“Apa maksudnya? Apakah kita tidak boleh bahagia?’
Runtuk saya dalam hati saat membaca judul bab ke-2 pada buku “Seni untuk Bersikap Masa Bodo” karya Mark Mason. Pikir saya, apa yang menjadikan buku ini begitu laris, jika penulisnya apatis seperti ini!
Pensaran dengan maksud si Penulis, saya melanjutkan membaca dengan penuh prasangka. Sungguh kondisi membaca yang paling tidak saya suka, karena sama arti saya tidak akan menikmati bacaan saya.
Mr. Manson mmebuka bab keduanya dengan kisah Sidharta Gautama, seorang pangeran, yang awalnya sangat dilindungi dari penderitaan, dan akhirnya meninggalkan kemewahan istana untuk mencari arti kehidupan sesungguhnya.
Dia juga bercerita tentang si Panda yang nyinyir, yang hobinya mengetuk pintu rumah siapa saja, dan kemudian bercerita hal-hal yang tidak pernah ingin di dengar oleh sang Pemilik rumah.
Hingga pertengahan bab hanya beberapa hal yang dapat saya garis bawahi (tuh, kan saya nggak jadi nggak bisa membaca dengan baik gara-gara sudah berprasangka). Akhirnya, saya memilih untuk meletakkan buku tersebut, dan membaca buku yang lain.
Tapi pagi ini saya mencoba melanjutkan membaca buku Mr. Mark ini. Dan akhirnya, saya pun mendapatkan jawabannya.
Kebahagiaan itu masalah. Ia hadir pada hal-hal yang justru kita lepaskan dan kita perjuangkan
Cara mendapatkan kebahagiaan justru dengan menikmati perjuangan
Saya pernah mendapat meme seperti ini,
Handphone terlihat mahal dan menawan saat kita belum memilikinya. Tapi kalau sudah dimiliki, ya, biasa saja.”
Kenapa kira-kira bisa seperti itu? Ya, karena kebahagiaan sesungguhnya tidak berada pada handphone-nya. Tapi pada perjuangan Sahabat untuk mendapatkan handphone tersebut.
Coba bayangkan seandainya Sahabat pada akhirnya dapat membeli Iphone X setelah menabung selama satu tahun. Kira-kira cerita mana yang akan Sahabat ceritakan pada semua orang dengan penuh kebanggana; fitur dari Iphone X atau malah perjuangan sahabat untuk mendapatkannya (oya, saya yakin sekali pembaca tahu berapa harga Iphone X itu).
Saya yakin jawabannya adalah yang kedua. Sahabat akan dengan penuh semangat bercerita bagaiman Sahabat rela bekerja tambahan demi untuk mengejar sejumlah uang yang ditargetkan. Bisa jadi, Sahabat juga menahan diri untuk tidak nongkrong di kafe selama setahun, demi mendapatkan si kotak bergambar apel tergigit itu.
Nah, itulah yang dimaksud oleh Mark Manson, kebahagiaan tumbuh dari masalah (hal. 43).
Orang-orang yang akhirnya berbahagia dengan bentuk tubuh mereka, adalah orang yang menikamti cucuran keringat di gym. Para pengusaha sukses, adalah orang-orang yang pernah gagal, dan kemudian memulai lagi dari nol, belajar lagi, dan mencoba lagi.
Jadi, pilihlah medan juang Anda! Caranya dengan bertanya,
Rasa sakit apa yang Anda inginkan dalam hidup Anda? Apa yang membuat Anda rela berjuang?