Untuk kesekian kalinya Hana minta ikut kursus online via aplikasi. Jujur, saya seneng mendengarnya, karena artinya dia memang niat belajar.
Masalahnya, cara belajarnya yang via perangkat bergerak itu lho, yang membuat saya masih maju-mundur. Saya kawatir jika kalau nanti dia malah terdistraksi Meleng aplikasi lain atau malah game. Apalagi dia juga cukup pinter menggunakan gadget. Apapun dia bisa kulak-kulik sampai ketemu yang dia mau.
Di sisi lain, saya juga tahu, jika Hana sudah cukup aware bahaya dunia digital. Bahkan jika hendak pakai Hp ayahnya pun, dia minta saya mengecek galeri atau video koleksi si Ayah, yang mungkin belum pantas dia lihat.
Tapi kok tetep ya, rasa kawatir itu masih ada.
Syukurlah, saya mendapat jawaban saat kemarin ikut acara Blogger Gathering bersama Blogger Perempuan dan SIS Bona Vista, salah satu dari jaringan sekolah Singapore School.
Acara yang bertajuk, “Raising Children in Digital Era” ini menghadirkan pembicara Elizabet T Santosa, seorang psikolog dan juga penulis buku “Raising Children in Digital Era“. Psikolog cantik dan energik ini telah sering menjadi pembicara di banyak seminar, dan sering menjadi nara sumber berbagai instansi pemerintah atau swasta.
PEnyerahan buku karya Elizabeth Santosa kepada Kepala Sekolah SIS Bona Vista sebagai tanda mata
Bagi orangtua, memberikan gawai pada anak, rasanya itu seperti disodori buah simalakama; mau diberikan takut anak kecanduan; tidak diberikan anak nanti ketinggalan jaman, dibelakang diam-diam cari pinjaman, bingung ngontrol kontennya, dan masih banyak lagi.
Jadi, harus gimana dong?
Sahabat RPB tentu masih ingat saat pemerintah menutup salah satu aplikasi video yang banyak digunakan oleh remaja beberapa waktu lalu.Saat itu banyak orang protes, mengapa justru aplikasinya yang ditutup, bukan pemakainya, yang diajarkan untuk menggunakan aplikasi tersebut dengan bijak.
Tidak banyak yang tahu jika aplikasi itu ditutup karena ada salah satu bagian yang belum disempurnakan oleh pengembang. Bagian inilah yang dianggap pemerintah bisa menjadi celah bagi anak-anak kepada konten yang belum saatnya untuk mereka lihat.
Menurut miss Lizzie, pangilan akrab, gadget tidak sebetulnya tidak salah, yang salah adalah jika gadget tidak digunakan dengan benar.
Misalkan, bila sebagai orangtua kita sudah aware jika ada banyak bahaya yang mengintai anak saat menggunakan gadget, tapi kita lupa menginformasikannya pada anak.
Bagaimanapun kita tidak bisa memungkiri jika dari perangkat modern tersebut anak juga bisa belajar banyak hal. Misalkan, mendorong kreativitas anak melalui aneka tutorial crafting, menggambar, membuat aneka kegiatan di rumah, belajar mengenal warna, membaca dongeng, dan masih banyak lagi,
Tapi sebelum memberikan gadget pada anak, selalu pastikan jika orangtua sudah siap mengawasi anak, pun anak sudah tahu aturan bermain gadget.
Jadi, sebetulnya kapan orangtua boleh mengenalkan gawai pada anak? “Anytime”, ujar jawab miss Lizzie.
Selain kesiapan orangtua untuk terlibat pada saat anak menggunakan gawai, orangtua juga perlu tahu karakteristik anak jaman digital agar lebih mudah untuk berkomunikasi, seperti:
Memiliki ambisi besar untuk sukses
Suka dengan hal yang praktis
Berprilaku instan
Percaya diri
Berkeinginan besar untuk mendapat pengakuan
Suka dengan dunia digital dan teknologi
Karena itu cara berkomunikasi dan mendidik anak pun harus dengan cara yang berbeda. Jika dulu kita dididik untuk bersusah payah saat mencapai keinginan, maka saat menginginkan sesuatu, maka anak-anak lebih mudah untuk mendapatkan semua yang mereka inginkan.
“Yang salah bukan gadgetnya, tapi yang menggunakannya”
Saya mengartikannya seperti ini, jika dulu kita ingin makan, maka dulu kita dididik untuk pergi kepasar, belajar menawar barang yang dibutuhkan, memasak, barulah mendapatkan makanan.
Saat ini, ketika anak-anak sendiri terbiasa melihat kita menggunakan jasa layanan antar makanan, maka yang perlu kita ajarkan pada anak adalah bagaimana agar kita dapat membayar layanan antar seperti itu.
Sama-sama belajar berusaha untuk mendapatkan apa yang diinginkan, namun dalam bentuk berbeda bukan?
Trik aman memberikan gadget pada anak
Bila orangtua sudah berniat memberikan gadget pada anak, berikut adalah beberapa tips aman dari miss Lizzie yang bisa kita terapkan sehari-hari
Ijinkan anak memiliki akun media sosial jika usianya sudah diatas 13 tahun
Minta anak untuk menggunakan atau mengaplikasikan peraturan dasar yang ada di media sosial
Atur privasi akun media sosial
Gunakan filtering software atau perangkat lunak yang dapat menyairng situs tertentu untuk lebih melindungi anak dari konten-konten tidak pantas
Tidak memberikan komputer atau laptop pada anak di kamar pribadi jika anak masih berumur dibawah 14 tahun
Cermati situs-situs yang anak sering kunjungi dan dengan siapa saja mereka berinteraksi
Berikan contoh yang baik bagaimana menggunakan media sosial dengan aman dan benar
Batasi penggunaan telepon genggam, misal dengan menggunakan aplikasi yang akan mematikan telepon jika telah digunakan selama 2 jam
Orangtua harus terbuka terhadap teknologi atau melek teknologi
Dalam sesi interaktif, miss Lizzie mengingatkan pada kami para ibu, agar jangan menjadi orangtua yang malas. Malas dalam mencari alternatif kegiatan untuk anak selain gadget, malas ngobrol dengan anak, malas untuk belajar dan memahami anak, dan lain sebagainya.
Berdasarkan pengalaman yang Beliau temui selama ini, sebetulnya orangtua telah tahu bagaimana mengatasi masalah mereka terkait dengan anak, hanya saja orangtua sering malas untuk memulai action mengatasi amsalah tersebut.
Misalkan karena anak sering ngamuk dan marah-marah jika gadgetnya diambil. Karena tidak tahan dan malas mendengar tangis dan teriakannya, maka akhirnya gadgetpun diangsurkan lagi.
Kenyataannya semua orang menyesuaikan diri untuk berubah. Begitu juga dengan anak-anak, saat barang yang mereka sukai diambil, mereka tentu butuh waktu untuk menyesuaikan diri.
Miss Lizzie memberi contoh kisah Mona Ratuliu saat berusaha menyembuhkan adiksi gadget yang mengganggu perkembangan anak-anaknya, yaitu dengan ketegasan orangtua, konsisten, juga satu kata dengan pasangan.
Lalu bagaimana jika saat ini sudah terlanjur mengenalkan gadget pada anak, dan anak mulai terlihat sulit dijauhkan dari perangkat pintar ini?
Dalam salah satu sesi interaktifnya miss Lizzie menyarankan agar ayah dan ibu sepakat terlebih dahulu bagaimana cara terbaik untuk mulai mengenalkan pada anak bagaimana menggunakan gawai dengan bijak. Miss Lizzie mengingatkan agar kedua orangtua juga
Cara SIS Bona Vista mengkolaborasikan gadget untuk pendidikan
Usai ngobrol dengan miss Lizzie, kami diajak mengenal lebih jauh tentang SIS Bonavista.
Bonavista merupakan sekolah multikultural yang menggunakan kurikulum Singapura, Cambridge, dan IB. Kurikulum Singapura yang digunakan di sekolah ini, adalah kurikulum yang pernah digunakan di sekolah-sekolah unggulan Singapura.
Prinsip pengajarannya adalah menginspirasi siswa, tujuannya agar anak dapat berprestasi tapi dengan motivasi mereka sendiri. Saat menemui masalah, siswa akan dibimbing untuk mencari solusi mereka sendiri, melakukan uji coba apakah solusi tersebut berhasil, dan akhirnya mereka akan mendapat kesimpulan dan pengetahuan baru.
Bagi siswa yang belum mencapai standar mata pelajaran pun SIS memberikan dukungan akademik diluar waktu kurikulum. Dengan cara ini, siswa yang belum mencapai standar akan mendapat perhatian pribadi dan akhirnya mampu mencapai tujuan mata pelajarannya.
Dengan tujuan perkembangan optimal anak, maka jumlah siswa di setiap kelas di SIS Bona Vista pun tidak banyak, kurang lebih 20 orang per kelasnya. Setiap bangku di kelas diatur dalam bentuk melingkar, untuk memudahkan anak berdiskusi.
Dan untuk kepentingan siswa pula, SIS Bona Vista membolehkan siswanya menggunakan gawai di sekolah (mulai siswa setara kelas 4 SD). Namun tentu saja, tindakan pengamanan atas akses situs diberlakukan. Sehingga anak-anak pun akan terlindungi dari kejahatan cyber yang sering mengintai anak-anak.
Tur sekolah SIS Bona Vista
Selain mengenalkan sistem sekolah di SIS Bona Vista, hari itu kami juga diajak berkeliling melihat fasilitas dan proses belajar mengajar di SIS Bona Vista.
Welcoming speech dari Kepala Sekolah Bona Vista, John P Birch
Ada empat jenjang pendidikan yang ada di SIS Bona Vista Lebak Bulus, yaitu Preschool, Primary, Secondary, dan Junior College.
Sebagai jaringan sekolah yang sudah berdiri sejak 1996, SIS memiliki 7 cabang di Indonesia, yaitu Cilegon, Semarang, Palembang, Medan dan Jakarta. Di Jakarta sendiri SIS Bonavista ada di Pantai Indah Kapuk, Kelapa Gading, dan Lebak Bulus sebagai pusatnya.
Dengan visi dan misi untuk mempersiapkan siswa siap menghadapi masa depan, SIS Bona Vista menerapkan;
Lingkungan sekolah yang bersifat kekeluargaan; misalkan mengijinkan orangtua siswa berbagi pengetahuan budaya saat jam istirahat
Menciptakan keragaman kebangsaan baik bagi siswa maupun guru; melalui acara sekolah hari PBB, Bazar, Hari Olahraga dan lain sebagainya
Jumlah siswa kecil dalam setiap kelas
Perbandingan guru dan murid yang rendah
Memasukkan kegiatan olahraga dan seni budaya dalam kurikulum sekolah
Menyediakan sarana dan prasarana sekolah lengkap dan nyaman
Sekolah dengan prasarana yang lengkap, tentu tidak akan komplit jika tanpa fasilitas keamanan. Untuk menambah kenyamanan siswa dan orangtua, SIS Bona Vista memasang CCTV di seluruh area sekolah. Plus bagi wali murid yang menjemput, SIS Bona Vista mewajibkan penjemput memiliki kartu “Pick Up Card”. Dan apabila kartu tertinggal atau hilang, penjemput harus bersedia mengikuti prosedur yang telah ditetapkan sebelum kemudian mendapat ijin menjemput siswa yang bersangkutan.
Saat tur sekolah kami dibagi dalam dua kelompok. Saya masuk kedua, dan kami memulai tur dari fasilitas laboratorium science yang digunakan oleh tingkat Junior College. Di depan laboratorium, tersedia beberapa kursi yang bisa digunakan para siswa untuk berdiskusi mengenai pelajaran atau proyek yang sedang mereka kerjakan.
Laboratorium biologi
Ruang diskusi siswa. Space tempat diskusi seperti ini banyak sekali terdapat di SIS, karena siswa SIS sangat senang berkreasi dalam berbagai project
Di salah satu bagian dinding ruang diskusi terdapat papan kreativitas yang bisa siswa gunakan untuk menyalurkan ide-idenya.
Selanjutnya kami menuju area yang diperuntukkan untuk kelas Primary (setara dengan SD). Saat mengunjungi area ini, saya sampai berpikir, apapun gaya belajar anak, mereka pasti dapat berkembang dengan baik bersama SIS.
Merangkum pelajaran dan bercerita dengan cara yang asik
Coba simak salah satu cara siswa belajar tentang metamorfosa pada kupu-kupu ini, anak tidak perlu menghafal, tapi juga berkreasi dengan cara yang kreatif, sehingga ilmu lebih mudah untuk mereka pahami.
Begitu juga ketika memasuki area Pre-school, dikanan-kiri terdapat banyak sekali hasil kreasi siswa baik dalam hal mata pelajaran atau pun pengembangan minat bakat lainnya.
Seperti papan “When I Grow Up I want to be …” Dengan papan cita-cita tersebut, anak tidak hanya memahami profesi, tapi juga mampu bercerita tentang apa yang ada dalam pikirannya. Sebuah cara kreatif untuk belajar bukan?
Pohon “surat” yang unik
Khusus untuk siswa Pre-school, terdapat ruang olahraga indoor yang bisa siswa gunakan. Siswa Pre-school juga tidak mendapat pelajaran berenang, namun mereka dapat bermain air di area yang telah disediakan.
Area bermain air khusus untuk siswa Pre-school
Area olahraga indoor untuk siswa Pre-school
Raung kelas siswa Pre-school
Area bermain dan istirahat untuk kelompok Pre-school
Oya, SIS Bona Vista menggunakan tiga bahasa dalam pembelajarannya, yaitu Bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar sehari-hari, Mandarin, dan bahasa Indonesia.
Masih ada banyak yang ingin saya ceritakan tentang SIS Bona Vista. Namun alangkah baiknya, jika Sahabat RPB daapat langsung mengunjungi dan menyaksikan keunggulan sekolah multikultural ini. Mumoung tanggal 15 September 2018 nanti, SIS Bona Vista hendak mengadakan Open House yang salah satu agendanya adalah tur sekolah.
Catat ya, lokasi SIS Bona Vista-nya:
Jl. Bona Vista Raya, Lebak Bulus, Jakarta, 12440 Telepon: (021) 759 14414 Surel: sisbonavista@sisschools.org Website: https://sisschools.org/sis-bonavista
Sungguh, ada banyak manfaat yang dapat saya peroleh dari acara Blogger Gathering kemarin. Selain mendapat ilmu tentang mendidik anak di era digital ini, saya juga mendapat banyak wawasan dari apa yang SIS Bona Vista berikan untuk para siswanya.
Dan saya juga berharap, semoga Sahabat RPB juga mendapat banyak manfaat saat berkunjung di Open House SIS Bona Vista nanti.