Sepanjang hari Minggu, timeline saya penuh dengan pertanyaan “Kalau Facebook tutup, kamu mau kemana?”. Eaaaa…. Timeline Bu-ibu, isinya apa?
Kabar jika kemungkinan pemerintah menutup akses pengguna Facebook, memang cukup membuat khawatir. Bagi saya, Facebook itu media sosial paling ramah. Siapa saja bisa berada di dalamnya. Mulai dari yang profesional, sampai hobi buat status abal-abal dan alay, semua bisa ada berada disana (dari titik ini, sepertinya misi Om Zukeberg berhasil, ya 😀).
Apalagi buat kami yang berprofesi sebagai Blogger, Facebook selain sarana berhubungan dengan saudara yang berjauhan, teman lama, dan mantan; juga sebagai sarana mengais mendapatkan peluang pekerjaan.
Bagi saya pribadi, ditutup atau tidak, sebetulnya tidak begitu mengkhawatirkan, menurut saya masih banyak media sosial lainnya yang dapat eksplorasi. Dan siapa tahu, malah pekerjaan saya menjadi lebih baik disana. Ya, tentu saja semua membutuhkan penyesuaian baru, trik baru, dan menjalin pertemanan, dan seterusnya.
Tapi karena kebawa status teman-teman iseng saya mulai menjelajah satu-satu media sosial selain Facebook. Sambil mengukur, kira-kira media sosial mana yang paling nyaman untuk saya.
Alternatif media sosial selain Facebook, plus dan minusnya
Media Sosial yang pertama kali saya pikirkan adalah Twitter. Selain memang sesekali mengguakan media ini untuk kampanye, teman-teman saya pun sudah cukup banyak disana. Lumayan familiar lah dengan seluk beluk Twitter. Semua teman yang ada dalam grup Arisan Link-pun juga pertama kali juga akan memilih media sosial ini, jika pada akhirnya pemerintah memblokir Facebook.
Sayang Twitter penuh sekali dengan ujaran kebencian, sering digunakan kampanye politik, dan konten pornografi kadang tidak tersaring. Pembaharuan linimasa-nya pun cepat sekali. Status pun dibuat dengan kata yang disingkat-singkat demi memenuhi jumlah kata, tapi pesan tetap tersampaikan. Buat saya, itu nggak nyaman.
Pikiran saya kemudian menimbang Instagram, lagi-lagi, karena memang sudah cukup familiar, sudah menggunakan, dan sudah cukup banyak teman disana.
Sayang, Instagram adalah platform media sosial yang mengharuskan penggunanya menggunakan foto untuk memperbaharui statusnya.
Buat saya, ini adalah hal lain “yang enggak banget”. Lha, saya jarang pergi, jarang juga foto-foto, mau update pakai apa? 😀
Iseng, akhirnya saya mencoba mengeksplorasi lagi, beberapa platform media sosial lainnya. Dan berikut ini pengalaman saya.
1. Realcom
Saya kenal Realcom di awal tahun ini, saat diundang untuk mini launching aplikasi mereka. Aplikasi ini memang diutamakan untuk sarana belajar dan mengajar, namun dibuat dalam format media sosial.
Dan kemarin, setiap kali ada yang membuat status tentang “pindah kemana kamu” saya pasti jawab Realcom. Ya, itung-itung promosi lah. Siapa lagi sih, yang mau promosoin aplikasi buat anak negeri ini, kalau bukan sesama anak negeri juga.
Saya biasanya titip link post blog di aplikasi ini. Lumayan sih, bisa mendatangkan trafik. Tapi saat ini Realcom masih sepi interaksi, pemilik akunnya mungkin masih sibuk beraktivitas di media sosial lainnya.
Jadi, sambil nunggu Realcom ramai pengguna, saya coba ngintip ke Google Plus.
2. Google Plus
Siapa saja yang menggunakan layanan surat elektronik Gmail, pasti memiliki Google plus. Tinggal aktif atau tidak menggunakannya.
Sebagai Blogger, saya sering menggunakan platform ini untuk berbagi link saja. Tapi setelah hampir seharian mengeksplorasi disana, sepertinya platform ini bisa menjadi alternatif selain Fb.
Ya, memang tidak seluwes Fb, saat kita menyukai satu postingan, sama arti kita membagikan post tersebut ke lini masa kita. Tapi menurut saya lumayan lah. Jumlah kata tidak bisa dibatasi disana. Tidak haris juga menggunakan gambar.
Sayang, ketika kita mengikuti satu komunitas, maka semua post dari komunitas tersebut akan masuk ke pemebritahuan dan beranda kita. Kurang nyaman sih, tapi masih okelah.
3. Pinterest
Jujur saya tidak terlalu aktif pada platform media sosial ini. Biasanya saya menggunakannya hanya untuk mencari referensi gambar dan atau tips-tip DIY.
Kemarin, saya mencoba akrab dengan aplikasi ini. Lumayan seru sih, bisa sortir-sortir, berita apa saja yang kita inginkan ada dalam beranda kita. Tapi ya, itu… harus dengan gambar.
Ya ampun… masalah banget ya? Ya iyalah, soalnya saya bermasalah dengan foto dan gambar nih 😀
Apalagi kebanyakan post disana kan tips. Lha kalau saya bilang parenting, tapi jarang mengunggah foto keluarga dan anak, gimana dong he he. Nggak pas banget sepertinya. Paling platform ini akan saya pilih untuk share update post saja.
4. LinkedIn
Ini sebetulnya platform yang paling pas untuk branding jasa yang kita tawarkan. Tapi menurut testimoni beberapa teman, paling susah kalau harus post atau update status di LinkdIn; nggak bisa suka-suka. 😀😀
Dan saya pun merasakan hal yang sama. Meski sudah menginstal aplikasi ini dalam ponsel, tapi tetap, interaksi yang bsia saya lakukan paling banter hanya membagikan jempol saja. 😊😊
Tapi Alhamdulillah, dari ahri ke hari, koneksi saya di jejaring profesional ini semakin berkembang. Sepertinya bisa jadi lirikan nih, kalau Facebook akhirnya dilarang di Indonesia.
Nah, kalau kamu gimana friends, mau pindah kemana kalau Facebook tutup? Jangan biilang ke Meikarta, ya ha ha ha.
See you at another #myminuteslife post, Rahayu at rahayupawitri@gmail.com
Pindah di blog aja lah, HAHAHA. Jadi tiap hari cuma nge-blog aja gak main sosmed lainnya.
Tapi blog kan interaksinya nggak langsung mbak… itu yang berat he he he
akan lebih aktif di IG jika FB benar2 ditutup ๐