
Mekanismepertahana tersebut akan menjadi masalah kalau setiap saat kita dalam kondisi stres.
Kondisi stres yang terus-menerus berarti kadar kortisol dan adrenalin juga akan terus menerus tinggi, dan tubuh pun tidak akan pernah dalam kondisi “istirahat” (tenang). Tentu saja organ dan fungsi tubuh akan terganggu karenanya.
Terlebih lagi, rasa cemas dan depresi juga dapat menurunkan toleransi rasa sakit.
Bagian otak yang bertanggung jawab untuk merespon rasa sakit, serta kedua neurotransmiter (serotonin dan norepinefrin) yang bertanggung jawab mengirim sinyal rasa sakit, juga akan terpengaruh oleh rasa cemas dan depresi.
Karena itu penting bagi kita untuk selalu mendengarkan kondisi tubuh dan menjaga agar kesehatan mental kita.
Tentu saja, tidak semua penyakit fisik disebabkan oleh kondisi mental kita; gaya hidup, infeksi bakteri dan virus juga bisa menjadi penyebab penyakit fisik. Kita perlu berkonsultasi pada dokter untuk memastikan apa yang menjadi penyebab utama sakit kita.
Jadi gimana, percaya tidak jika kondisi pikiran atau mental kita bisa mempengaruhi kesehatan tubuh kita?
Nah, bener banget kesehatan mental memang berpengaruh pada kesehatann fisik. Aku sendiri kalau udah stress ngerasa capek banget, gak mau mikir apa-apa dan gak mau melakukan apa pun. Kenyataannya kalau ada masalah atau beban berat memang mental yang kena pertama, tetapi selang beberapa saat tubuh juga merespons seperti sakit demam atau apa gitu.
Kadang rasane masih aneh lho, mbak, kok bisa gitu ya, pikiran memengaruhi fisik kita. Tapi ya, ngalamin sendiri aku tuh. Bener-bener ya, fisik pikiran sekarang ini harus dijaga.
Nah, bener banget kesehatan mental memang berpengaruh pada kesehatann fisik. Aku sendiri kalau udah stress ngerasa capek banget, gak mau mikir apa-apa dan gak mau melakukan apa pun. Kenyataannya kalau ada masalah atau beban berat memang mental yang kena pertama, tetapi selang beberapa saat tubuh juga merespons seperti sakit demam atau apa gitu.
Kadang rasane masih aneh lho, mbak, kok bisa gitu ya, pikiran memengaruhi fisik kita. Tapi ya, ngalamin sendiri aku tuh. Bener-bener ya, fisik pikiran sekarang ini harus dijaga.