Sore ini, usai blog walking ke rumah mbak Dahlian Ayu Novanti, saya serasa De Ja Vu. Ada satu post mbak Vanti yang membuat saya tertarik, post tentang project menjahit mbak Vanti dengan sang Ibunda.
Ya, kalo urusan tentang jahit-menjahit saya memang agak melow.
Cerita mbak Vanti seolah mengingatkan saya pada mimpi lama, mimpi untuk menjadi fashion designer. Ya, meski saya suka menulis fiksi dan puisi, tapi sejak SD saya memang sudah “menancapkan mimpi” untuk menjadi seorang seorang fashion dsigner. Mungkin karena saya tebiasa melihat ibu menjahit, dan saya juga sering dimintai pendapat oleh ibu, model apa yang tepat untuk bahan dan corak tertentu.
Dulu, sejak punya mimpi itu, saya kemudian sering mengumpulkan aneka mode baju, termasuk ketrampilan yang berkaitan dengannya. Seperti membuat kreasi quilting atau patch work, membuat aksesori, bordir dan maish banyak lagi.
Ketika lulus SMP, ibu, sosok yang dulu sangat mendukung dan mendorong cita-cita sya, malah berbalik, Beliau melarang saya untuk sekolah fashion design dan malah memasukkan saya ke sekolah kejuruan pengolahan pertanian.
Kecewa, usia lulus sekolah saya “lari” ke Jakarta dengan membawa semua mimpi saya. saya ingin bekerja, dan kemudian sekolah di Boenka Soen.
Tapi ternyata Allah berkehendak beda, saya malah asik meloncat dari satu perusahaan ke perusahaan yang lain sebagai seorang analis laboratorium. Meskipun begitu, saya tetap menyimpan keinginan untuk tetap bisa membuat dan menjahit baju saya sendiri.
Harapan saya kembali muncul, saat akhirnya bisa resign dari pekerjaan dan kembali menekuni dunia kepenulisan.Tapi ternyata saya malah jatuh cinta dengan dunia content writing dan blogging.
Hmm… mungkin memang ini takdir saya, mungkin ini dunia terbaik untuk saya. Toh, kalo menjahit saya tidak begitu rapi, berkreasi dengan kain pun saya jarang selesai atau menghasilkan karya yang bagus. Mungkin waktu itu ibu sudah melihat bakat ketidak telatenan saya dan berpikir bahwa saya tidak cocok di dunia jahit-menjahit.
Tapi keinginan untuk bisamenghasilkan baju atau penak-pernik yang memerlukan ketrampilan menjahit, tetap ada dalam hati saya. saya ingin menjahitkan baju mengaji dan lebaran untuk Hana, membuat aksesori cantik dari pita, atau malah membuat dekorasi rumah dengan kain perca.
Terlebih bila ada kemungkinan untuk memasarkanya. Hanya perlu waktu yang tepat untuk mengeksekusinya.
Seperti perjalanan mbak Novanti, yang semula tidak tertarik dengan dunia menjahit, kemudian mengakrabinya saat kuliah, dan kini malah membuka bisnis kreasi kain perca bersama Ibunda.
Bila memang saya tidak berbakat dalam dunia fashion, semoga saya masih punya bangku di dunia kreasi aksesori atau seni menjahit lainnya. Sukur-sukur, saat itu saya juga sudah memiliki cukup kesabaran dan ketelatenan untuk membuat sebuah patch work juga.
Cerita mbak Novanti tentang project Jahitan Ibu telah menginspirasi saya. Saya tahu, akan tiba waktu saya untuk kembali ke mimpi lama. Dan semoga waktu itu tidak terlalu lama dari sekarang.
ditunggu mbak karya2nya setelah terinspirasi dari jeung Ayu Novanti
dunia jahit menjahit emang seru ya mba, apalagi ditekuni menjadi sebuah bisnis rumahan. ah…..jadi pengen *eloh
Ayuh menjahit lagi rahmah.. Kamu pasti bisa..
Insya Allah, mbak, terima kasih sudah bersedia mampir
tekun dan telatennya itu lho, mbak. ujung-ujungnya pasti waktu kan? Nah, saya ini masih belum pandai benar atur waktu
waduh, sepertinya mbak ria harus menunggu lama ni. he he he
owalaah ternyata mbak piawai menjahit juga ya mba, bener2 luarbiasaaah ๐
Itulah misteri hidup ya mba cita citanya ini tapi takdir berkata lain saya malah ingin jadi teknisi malah jadi pedagang padahal sudah ikut pelatihan segala
iya, pak dwi. Suka bingung juga saya, hidup kok belak-belok beginih. Coba bisa dipetakan dari dulu, ya …mungkin kita sudah sukses he he he
apaseh, apaseh … kayane ini cuma pengaruh ibuk yg suka njahit aja kok mbak. yach biasa sajalah …standar aja, yg penting bisa nutup lubang baju yg bolong he he he
Ayo, semangat mewujudkan mimpinya, mbak Rahayu. Kata nenek saya dulu, tiap rumah tangga harus punya mesin jahit biar rejekinya lancar. Dipikir2, logikanya kalau ada mesin jahit pasti ibu rumah tangganya bisa jahit ya. Kalau bisa jahit bisa jadi pemasukan tambahan untuk keluarga. Bener juga tuh mitosnya hehehe.
Semoga tercapai harapannya Mbak. Jadi work at home mommy itu luar biasa loh… Ngomporin!!!
iya, mbak. Alhamdulillah saya sudah merasakan menjadi ibu yang bekerja di rumah. tapi kalo untuk menghasilkan dari bisnis, masih belum menemukan produk yang tepat yang bisa saya hasilkan sendiri.
sebetulnya, bener apa yang dibilang nenek tu, mbak. makin kesini saya makin merasakan pentingnya punya mesin jahit sendiri.
Tidak ada kata terlambat untuk mengerjakan passion kita yang lain ๐