Women Corner

Cukup katakan, “Saya Bahagia Untukmu”

Dua orang ibu berdiri mengobrol di teras sebuah sekolah bimbingan membaca

A: “Aduh, aku masih satu tahun lagi, ni, disini”

B: “Oya, … Memangnya usia si “C” sekarang berapa?

A: “Aku kan mau masukin dia ke TK dulu, untuk penyesuaian…”

B: “Ah, buang-buang duit saja. Lihat-lihat saja anaknya, kalo memang dia bisa menyesuaikan, ngapain ke TK.”

A: “Mau bapaknya C gitu … Dan aku kayaknya juga lebih tenang kalo dia TK dulu, biar biasa campur sama anak-anak banyak gitu.”

B: “Ah, ya udah, kalo gitu, aku ikut senang kalo kamu juga senang.”

Deg, ah, obrolan dua ibu menyindir saya.

Betapa sebagai perempuan, istri, ibu, anggota masyarakat sosial (#halah), saya seringkali bertingkah, berkomentar yang tidak seharusnya.

“Ih, si dia kok gitu si,” 
“Bukankah seharusnya …”, 
“Kalo aku ni…”

Well, nobody ever know what will be happened, before they’re fitting in others shoes, right?

Jadi, kalo ada kawan yang memutuskan untuk tetap bekerja usai melahirkan, seharusnya saya berkata, 

“Okay, aku ikut senang kau telah memantapkan jalanmu untuk menjadi bahagia.”

Atau malah ketika ia memutuskan berhenti dari kerja nine to five-nya, saya cukup berkomentar

“Aku yakin kau pasti akan bahagia dengan keputusanmu”

Lalu ketika ada kawan beda pengasuhan dengan saya, maka yang harus saya katakan adalah

“Engkau pasti punya pertimbanganmu sendiri 
dengan 
memutuskan memilih mendidik anakmu seperti itu.”

Dan saat seorang kawan terbit buku, karya dimuat di media, menang lomba tertentu, maka wajib saya berkata

“Congratulations, I am happy for you”

Semudah itu, sesederhana itu

Semoga lain kali, saya tidak lupa untuk cukup mengatakan kalimat sederhana itu

*suatu siang, di pojokan perumahan 

8 Comments on “Cukup katakan, “Saya Bahagia Untukmu”

  1. Betul, mbak Santi. menurut saya dengan menjadi lebih baik, juga akan membuat hidup kita lebih nyaman.

    Terima kasih telah bersedia mampir, dan untuk follow-nya juga 🙂

  2. Horee … selamat datang kerumahku mbak. Terima kasih.
    Iya, memang seharusnya membahagiakan, saya sedang belajar tulus untuk itu. menepis nyinyir yang nempel di hati tu susyeehhhnyeee…

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *