Hari kedua di kampung halaman.
Hari ini, tanggal 21 Juni 2016, di kota kecil kami Parakan, ada kegiatan pasar murah bahan kebutuhan pokok masyarakat. Kegiatan ini merupakan serangkaian acara dari pemerintah kabupaten Temanggung.
Acara dibuka oleh sambutan dari Bapak Camat Parakan, Eko Budi Hartono. Dan tepat pukul 8.00 pasar murah pun dimulai.
Ada beras 5 kg, gula pasir, minyak, telur dan terigu, juga sirup yang dijual dengan harga cukup miring. Khusus untuk beras, setiap pembeli wajib menggunakan kupon khusus yang bisa diperoleh di meja panitia.
Bagi saya, ini adalah kali pertama membeli sembako di pasar murah. Menurut ibu, dulu setiap warga mendapat kupon untuk ditukar dengan sembako, sehingga antrian lebih tertib dan rapi. Tapi tahun ini ternyata berbeda, hanya beras saja yang menggunakan kupon pembelian.
Bisa ditebak, suasana pengambilan pun menjadi tidak tertib. Para ibu saling berdesakan didepan loket pengambilan beras. Beberapa ibu sempat jatuh, dan tanaman hias diseputar lokasi akhirnya terinjak-injak. Jilbab luar saya malah sempat lepas gara-gara ditarik ibu-ibu dibelakang saya dan saking berdesakanya antrian untuk pengambilan gula.
Lepas dari antrian gula saya mencoba melapor kepada petugas keamanan disana (satpol PP) agar antrian lebih ditertibkan. Tapi entah mengapa ketika saya tengok kembali antrian gula, keadaannya masih tetap sama.
Ketidak teraturan tidak hanya terjadi pada antrian, namun juga warga yang membeli sembako. Sebagai contoh, untuk gula pasir masing-masing warga telah dibatasi untuk membeli 2kg, seharga Rp22.600. Pada kenyataanya masih saja ada warga yang nakal dan berhasil membawa pulang gula pasir sebanyak 10kg.
Akibatnya banyak warga yang kecewa karena tidak kebagian jenis bahan pokok yang dibutuhkan, atau malah mundur karena tidak berani ikut berdesakan dalam antrian.
Saat itu saya akhirnya sadar, sepertinya aturan memang masih diperlukan untuk membuat kita lebih tertib, lebih jujur, dan lebih adil dengan sesama kita. Karena sewajarnya pasar murah adalah untuk memperingan semua warga, tidak untuk perseorangan yang mampu memborong banyak barang.
Memang tidak ada kejadian ricuh di pasar murah ini. Tidak ada ibu-ibu atau balita yang pingsan karena berdesakan (setidaknya sampai saat saya pulang pukul 9.00 WIB). Namun alangkah lebih baik, bila ke depan panitia lebih menyiapkan sistem yang mencegah warga untuk tidak jujur dan berperilaku lebih tertib.
Catatan ini pun tidak sebagai kritik untuk menyerang panitia, hanya sebagai masukan, semoga ke depan pasar murah menjadi lebih merata untuk semua warga.
aih serunya mbak Rahayu di Temanggung, met puasa yaaa
Makasih Mak Neng … Met puasa juga ๐