Ada banyak manfaat yang bisa Anda peroleh dari kegiatan menulis |
Sore ini seorang teman curhat kepada saya, ada seorang guru yang memiliki masalah. Delapan tahun sebagai guru pada sebuah yayasan bergaji 1.5juta/ bulan. Ketika sudah sertifikasi, mendapat tambahan uang sertifikasi setahun sekali sebesar 5juta.
Namun sayang, tambahan gaji setahun sekali ini masih dipotong 50% oleh Yayasan dengan alasan untuk dibagi-bagi dengan mereka yang belum tersertifikasi. Merasa perlakuan Yayasan tidak adil, Beliau ingin berbagi dengan dengan media, namun tak tahu bagaimana menuliskannya.
Kali ini saya tak ingin menyoal tentang ketidak adilan diatas, namun saya ingin menyoal tentang bagaimana menuliskannya.
Mengapa Kemampuan Menulis Sebaiknya Anda Kuasai
Sebetulnya menuliskan persoalan sendiri tentulah mudah, terlebih mengungkapkan persoalan yang kita alami sendiri. Saat mengikuti pelatihan menulis artikel pun, saran latihan menulis pertama, juga tentang persoalan atau pengalaman sendiri.
Karena tentu saja kita lebih mudah menuliskannya dan tentu tidak akan mengalami writers blok atau kebuntuan ide.
Biasanya rasa kebingungan muncul HANYA karena belum terbiasa menulis, mengurai apa yang dipikirkan kedalam tulisan. Sayangnya lagi, jika tidak ada motivasi yang kuat, orang cenderung untuk malas memulai latihan menulis.
Padahal, manfaat menulis ini telah banyak diklaim sebagai salah satu cara untuk menyelesaikan masalah. Menulis membuat kita mampu melihat akar sebuah masalah, sehingga penyelesain pun mudah untuk dicapai.
Menguraikan masalah melalui tulisan juga akan membantu orang lain untuk memahami kronologi masalah yang kita alami. Dan bisa jadi, membantu kita menemukan penyelesaian masalah pula.
Masih ingat ‘kan kasus matematika 4×6=6×4 yang sedang ramai dibicarakan itu. Dari guru besar, sampai Wikipedia pun ramai membicarakannya. Entah itu memberikan pembenaran, solusi atau hanya sekedar mengomentari (eh, bedanya apa, ya? he he he). Itulah mengapa kemampuan menulis sebaiknya Anda kuasai.
Untuk contoh masalah sang Guru diatas, bisa saja Beliau memulai dengan menuliskan apa yang ia Beliau rasakan sekarang; apakah sedih, galau, kesal, atau jengkel setengah mati.
Mudah bukan? So, let’s start to write!
Kebalikan dari saya ya Mbak, saya lebih mudah menceritakan orang lain (Mudah2n bukan bakat ghibah!) xixixi..
Itulah… tulisan bisa mencerminkan sifat penulisnya ya. Mungkin saya termasuk orang yang tertutup? *maybe…:)
Betul itu mbak.
Menuliskan pengalaman sendiri bisa membantu agar tulisan kita bisa begitu mengalir
Yang penting nama asli disamarkan to, mbak. Dan jika bisa dipetik pelajarannya mengapa tidak?