Stimulasi Tepat, Daya Pikir Anak Maksimal

stimulasianak_dayapikiranak_rahayupawitri_penuliskontenprofesional

Aduh, putranya kok pintar sekali, Bu. Rahasianya apa sih?

Seorang ibu berkomentar saat seorang anak yang duduk diseberang saya asik menceritakan pengalamannya disekolah barunya. Si Ibu anak tadi pun k emudian menjawab dengan penuh rasa bangga akan perkembangan anaknya, menjelaskan detil cara mengasuhnya dan sebagainya.

Ya, siapa sih yang tak ingin punya anak yang cerdas? Tak heran bila kemudian banyak ibu yang berlomba dan berusaha memberikan yang terbaik untuk anaknya.

Namun, sebelum berpikir lebih jauh tentang apa saja yang bisa dan perlu kita berikan untuk pertumbuhan anak cerdas, ada baiknya kita ketahui, apa sih sebetulnya yang mempengaruhi kecerdasan anak? Bukankah banyak orang yang mengatakan, bahwa semua anak itu terlahir cerdas? Lalu apa yang membedakan anak yang satu dengan yang lainnya?

Lima hal dasar yang mempengaruhi daya pikir anak

Ada 5 hal yag mempengaruhi daya pikir anak. Lima hal ini biasa disebut dengan Brain pillar (Nakita, No.557/TH.XI/30November-6desember 2009)

Kelima hal itu adalah

  1. Kecerdasan visual 
  2. Sensor motorik 
  3. Psiko emosi 
  4. Auditori 
  5. Atensi 

Bila kelima hal di atas berjalan dengan baik, maka akan dapat membantu aktivitas dan mempertajam daya pikir anak.

Stimulasi yang tepat terhadap kelima pilar itulah, yang kemudian membedakan anak satu dan lainnya.

Nah, disinilah tugas seorang ibu yang hebat. Ibu yang hebat akan mampu membaca dan menentukan stimulasi apa yang harus dilakukan sesuai dengan usia dan perkembangan anak.

Trik untuk mengembangkan daya pikir anak

Mencoba untuk menjadi seorang ibu yang hebat, saya pribadi melakukan persiapan parenting sejak sebelum menikah. Yaitu dengan membaca pelbagai buku parenting, dan sering bertanya dengan beberapa ibu yang sudah berputra/berputri. Mengetahui kendala mereka, memberi usulan berdasar teori dari buku yang saya baca; yang ternyata mendatangkan tambahan ilmu baru untuk saya. Maklum, teori yang sama kan bisa berbeda dalam penerapan dan hasilnya.

Saat kemudian hamil dan melahirkan, saya mencatat perkembangan si kecil pada sebuah buku (milestone); dengan begitu saya bisa memahami, apa yang berlebih dan apa yang kurang.

“Gadget” saya dalam mempersiapkan kecerdasan si Kecil

Stimulasi untuk mengembangkan daya pikir anak

Tak lupa, saya juga melakukan beberapa stimulasi untuk mengoptimalkan setiap perkembangan Hana. 
Sebelum memasuki usia Balita, menurut saya, sangatlah sulit untuk menentukan tipe kecerdasan pada anak. Karena itu, saya mencoba untuk melakukan stimulasi dasar yang bisa mengembangkan motorik kasar dan halusnya. 
Beberapa stumulasi yang pernah saya lakukan adalah 


1. Kecerdasan visual

Karena mengetahui manfaat dari buku dan ingin mengenalkan buku kepada si kecil sedini mungkin, saya memberikan buku buatan dari kain sebagai mainan untuk bayi saya. Saat dia sudah mulai tengkurap, saya buatkan aneka bentuk bangun dari kain flannel. Tidak lupa saya jelaskan padanya nama dari bangun-bangun tersebut; “Ini si Kotak Merah. Kalo yang ini si Segitiga Ungu,” dan sebagainya. Puzzle, balok bersusun, lego, saya berikan pada usia prasekolahnya.

2. Sensor motorik.

Saat masih bayi, saya sering usap pipinya sambil mengatakan padanya bahwa pipinya halus dan lembut. Sesekali, handuk yang ia pakai untuk mandi saya genggamkan di tangannya. Saya katakan, “Wah, handuk Hana agak kasar ya?”

