Ngaku deh, pasti nggak banyak yang tahu tentang acara tahunan yang mulai di gelar tahun 4 tahun lalu ini …
Pentingnya sarapan sehat
Kampanye Pekan Sarapan Sehat kali ini lebih difokuskan pada mengajak dan mengingatkan orangtua untuk senantiasa menyediakan sarapan sehat bagi putra-putrinya.
Sarapan, kegiatan di pagi hari yang seringkali dianggap sepele ini ternyata memiliki dampak besar untuk kesehatan anak, baik fisik maupun non fisik. Bahkan psikolog Vera Itabiliana mengungkapkan jika sarapan juga bisa berdampak pada psikologis dan perkembangan karakter anak.
Sarapan dan perkembangan fisik anak
Salah satu pembicara yang hadir pada peluncuran kampanye Pekan Sarapan Sehat ini adalah Prof. Dr. Ir. Ali Khomsan, MS., memaparkan jika sarapan menunjuang aktivitas anak sehari-hari.
Penelitian telah membuktikan jika kelompok yang terbiasa sarapan memiliki asupan energi dan zat gizi makro yang lebih besar dibanding kelompok yang tidak sarapan.
Anak-anak yang tidak terbiasa sarapan juga cenderung mengalami beberapa gangguan fisik diantaranya;
1. Mengalami peningkatan Indeks Masa Tubuh (IMT)
Coba Sahabat ingat, apa yang terjadi dengan selera makan kita saat kita merasa sudah sangat lapar? Rasanya semua menu yang ada dihadapan mata ingin kita habiskan semua bukan?
Nah, itu pula yang terjadi pada anak-anak. Saat tidak sarapan dan kemudian merasa lapar, anak akan cenderung menghabiskan makanan yang melebihi dari porsi yang seharusnya ia konsumsi. Dan tentu saja ini akan mendorong makan berlebih yang bisa berujung pada obesitas.
2. Kesehatan dan stamina menurun
Karena tidak memiliki asupan energi yang cukup, anak pun akan mudah merasa lelah saat beraktivitas. Dan karena kekurangan energi, zat-zat yang sedianya digunakan untuk menjaga kesehatan tubuh, akan digunakan oleh tubuh untuk menghasilkan energi.
Akibatnya, kesehatan anak pun bisa terancam karena zat-zat yang diperlukan untuk pertahanan tubuh berkurang.
Pengaruh sarapan pada perkembangan mental anak
Lebih lanjut, Prof. Dr. Ir. Ali Khomsan memaparkan, jika sarapan juga sangat berpengaruh pada perkembangan mental anak.
Anak yang tidak sarapan cenderung menjadi mudah merasa stres, bermasalah dengan guru, susah mentaati peraturan, tidak disiplin, daya konsentrasi menurun dan banyak akibat buruk lainnya.
Hal ini juga diamini oleh psikolog Vera Itabiliana yang mengungkapkan hasil penelitian dari Sussex Inovation Center di tahun 2012.
Penelitian tersebut menemukan sarapan meningkatkan kemampuan mental anak, meningkatkan kemampuan mengerjakan soal, koordinasi mata dan tangan, dan menurunkan kecemasan saat menghadapi stress.
Sarapan bersama orangtua juga bisa menumbuhkan dan menanamkan rasa disiplin pada anak. Hasilnya, anak pun akan berprestasi lebih baik disekolah, memiliki positive self esteem, dan pada akhirnya akan menjadi generasi yang tangguh dan lebih siap menghadapi tantangan di masa depan.
Kriteria sarapan sehat
Sumber gambar: Fanpage Sahabat Nestle |
Agar sarapan bermanfaat optimal, tentu saja menu sarapan haruslah memenuhi kriteria gizi yang seimbang, yaitu terdiri dari karbohidrat, lauk-pauk, sayuran atau buah-buahan, dan minuman.
Dan bicara gizi seimbang, tentu bicara porsi juga kan? Porsi anak dan dewasa sudah pasti beda. Untuk anak, pembagian antara karbohidrat, lauk-pauk, sayuran/ buah dan minuman adalah seperempat porsi.
Sementara untuk orangtua, masing-masing adalah sepertiga porsi. Ini karena pada orang dewasa, jumlah asupan karbohidrat harus mulai dibatasi untuk menjaga penyakit degeneratif seperti diabetes.
Sarapan yang baik juga dilakukan paling tidak 2 jam setelah bangun tidur, bukan ketika mendekati waktu jam makan siang.
Jenis makanan dan jam sarapan pun tidak perlu dibedakan antara hari libur dengan hari sekolah/ hari kerja.
Kebiasaan sarapan di Indonesia
Sayangnya, di Indonesia sarapan belum dianggap sebagai hal yang penting untuk dilakukan. Di tahun 2010, Risdeknas mengeluarkan data jika 26% anak-anak di Indonesia hanya sarapan dengan air putih.
Sementara 45% diantaranya sarapan dengan kualitas rendah, hanya memnuhi 15% dari kebutuhan asupan energi atau menu sarapan yang hanya memenuhi sebagian gizi saja (karbohidrat saja, protein saja, atau malah hanya air saja).
Wah, jangan-jangan kualitas SDM kita tidak unggul karena sering sarapan tidak sehat atau malah nggak pernah sarapan, ya?
Sarapan? Mana sempat ….!
“Mana sempat …!” biasanya itu yang menjadi dalih bagi kita untuk tidak sarapan. Apalagi bagi masyarakat yang tinggal di perkotaan, yang biasanya tempat aktivitas dan tempat tinggal bisa berkilo-kilometer jauhnya.
“Memang butuh komitmen kuat agar kita bisa membiasakan sarapan sehat di rumah”, ujar psikolog Vera Itabiliana. “Caranya, siapkanlah dari malam sebelumnya, dan pilih sarapan sehat yang sehat, praktis dan realitis”.
Maksudnya, nggak usah kepengen buat aneka bento atau menggarnish sarapan kalau memang tidak sempat. Yang penting telah mencukupi syarat gizi seimbang, maka sarapan pun sudah oke.
5 tips agar keluarga terbiasa sarapan |
Psikolog Vera Itabiliana sangat menekankan keteladanan orangtua agar kebiasaan sarapan sehat ini menjadi kegiatan sehari-hari di rumah. Karena selain memiliki banyak manfaat positif seperti yang diungkapkan diatas, sarapan juga merupakan bentuk kasih sayang dan tanggung jawab orangtua kepada anaknya.
Ayo, sarapan sehat bersama Nestlé!
Menyadari pentingnya sarapan sehat untuk kesehatan fisik dan kulitas generasi penerus bangsa, Nestlé mengajak keluarga Indonesia untuk membangun kebiasaan sarapan sehat setiap hari.
Tidak hanya dengan cara menyediakan produk yang sesuai untuk memenuhi standar sarapan sehat, namun juga menyediakan beragam informasi, tips juga resep masakan agar keluarga di Indonesia mudah menerapkan kebiasaan sarapan sehat setiap hari.
Inspirasi masakan sehat dari sahabatnestle.co.id |
Nestlé juga menggandeng aris Widi Mulia dan Dwi Sasono untuk menjadi duta Nestlé dalam kampanye “Ayo Bangun Indonesia” melalui kebiasaan sarapan sehat.
Pasangan artis ini memang telah telah membiasakan sarapan bersama bagi ketiga putra-putrinya.
“Bagi saya dan Dwi, sarapan adalah quality time kami sekeluarga, selain sebagai sarana memupuk sikap disiplin anak sejak dini,” tutur Widi Mulya dalam sesi berbagi. “Duduk bersama di meja makan juga membantu saya dalam memastikan asupan gizi untuk Dru, Widuri, dan Den Bagus. Karena bagi kami, dengan asupan gizi yang baik, anak-anak dapat menjalani hari dengan lebih produkif dan positif,” ungkap Widi Mulya lebih lanjut.
Sejak tahun 2013, Nestlé sebetulnya telah ikut berperan aktif mendorong kebiasaan sarapan sehat ini. Misalnya dengan meluncurkan microsite berbagi PESAN, juga bekerja sama dengan yayasan Taman Bacaan dengan mendukung 10.000 porsi sarapan sehat dan lomba mewarnai Koko Olympiad.
Dan kali ini Nestlé juga menghadirkan situs sahabatnestle.co.id sebagai sarana berbagi informasi sarapan sehat untuk keluarga Indonesia. Mulai 11 Februari 2017, Keluarga Widi Mulya dan Dwi Sasono juga akan bergabung melalui video live setiap Sabtu pagi di fanpage Sahabat Nestle. Mereka akan menyajikan keseruan sarapan pagi bersama keluarga juga tips-tips menarik untuk membiasakan sarapan sehat di keluarga kita.
Jadi, sudah sarapankah keluarga Anda di pagi ini?