Pengenalan terhadap sensori motoriknya saya lanjutkan dengan memberikan pelbagai mainan yang berbunyi dengan tekstur berbeda, seperti play dough, bola yang permukaannya agak kasar dan bola berisi kerincingan.Saat ia mulai belajar berjalan, saya mengajaknya berjalan di atas pasir atau rumput tanpa alas kaki juga naik turun tangga.

3. Kecerdasan Auditoris

Saya memulai stimulasi ini dengan memperdengarkan lantunan ayat-ayat suci dan musik-musik lembut sejak Hana berada dalam kandungan. Setelah lahir, sebelum tidur ia saya ayunkan dengan iringan shalawat atau musik lembut lainnya. Ternyata cara ini juga bisa membantu untuk menenangkan Hana, saat ia rewel. 

Saat usianya menginjak satu tahun, saya kenalkan padanya buku-buku fauna yang dapat mengeluarkan atau merekam suara. Terkadang, ia saya biarkan bermain dengan panci atau ember tak terpakai untuk ia pukul-pukul. Bila ia bosan, maka saya ajak ia untuk bermain tebak suara. Seru, sekali. Disamping menambah kedekatan, anak juga akan belajar menghargai bahwa yang sederhana itu juga seru.
4.Atensi

Awal suksesnya stimulasi, menurut para ahli, ternyata adalah kepercayaan diri dan kasih sayang. Karenanya saya sangat jarang melarang Hana untuk bermain apa pun yang ia inginkan. Tentu saja, sebelumnya saya singkirkan hal-hal berbahaya atau melakukan tindakan preventif  untuk menjaga keselamatan Hana. 

Kepercayaan diri ini ternyata mendorong Hana untuk mampu menyelesaikan pelbagai hal. Hana sangat suka sekali dengan hal yang rumit. Seadri umur satu setengah tahun Hana sudah mampu menyelesaikan rangkaian puzzle 18 hingga 30 keping. Ia akan duduk dengan tekun menyelesaikan puzzlenya, membentuk bangunan unik dari lego atau mewarnai.

5.Psiko emosi

Dulu, saat belum begitu pandai bicara, Hana termasuk anak yang mudah tantrum bila orang disekitarnya tidak paham apa yang ia inginkan. Saya mencoba memperbaiki hal ini dengan memperbanyak dongeng dan berbicara padanya dengan perlahan-lahan. 

Saya coba untuk memperkenalkan padanya jenis-jenis emosi; seperti marah, senang dan sedih, dengan menunjukkan gambar ekspresi emosi. 
Ketika ia menangis tanpa alasan yang jelas, saya tanyakan padanya, “Adik, marah? Kenapa?” atau saat ia jatuh, saya tanyakan bagaimana rasanya, apa yang bisa ibu bantu dan sebagainya. Selain itu, karena kebetulan Hana suka bermain di depan cermin, saya tunjukkan padanya beberapa ekspresi. Bila marah, ternyata matanya mengkerut, bibir mengerucut, tapi bila tersenyum, bibirnya melebar dan terlihat cantik.

Perlahan saat ia mulai masuk masa prasekolah, saya kenalkan ia dengan buku mungil untuk catatan kegiatannya. Disana saya tuliskan bagaimana perasaan Hana hari itu, apa saja pencapaian yang telah ia lakukan, cerita apa saja yang ia peroleh dan masih banyak lagi. Dengan buku ini saya mengoreksi tantrum dan juga beberapa sifat buruknya.

Selain stimulasi tepat, kasih sayang dan kepercayaan kita kepadanya, tentu saja makanan yang bergizi cukup akan sangat membantu dalam membentuk anak cerdas. Hal ini akan mendorong agar kemampuan otak anak dapat maksimal. 

Apa yang saya tulis ini, tidaklah untuk berbangga diri, namun lebih sebuah ajakan agar kita bisa membantu anak-anak kita, amanah-amanah Allah yang dipercayakan kepada kita, tumbuh dengan maksimal, dan sesuai dengan perintah yang Ia berikan. 

Show 3 Comments

3 Comments

  1. bagiku Hana termasuk anak yg supel ya mbak, lbh percaya diri dan atensinya baik.. pantesan krn mamanya sgt care ๐Ÿ™‚

  2. Alhamdulillah kalau didikan mamah saya mah selalu membekas deh mbak di dalam pikiran saya dan saya juga pengen sekali meniru gaya beliaw mendidik anak sehingga bisa hidup mandiri tanpa tergantung orang lain.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *